KA (3)

152 19 1
                                    

-Kenia's POV-

Aku merentangkan tanganku lebar-lebar. Mengucek mataku. Mataku menyipit saat sinar matahari melewati kaca jendela kamarku.

Aku memandangi kamar ini sejenak. Ah. Aku ingat. Ini kamar tamu rumah Kevin. Aduh. Bagaimana mungkin aku bisa lupa bahwa aku sekarang tinggal di rumah Kevin?

Aku membereskan tempat tidur yang beralaskan sprei bewarna biru muda itu. Tanganku membuka kaca jendela kamar ini. Aku menghirup udara pagi yang melewati rongga hidungku. Ah. Aku jadi teringat desaku. Aku membalikkan tubuhku. Aku mengingat-ngingat apa yang harus kulakukan hari ini. Ah iya. Aku harus mencari rumah kontrakan.

Aku melirik jam dinding bewarna biru yang tertempel di dinding kamar ini. Untung saja masih jam 8 pagi. Secepat mungkin aku mencari baju yang akan kukenakan di dalam tasku. Kemarin aku belum sempat memindahkan baju-bajuku ke dalam lemari yang telah disediakan di kamar ini.

Aku mengambil handukku dan beberapa peralatan mandi yang kubutuhkan. 10 menit kemudian, aku keluar dari kamar mandi. Tentunya dengan wajah yang segar dan baju yang telah berganti.

Aku mengambil sebuah tas selempang kecil milikku. Tak lupa, aku mempoleskan sedikit bedak di wajahku.

Aku berlari kecil menuju lantai bawah. Mataku menangkap sesosok perempuan yang tengah mengoles roti. Aku menghampiri gadis itu sekaligus menyapanya.

"Pagi Ca, mau sekolah ya?"

"Eh kak Ken. Pagi juga kak. Iya mau sekolah."

"Ayo kak makan sarapan."

"Ha?"

"Udah kak nggak usah malu-malu. Anggap aja ini rumah kakak."

Aku mengangguk sambil tersenyum. Aku pun menarik salah satu kursi di meja makan kemudian menjatuhkan bokongku disitu. Aku mengambil selembar roti lalu mengoleskan selai coklat ke atasnya. Aku memakan roti tersebut sambil mengobrol ringan dengan Aca.

Tunggu. Tapi dimana pemuda itu? Dimana Kevin? Apa ia sudah berangkat ke tempat kuliahnya? Atau bahkan masih tidur? Mengapa ia tidak iku sarapan?

"Ca, Kevin mana?"

"Kalau kak Kev mah nggak usah dicariin kak pagi-pagi, palingan juga masih tidur."

"Ha? Serius?"

"Namanya juga anak laki."

"Emang dia nggak kuliah?"

"Kuliah. Tapi masuknya jam 10."

Aku membulatkan bibirku membentuk huruf "o". Setelah selesai sarapan, aku dan Aca pun bersiap untuk menuju tempat tujuan masing-masing.

Aku menegak susu yang telah disediakan. Sementara Aca tengah mengikat tali sepatunya.

"Aku berangkat dulu ya kak. Bye."

"Be Carefull, ca."

Aca tersenyum padaku. Aku pun mengambil piring dan gelasku dan membawanya ke dapur. Aku pun mencuci kedua benda tersebut. Setelah menyuci, aku pun berjalan menuju pintu keluar.

Ini sudah jam setengah sembilan. Aku harus bergegas. Nanti kalau Kevin udah bangun, dia akan bertanya-tanya lagi. Aku mau kemana? Sama siapa? Untuk apa? Huh. Lebih baik aku pergi saja dulu. Soal tanya menanya setelah aku pulang saja.

Aku pun membuka pintu utama. Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang memanggilku dari belakang. Tanpa basa-basi, aku pun membalikkan badanku. Aduh. Kenapa ni cowok udah bangun? Tadi katanya jam segini belum bangun? Berabe nih urusannya.

"Eh Kev, udah bangun?"

"Mau kemana?"

Bukannya menjawab, ia malah balas bertanya. Bagaimana sih cowok ini? Aku menghela nafas. Sudah kuduga pertanyaannya. Aku sudah tahu isi pikirannya. Cowok ini kepo sekali sih.

keni(A)varaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang