KA (12)

85 7 0
                                    

Vote yaaaa jangan lupa!!!! Please ya!!

Vote!

Vote!
**
Aku menyisir rambutku. Aku mengenakan dress yang dibelikan oleh Radit tempo hari. Dadaku terus saja berdegup kencang. Aku sudah siap. Aku sudah berlatih keras. Namun, tetap saja rasa gugup menyelimutiku.

Aku sudah berkali-kali menarik nafas. Tetap saja cara itu tak ampuh. Aku tak bisa mengatasi rasa gugupku ini. Aku memastikan bahwa aku tidak terlalu buruk.

Aku memakai sepatu yang biasa kupakai yaitu sepatu flat kesayanganku. Hari ini adalah hari dimana aku mengikuti lomba. Aku memainkan jari-jariku.

Ah. Lebih baik aku sarapan terlebih dahulu. Mataku melihat Kevin dan Aca sudah siap. Mereka akan mengantarku dan melihatku lomba. Tentu juga bersama Radit. Tetapi kami akan bertemu disana. Mereka tampak menikmati sarapannya. Aku menarik kursiku.

Jujur saja aku tidak bisa fokus. Fikiranku melayang kemana-mana. Aku tak bisa berfikir tenang. Aku mengambil selembar roti dan mengoleskan nutella diatasnya. Aku memakan roti itu. Memang sih bisa kutelan dan bisa masuk ke dalam perutku. Tetapi tetap rasa gugupku tak hilang. Aku berusaha tersenyum pada mereka.

"Lo gugup ya?" Tanya Kevin yang berada di depanku

"Sedikit."

Aku memakan rotiku dengan pelan. Aku tak nafsu makan. Sama sekali tak nafsu.

"Jangan gugup kak. Optimis menang donk."

Aca berusaha menyemangatiku. Aku hanya tersenyum. Tak lama setelah selesai makan, kami pun berangkat. Kami menggunakan mobil Kevin. Aku duduk di depan seperti biasanya.

Aku memperhatikan jalanan. Tak berniat untuk bercanda seperti biasa. Bahkan berbicara pun tak niat.

1 jam kemudian kami sampai di sebuah gedung theater yang cukup besar. Aku sesegera mungkin menuju belakang panggung. Sementara Aca dan Kevin menuju tempat duduk penonton. Aku bertemu dengan teman-temanku. Kami melalukan doa bersama agar kami bisa memberikan yang terbaik dalam lomba ini.

Ini pertama kalinya aku membawa nama sekolahku untuk sebuah lomba besar. Aku hanya bisa berdiri di belakang panggung sampai namaku disebut. Aku tak bisa tenang.

Dan setelah beberapa saat nama grupku pun dipanggil. Aku masuk ke dalam panggung. Ratusan orang menatap aku dan temanku. Keringat dingin mengucur deras di dahiku tanpa bisa kukendalikan. Rasanya tersenyum saja susah sekali.

Ibu, tolonglah anakmu ini.

Temanku menyapa para penonton dan juri dari panggung. Aku hanya tersenyum tipis. Kami pun memulai pertunjukkan kami. Aku menoleh ke arah penonton. Mataku tertuju pada Kevin dan Aca. Aca melambaikan tangannya dan tersenyum.

Sementara Kevin. Tunggu. Cowok itu tersenyum. Ia tersenyum sangat manis. Aku juga bisa melihat Radit, kekasihku duduk di sebelah mereka. Aku tersenyum pada mereka semua.

Temanku mulai bernyanyi. Aku mulai memainkan piano mengiringi nyanyiannya. Kami mempersembahkan lagu Thinking Out Loud yang dipopulerkan oleh Ed Sheeran.

