-Kenia's POV-
Aku berkaca di depan cermin. Dress bewarna hijau tosca dengan panjang sedikit di atas lutut membalut tubuhku. Dress ini terasa pas di tubuhku. Tak ada aksesoris yang menempel di gaun ini. Ini memang gaun sederhana. Gaun pemberian terakhir ibu.
Aku melihat diriku di depan cermin. Aduh. Bagaimana aku berdandan? Aku tak bisa berdandan sama sekali. Hanya bisa mempoles bedak dan lip gloss. Selain itu jangan tanyakan padaku.
Aku melirik jam tanganku. Sudah pukul 4 sore. Radit memang mengajakku jalan jam 5 sore. Hari ini malam minggu. Entah mengapa pemuda itu mengajakku berjalan. Alasannya karena ia ingin mencari udara segar. Tak masuk akal bukan?
Aku masih diam di depan meja rias kamarku. Aku tak tahu harus melakukan apa.
Tok. Tok. Tok.
Tiba-tiba aku mendengar sebuah ketukan pintu. Tanpa menunggu lama, aku menyuruh yang mengetuk itu masuk. Ternyata Aca. Gadis itu menatapku dengan tersenyum. Tersirat raut bingung di wajahnya.
Tanpa meminta izin, ia duduk di tempat tidur kamarku. Ia tiduran sambil menatap langit-langit kamar ini.
"Kak Ken mau kemana?" Tanyanya tanpa mengubah arah pandang
Aku bisa melihat itu dari cermin meja rias. Aku tak perlu capek-capek menoleh. Aku tersenyum. Menarik nafas sebelum menjawab.
"Jalan sama Radit."
Gadis itu langsung bangkit dari tidurnya. Memandangku dengan senyuman bercampur keterkejutan. Aku sudah tahu reaksinya.
"Beneran kak? Siapa yang ngajak?"
Aku mendesah, "Ya Raditlah. Masa aku."
Gadis itu tertawa, "Kayaknya ada yang bakal jadi pasangan nih."
Aku hanya tersenyum tipis. Entah mengapa tiba-tiba aku sedikit berharap. Radit. Cowok yang membuatku selalu nyaman. Cowok yang membuatku selalu tertawa dan tersenyum.
"Kakak kok nggak dandan?"
"Mmm..."
Aca bangkit dari duduknya. Ia berjalan menghampiriku.
"Tutup mata. Aku mau sulap kakak jadi cantik."
"Tapi Ca, kamu bisa?"
"Jangan ragukan diriku, kak."
Aku menutup mataku. Aku merasakan sapuan bedak di wajahku. Aku terus menutup mataku.
Kira-kira sepuluh menit kemudian, aku baru membuka mataku. Aku memegangi wajahku. Ini aku? Aku sampai tak percaya dengan wajahku. Aku tersenyum pada gadis itu.
"Thankies Aca cantik." Ucapku sambil mencubit kedua pipinya
"Aku doain kak Ken sukses."
Aku tersenyum. Tanganku menyambar tas kecilku yang bewarna senada dengan gaunku. Aku memakai sepatu flatku. Aku mencium singkat pipi Aca.
Aku menuruni anak tangga dengan langkah anggun. Mataku menangkap sesosok pemuda yang tengah menonton tv. Tanpa berfikir lebih lama, aku menghampiri pemuda itu.
"Kev, gue pergi dulu ya."
"Kemana?"
"Jalan."
"Sama?"
"Kepo."
Kevin mengalihkan pandangannya dari layar tv. Ia memandangiku dari atas kepala sampai ujung kaki.
"Nggak boleh."
"Bodo. Kan gue nggak minta persetujuan lo."
Kevin tampak kesal dengan jawabanku. Aku tertawa ringan. Yes. Aku berhasil membuat pemuda itu merasa kesal. Aku bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
keni(A)vara
Teen FictionSeorang gadis mungil, penyuka senyuman, dan orang terapuh yang pernah ditemui Kevin di sebuah kafe. Dia Kenia Avara. Perempuan yang terlalu berani untuk mengambil sebuah keputusan, dan tak pernah memikirkan segala resiko yang dihadapinya.