Part NeetXis

2.5K 182 4
                                    

Brukkk

Sebuah tendangan kencang mendarat di perutku.
Akupun tersungkur lemah di tanah.

"Ayo bangunnn! Lu bahkan belum kena pisau ini sama sekali."
ujar Elisse di depanku.

Yap....
Seperti yang kalian lihat.
Aku sama Elisse masih aja bertarung dari tadi.

Dan yang lebih mengherankannya lagi.
Aku bahkan tidak ada hubungannya dengan semua.

Ini semua berawal dari ke-kepo-anku untuk melihat perdebatan antara beberapa orang dan sekarang aku malah terjebak di situasi dimana aku harus melawan seorang psiko yang membawa pisau.
Yieks....
This is just, not my day

Aku bangun dan menghadap ke Elisse.
Aku memasang kuda-kuda taekwondoku.

Elisse menyerang ke depan sambil mencoba menusukku dengan pisau.
dengan cepat Aku menghindari serangan beruntunnya itu.

Sial!
Aku benar-benar harus melumpuhkan pisau itu.
Dengan begitu, jarak tarungku dengan dia jadi lebih pendek.
Dan itu memudahkanku dengan kemampuan beladiriku.

Elisse kembali menyerang.
Dan koordinasi motorikku langsung bekerja.

Aku mencoba menendang tangannya yang memegang pisau.
Sayangnya sepertinya Elisse sudah mengetahui taktikku itu karena ia langsung lompat mundur.

Aku melepaskan tendangan beruntun ke arahnya. dan ia menghindarinya dengan melakukan cartwheel dan back flip yang sangaaattttt sempurna.

What? Aku tau dia jahat tapi dia memang berbakat!

Oke.... back to the point.

"Lu keknya takut ya ama pisau ini?" ujar Elisse sambil melambaikan pisaunya.

"Engga tuh.... Gue ga takut apapun." ujarku

Lalu seketika akupun mendapat ide.
"Ga takut sih... Cuma, emang fair ya kalo kita lawanan terus yang 1 pake pisau yang satu engga? Apa jangan-jangan lu takut kalah jadi pake pisau? Wow...." lanjutku meremehkan.

Menurut pelajaran psikologi yang kudapat di sekolahku dulu, orang marah akan menjadi lebih tidak konsen saat melakukan apapun karena emosi mereka mengendalikan mereka.
Sehingga mereka tidak menuruti otak mereka untuk berpikir dan emosinya lah yang menguasai.

Mendengar itu, Elisse hanya tersenyum dingin.
"Metode 17. Metode ngebuat marah lawan saat berkelahi. Nicee.... Tapi lu gabakal bisa kayak gitu ke gue."

Metode what now???

"Ya...." ujar Elisse sambil melemparkan pisaunya. "Gue melemparkan pisau ini karena menurut gue, lu masih berhak hidup. Jadi biar aman aja"

Pisau itu terlempar ke seberang kanannya.

Aku melihat Bridget yang sedang menjadi 'bantal' untuk Alex dan Joe.
Aku segera memberi kode kepadanya.
Untungnya Bridget mengerti maksudku.
Ia menganggukkkan kepalanya dan kembali menjaga Alex.

"Jadi Elisse.... Lu belajar gerakan itu dari mana?" tanyaku sambil menyilangkan kedua tanganku.

"None of you bussiness" ujarnya sambil berlari ke arahku.

Aku segara lari ke arah yang sama dengannya.
Aku harus menjauhkannya dari Bridget. Sebentar saja.

Aku berbelok di lorong dan lari.
Di tengah-tengah lorong, aku berhenti.
Dan aku mendapati Elisse telah berdiri di ujung lorong.

"Mau ngelawan gue di tempat sempit hah?" ujarnya meremehkan.

"Well... asal lu tau... Gue jago parkour" senyum sinis.

"Fun fact.... Gue juga jago parkour." lanjutnya kemudian sambil tersenyum.

