-Kevin's POV-
Aku menyetir mobil seperti biasa. Aca duduk disampingku. Seperti dulu kami hanya diam. Sibuk dengan fikiran masing-masing. Aca selalu sibuk dengan handphonenya.
Hal ini berbeda dengan Kenia. Gadis itu lebih suka mengajakku berbicara di dalam mobil. Ya walaupun tak selalu.
Aku menginjak rem saat lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Radit juga melakukan hal yang sama. Motor Radit tepat berada di sebelahku. Tepatnya sebelah mobilku.
Aku bisa melihat bagaiaman cara Kenia memeluk Radit. Mereka terlihat sangat mesra. Aku menjadi sedikit iri dengan kemesraan mereka.
Kapan Dina kembali? Aku teringat pada gadis itu. Aku bisa melihat bagaimana raut wajah Kenia saat berada di dekat Radit. Mereka sangat bahagia. Radit sangat memperhatikan Kenia.
Aku mengacak rambutku dengan frustasi. Aku ingin bertemu gadis itu. Gadis yang telah mencuri hatiku. Dan sekarang meninggalkanku.
Lampu lalu lintas menunjukkan warna hijau. Aku menginjak gas. Mobilku mulai berjalan. Aku melirik Kenia. Gadis itu tersenyum padaku sebelum motor Radit berjalan mendahuluinya.
Setelah melewati perjalanan yang cukup lama, kami pun sampai di kafe. Kafe itu tempatku biasa nongkrong.
Aku melihat Kenia dan Radit yang sudah terlebih dahulu memasuki area kafe. Mataku terpaku saat melihat kedua tangan mereka menyatu. Ada rasa bergejolak di hatiku. Aku dan Aca mengikuti langkah kedua insan itu.
Kenia mengambil tempat duduk favoritku. Sejak kapan gadis ini tahu bahwa ini tempat favoritku. Aku duduk di depan Kenia. Gadis itu selalu tersenyum. Wajah bahagia terpancar di wajahnya.
Radit memanggil seorang pelayan. Pelayan tersebut memberikan buku menunya kepada kami. Secara bergantian, kami pun mulai memesan. Pelayan itu mulai mencatat satu persatu pesanan kami.
Sambil menunggu pesanan, aku izin kepada mereka untuk ke toilet. Aku ingin buang air kecil. Aku keluar dari bilik toilet setelah selesai. Kakiku bejalan ingin kembali ke meja makan.
Mataku terbelak saat melihat Kenia yang sudah berdiri di depan pintu masuk toilet."Kenia?"
"Eh Kev."
"Lo tahu darimana tempat duduk favorit gue?"
"Gue nggak tahu lho kalau itu tempat duduk favorit lo. Cuman gue inget kalau itu tempat duduk lo waktu kita pertama ketemu."
Ah. Gadis ini masih mengingat itu. Bagus sekali daya ingatnya. Padahal seingatku kami hanya bertatapan tak sampai 5 menit. Apa gadis ini memperhatikanku? Aduh. Apa yang difikiranku ini?
Aku pun kembali ke meja makan. Ternyata pesanan kami sudah datang. Aku pun kembali duduk. Dan tak lama Kenia kembali. Kami memulai makan malam kami sekalian merayakan keberhasilan Kenia.
Aku sesekali melirik Kenia dan Radit yang tampak romantis. Beberapa pengunjung lalu lalang di depan kami.
"Kevin?"
Aku mendongak saat namaku disebut. Aku hampir saja tersedak jika tak segera menelan makananku. Mataku terbelak. Nafasku terhenti seketika. Aku menggerjapkan mataku untuk memastikan bahwa aku tak salah lihat. Mataku pasti sedang error nih.
Tapi gadis itu tetap berada disitu. Aku tak sedang berhalusinasi kan? Atau karena aku sangat merindukannya?
Aku hanya diam. Tak tahu harus menjawab apa. Hatiku terasa amat bahagia. Aku menarik sudut-sudut bibirku. Aku tersenyum padanya. Kalian tahu apa yang terjadi?
Gadisku kembali. Dinaku kembali. Gadis yang kurindukan berada di hadapanku sekarang. Gadis yang telah membuatku hampir gila karena tak menerima kabar darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
keni(A)vara
Teen FictionSeorang gadis mungil, penyuka senyuman, dan orang terapuh yang pernah ditemui Kevin di sebuah kafe. Dia Kenia Avara. Perempuan yang terlalu berani untuk mengambil sebuah keputusan, dan tak pernah memikirkan segala resiko yang dihadapinya.