When your legs don't work like they used to before
And I can't sweep you off of your feet
Will your mouth still remember the taste of my love
Will your eyes still smile from your cheeks
And darling I will be loving you till we're 70
And baby my heart could still fall as hard at 23
And I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways
Maybe it's all part of a plan
Oh me I fall in love with you every single day
And I just wanna tell you I am
So honey now
Take me into your loving arms
Kiss me under the light of a thousand stars
Place your head on my beating heart
I'm thinking out loud
That maybe we found love right where we are

When my hair's overgone and my memory fades
And the crowds don't remember my name
When my hands don't play the strings the same way
I know you will still love me the same
Cause honey your soul can never grow old
It's ever green
Baby your smile forever in my mind and memory
And I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways
Maybe just the touch of a hand
While I continue making the same mistakes
Hoping that you'll understand
But baby now

Take me into your loving arms
Kiss me under the light of a thousand stars
Place your head on my beating heart
Thinking out loud
That maybe we found love right where we are

So baby now

Take me into your loving arms
Kiss me under the light of a thousand stars
Oh darling, place your head on my beating heart
I'm thinking out loud
That maybe we found love right where we are
Oh maybe we found love right where we are
And we found love right where we are

Aku menghentikan permainan pianoku saat lagu tersebut selesai. Semua penonton bertepuk tangan. Bahkan ada yang standing applause.

Aku tersenyum. Ternyata usahaku tak sia-sia. Hampir setiap hari pulang sore untuk latihan. Aku bisa membuat yang terbaik. Kami pun memberi hormat.

Aku melangkah kembali ke panggung. Aku bisa bernafas lega sekarang. Aku menegak seluruh air mineral yang ada dalam botol itu. Kami semua berhigh-five.

Kini tiba gilirannya untuk membacakan pemenang. Dadaku kembali berdegup kencang. Aku tak henti memanjatkan doa.

"Juara Ketiga adalah grup band dari SMA Singa Mekar. Juara kedua adalah grup band dari SMA Tula Tulip. Dan juara pertama kita adalahhh...."

Aku memainkan jariku. Menunggu kata-kata yang akan keluar dari mulut pembawa acara itu. Aku memejamkan mataku.

"Grup band dari SMA Kenanga."

Aku melompat kegirangan. Nama SMAku disebut. Senyuman tak lepas dari wajahku. Aku berpelukan dengan teman-temanku.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku dan teman-temanku menuju panggung. Semua penonton bertepuk tangan saat kami menerima piala.

Setelah penerimaan piala, kami kembali ke belakang panggung. Mrs. Sera memberikan ucapan selamat kepada kami. Kami pun saling mengucapkan selamat dan berpamitan pulang.

Aku menunggu di belakang panggung sambil melihat pintu luar. Kemana Radit, Kevin, dan Aca. Tak lama, aku bisa mendengar suara teriakan Aca. Aku berbalik badan. Aku tersenyum dan berlari ke arah Radit. Aku memeluk pemuda itu. Aca terlihat bahagia. Sementara Kevin seperti biasa dengan wajah datar dan dingin. Aku melepaskan pelukanku. Radit menatapku dengan binar bahagia.

"Selamat sayang."

Radit mengecup dahiku. Dan itu di depan Kevin dan Aca. Aku hanya bisa tersenyum kepada mereka.

"Tahu deh yang baru jadian."

Aku dan Radit hanya bisa tersenyum malu-malu. Aca memberikan selamat padaku dan memelukku. Dan kini tiba giliran Kevin.

Kevin berjalan ke arahku. Namun. Ada yang berbeda. Pemuda ini tidak terlihat bahagia. Tak ada senyuman di wajahnya.

"Selamat. Permainan piano lo berhasil hipnotis para penonton termasuk gue."

Aku tersenyum. Tangan kami saling menjabat. Tetapi entah kenapa, aku menjadi salah tingkah.

Aku hanya menatap dirinya sebatas leher. Ia terlalu tampan untuk dipandang. Aduh, Kenia. Ingat dirimu sudah memiliki kekasih.

"Kita mau ngerayain dimana nih kak?"

Pertanyaan dari Aca berhasil membuatku dan Kevin melepaskan jabatan tangan.

"Terserah dimana aja."

"Makan?"

"Di kafe biasa ya." Ucap Kevin

keni(A)varaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang