Haiii para readers setia!!! #edisi nyapa.. Masih setia nggak nungguin Kenia Avara? (Kayak ada aja yang nungguin) Oiya aku butuh voments kalian yaa. Paling tidak sebagai penghargaan kalian...
Satu lagi, kalian mau liat siapa yang peranin Kenia Avara sama Kevin? Dan pemain lainnya? Comment yaa. Kalau banyak yang minat aku bakal post di mulmed.
Satu lagi, janji yang terakhir. Sebenarnya aku sedih karena gak capai target votenya. Tapi nggak papalah. Semoga cerita part ini tambah seru yaa!!!
***"Kenia."
Suara berat itu sukses menghentikan langkahku dan Fita. Suara itu terus menggema di telingaku. Aku pun berbalik badan. Radit sudah berada tepat di hadapanku.
Aku bisa melihat nafasnya yang belum terkontrol akibat bermain basket barusan. Keringat bercucuran dari dahinya. Bajunya juga sudah basah.
Ingin sekali aku menyeka keringatnya. Ah. Apa yang kamu fikirkan Kenia? Kamu tak mungkin melakukan hal itu. Tak mungkin.
Radit menatapku dengan seulas senyuman manisnya. Aku bisa merasakan seluruh pasang mata menatapku. Aku juga bisa mendengar beberapa bisikan orang yang mengganggu indra pendengaranku.
Jujur, aku tak suka menjadi pusat perhatian. Oh Radit, bisakah kau tak memanggilku? Atau jika kita ingin mengobrol nanti saat pulang sekolah? Aku tak suka menjadi pusat perhatian. Radit, seandainya kamu bisa membaca fikiranku. Aku memainkan jari-jariku. Aku tak boleh gugup. Kami terdiam selama beberapa saat.
"Gue gak nyangka ternyata lo masuk SMA ini."
Aku tersenyum. Beberapa ejekan menusuk indra pendengaranku.
"Gue istirahat bentar. Nanti lanjut." Teriaknya kepada teman-temannya
Teman-teman satu timnya tampak mengangguk. Permainan basket pun dilanjutkan. Tetapi tanpa seorang idola yaitu Radit.
Radit menggandeng tanganku meninggalkan area lapangan. Aku mengisyaratkan agar Fita duluan ke kelas. Gadis itu mengangguk sambil tersenyum. Aku mengikuti langkah cowok itu. Radit terus menggandengku. Aku tak tahu kemana ia akan membawaku.
Ini sangat berbeda dengan perlakuan Kevin padaku. Berbeda saat Kevin menarik tanganku dan Radit yang menggandengku. Walau kuakui jika ditatap lebih lama, memang Kevin lebih tampan. Tapi jika dilihat dari perilakunya, sudah pasti orang memilih Radit.
Radit mengisyaratkan agar aku duduk. Kami sekarang berada di taman sekolah. Beberapa murid berlalu lalang. Radit terus menatapku.
Entah mengapa jantungku menjadi berdegup kencang. Aku tak bisa mengontrol nafasku dengan baik. Aku menggigit bibir bawahku. Kenapa aku jadi gugup seperti ini. Radit tersenyum padaku. Ia melepaskan pandangannya padaku. Menyenderkan punggungnya di bangku taman.
"Gue seneng lo masuk sini."
Aku tersenyum. Aku memandangi Radit selama beberapa saat. Keringat masih mengucur di dahinya. Aku teringat sesuatu. Aku kan membawa tisu. Aku merogoh kantung bajuku dan mengambil sebuah bungkusan berisi tisu. Aku mengambil sehelai tisu.
Entah mengapa atau dengan kekuatan apa, aku langsung menyeka keringat Radit dengan tisu tersebut. Radit sempat sedikit terkejut dengan perlakuanku. Namun. Sedetik kemudian ia tersenyum. Ah. Radit, kau murah tersenyum sekali. Setiap senyumannya membuatku merasakan sebuah sengatan mengalir di tubuhku.
Aku menatapnya. Menatap matanya yang memiliki bulu mata lentik dan bola mata bewarna cokelat. Hidungnya yang mancung. Bibirnya yang tidak terlalu tepat dan tidak terlalu tipis. Rambutnya yang acak-acakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
keni(A)vara
Novela JuvenilSeorang gadis mungil, penyuka senyuman, dan orang terapuh yang pernah ditemui Kevin di sebuah kafe. Dia Kenia Avara. Perempuan yang terlalu berani untuk mengambil sebuah keputusan, dan tak pernah memikirkan segala resiko yang dihadapinya.