Dengan cepat ia langsung berlari ke arahku.
Aku berlari ke arah yang berlawan dengan dia.
Aku menendang dinding dan mendorongnya sekuat tenaga sehingga aku berputar.

Aku melayangkan kakiku tepat di muka Elisse.
Tetapi dia melihatnya dan menangkisnya.

Kita terus menendang satu sama lain.
Bertarung di udara sambil melakukan gerakan parkour.

"Lu ga cape apa begini terus?" ujar Elisse terseringai.

"Oooh please... I can do this all day." ledekku.

Seketika juga aku melihat sebuah bayangan yang bergerak di belakang Elisse.

"In fact, kayaknya lu yang ga kuat." lanjutku.

Dengan cepat bayangan itu langsung melemparkan sesuatu ke arah Elisse.

Aku hendak berteriak girang, sampai baru kusadari,
kalau pertandingan ini belum selesai.

Aku melihat Elisse memegang pisau di tangannya, lalu diapun berkata,

"Bonjour Bridget...." sambil membalikkan kepalanya.
"Ternyata anak alim kek lu bisa juga ngelempar piso" lanjutnya.

Bridget hanya berdiri dengan gemetar seakan berpikir,
'Apa yang telah kuperbuat?'

Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan langsung lari dengan cepat ke arah Elisse.
Dan untuk pertama kalinya,
aku berhasil mendaratkan sebuah tendangan ke perutnya.

Elisse terjatuh dan kesempatan ini aku gunakan untuk menarik tangan Bridget (yang masih shock) keluar dari lorong gelap itu.

Kita kembali ke tempat loker dan menemui bahwa Alex sudah bisa berdiri.

"Darimana aja kaliannn???" ujarnya sewot.

"Elisse.... Gila.... Pisau.... Tendangan.... Jatuh.... Lari...." ujarku terengah-engah akibat lari terlalu cepat.

Tiba-tiba saja Alex sudah melangkah melewati dan berdiri di depan Bridget yang berdiri di belakangku.

"Apa gue bilang?!! Temenlu tuh psycho." teriaknya keras ke arah Bridget.

Bridget yang tampak tidak berkutit itu hanya bisa diam dan mengambil nafasnya yang hampir habis juga.

"Sudahlah...." ujarku menenangkan mereka berdua.
"Dia bakal kesini bentar lagi. Mending kita mikirin suatu cara aja."

Alex menatapku sinis dan berkata,
"Lu udah liat dia gak sih?? Dia tuh lebih jago dari kita semuaaa...."

"Bener..." ujar Bridget tiba-tiba.

Wow..... dia bisa berbicara rupanya.

"Tapi dia ga lebih kuat dari kita bertiga." lanjut Bridget yang membuatku dan Alex langsung melongo.

Bukannya apa, hanya saja,
Baru kusadari sekitar 2 detik sebelumnya kalau dia itu tidak bisu dan bisa bicara.
Dan sekarang dia sudah memotivasi kami dengan kata-katanya yang menurutku benar itu.

Elisse memang sangat hebat. Bahkan melebihi aku.
Tapi dengan kemampuanku, ditambah kemampuan Bridget yang sangat jago dalam gerakan akobratik, dan Alex yang bisa.....
Hmm... bisa....
Bisa.... gampang emosian..?

Kita pasti bisa mengalahkan Elisse.

"Oke.... In this to end this" ujarku sambil mengulurkan tanganku.

Bridget tersenyum manis dan berkata,
"In this to end this" sambil meletakkan tangannya diatas tanganku.

Kita berdua kompak melihat ke arah Alex yang sedang menyilangkan kedua tangannya.
Alex memutarkan kedua bola matanya.

"Fine." ujarnya, lalu meletakkan tangannya diatas tanganku dan Bridget.
"In this to end this. And... i have a plan." ujarnya sambil tersenyum licik.

Senyuman yang membuatku (dan aku yakin Bridget juga) merinding.

Sangat merinding.

____________________________________

Spy'X Mission : JokerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang