Haiiii....
Aku mutusin buat nge-post hari ini nih. Gimana ceritaku? Nggak seru ya? Biarin aja lahhh yaaa. Oh iya, aku mau masang target nih. Jadi kalau part ini yang nge-vote udah 20 baru lanjut yaa..Okelah nggak usah kelamaan. Cekidottt
***Aku membuka pintu kamarku. Aroma vanilla menusuk indra penciumanku. Ah. Aku lelah sekali hari ini. Aku benar-benar full mengadakan aktivitas satu harian ini. Mulai dari tadi pagi mendaftr sekolah dan dilanjutkan membeli kebutuhan sekolahku.
Ya. Besok adalah hari pertamaku masuk di sekolahku yang baru. Awalnya aku tak berfikir untuk melanjutkan sekolahku setelah aku tamat dari Sekolah Menengah Pertama alias SMP. Aku tak pernah berencana untuk melanjutkan SMA. Walaupun sebetulnya aku menginginkannya.
Karena waktu aku tamat SMP, disitulah ibu meninggalkanku. Aku tak tahu bagaimana caraku memenuhi biaya hidupku. Maka sejak itu, aku memutuskan sekolahku.
Sedih sih awalnya dan belum terbiasa. Namun. Apa boleh buat? Aku tak punya uang untuk masuk ke SMA. Biaya hidupku saja sudah pas-pasan di desa. Terkadang aku hanya makan sekali dalam sehari. Maklum, aku hanya bisa mengandalkan sisa uang tabungan ibu.
Aku tak bisa membuat kue untuk dijual. Aku tak bisa apapun. Maka dari itu aku ingin ke Kota untuk mencari pekerjaan sekaligus menggapai cita-citaku. Aku sangat bersyukur karena Tuhan mempertemukanku dengan seorang Kevin.
Hidupku memang benar-benar berubah saat aku ditinggal oleh ibu. Semuanya benar-benar berbeda. Sejak ibu tiada, aku terkadang merasa takut. Aku takut jika uang sisa tabungan ibu tak mencukupi biaya hidupku. Bahkan ada beberapa perabot rumah kujual kepada seorang tukan barang bekas di desaku.
Dulu saat ada ibu, aku selalu bisa mengandalkannya. Ia selalu memberi yang terbaik untukku. Aku tersadar dari lamunanku saat seseorang mengetuk pintu kamarku.
"Kak Ken, makan dulu yuk!"
Aku berjalan menuju pintu kamarku dan membukanya. Mataku menangkap seorang gadis berbalut piyama tidur berdiri di hadapanku. Senyuman tak pernah lepas dari wajah cantik dan manisnya. Aku pun ikut tersenyum. Aku menganggukkan kepalaku. Ia menggandeng tanganku menuju lantai bawah.
Aku melihat Kevin yang sudah duduk rapi di meja makan. Aku menarik kursi dan duduk di kursi tersebut. Aku duduk berhadap-hadapan dengan Kevin. Sementara Aca duduk di sebelahku. Kevin menyendokkan nasi ke piring miliknya.
"Tadi yang nyuruh aku itu Kak Kevin. Mungkin dia cemas kali kak karena Kak Ken belum makan malam."
Aku tersenyum mendengar perkataan Aca. Aku menyadari Kevin yang berhenti menyendokkan nasi ke piringnya. Ia menatap tajam adiknya itu. Bukannya takut, Aca malah tertawa puas. Aku pun ikut tersenyum.
Kevin mengalihkan pandangannya. Ia menatapku. Aku tahu saat ini dia sedang malu padaku.
"Bercanda Kak Kev. Nggak usah marah. Nanti cepet tua lho."
Kevin tak menggubris ucapan Aca. Ia memakan makan malamnya dengan tenang. Suasana makan malam pertama yang kulakukan di rumah ini.
Aku lebih banyak mengobrol dengan Aca. Bahkan aku tidak mengobrol dengan Kevin. Ia tampak tenang dan tak terganggu dengan suara tawa kami. Ia tetap memakan makan malamnya sampai habis.
Perlahan, aku menghabiskan makan malamku. Ah. Sudah lama sekali aku tak makan daging sapi. Bi Ona emang paling jago dalam urusan memasak.
Bi Ona adalah pembantu di rumah Kevin. Bi Ona baik sekali. Aku menatap Aca yang sedang memakan makan malamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
keni(A)vara
Teen FictionSeorang gadis mungil, penyuka senyuman, dan orang terapuh yang pernah ditemui Kevin di sebuah kafe. Dia Kenia Avara. Perempuan yang terlalu berani untuk mengambil sebuah keputusan, dan tak pernah memikirkan segala resiko yang dihadapinya.