-Kenia's POV-
Aku terbangun dari acara tidurku. Tanganku meraih jam kecil yang ada di nakas sebelah tempat tidurku. Huh. Pukul 7 pagi. Aku teringat. Ini hari sabtu. Oya, aku kan berencana untuk ke sungai themes hari ini.
Mataku terbuka sempurna. Aku membuka jendela kamarku. Menatap udara yang sepertinya mendukung rencanaku.
Aku segera mengambil handukku. Aku harus segera mandi. Setelah selesai mandi, aku sibuk mencari bajuku. Aku sudah lama tidak membeli baju. Hal itu dikarenakan aku sibuk akhir-akhir ini.
7 tahun sudah kulewati tanpa dirinya. Orang yang sangat kucintai. Apa kalian berfikir bahwa aku sudah melupakannya? Kalian salah besar. Bahkan aku sama sekali tidak melupakannya. Aku masih ingat sedetail-detailnya wajah tampannya itu. Wajah yang berhasil membuat aku jatuh cinta sangat dalam.
7 tahun lamanya, aku tak berpacaran. Aku masih menunggunya. Aku yakin ia akan kembali. Aku yakin kami akan bertemu.
Bukannya aku sombong atau gimana. Mungkin sudah puluhan cowok yang menyatakan perasannnya padaku dengan berbagai cara. Ada yang menembakku secara gamblang, ada juga yang menembakku secara romantis, dan ada juga yang menembakku hanya karena parasku. Namun semuanya kutolak secara halus. Aku tak ingin menyakiti mereka. Aku memang tak bisa membalas perasaan mereka.
Aku tahu kalian sudah tahu sendiri lah siapa pemilik hatiku ini. Siapalagi kalau bukan Kevin. Ia sudah menguasai semuanya. Semuanya yang ada dalam hatiku. Tak ada ruang kosong yang disisakan untuk cowok lain.
Makanya di sekolah musikku dulu, aku paling terkenal karena sifat dinginku. Dan sekarang aku sudah menggapai cita-citaku. Aku bergabung dengan salah satu perusahaan musik yang cukup terkenal di negara yang kutinggali kini. Banyak yang menawariku untuk bermain di kafe maupun di acara televisi.
Dan semua ini karena Kevin. Karena pemuda itu. Kalau pemuda itu tak memberikan beasiswanya untukku, mungkin aku belum sukses seperti ini.
Ingin sekali aku mengucapkan terimakasih padanya. Tapi sampai sekarang aku belum pernah bertemu dengannya. Sama sekali. Aku juga hanya mendapat kabar tentangnya dari Aca dan Radit.
Aku merindukannya. Sangat amat merindukannya. Aku tersadar dari semua lamunanku tentang pemuda yang berhasil membuatku jatuh cinta. Aku segera melepaskan handuk yang sedari membalut tubuhku dan menggantikannya dengan pakaian pergi.
Hari ini aku memang menolak semua job yang ditawarkan padaku. Aku lelah bermain disana sini. Entah kenapa hari ini aku ingin beristirahat. Merilekskan semua fikiranku dan beban-bebanku.
Seperti biasa, aku mengambil cardigan bewarna putih. Cardigan kesayanganku. Aku hanya memakai dress santai selutut tanpa lengan. Aku mengambil tas kecilku dan melangkah keluar dari kamarku.
Selama disini, aku memang tinggal di sebuah apartemen. Apartemen yang kudapatkan dari program beasiswaku. Entah kenapa aku selalu nyaman berada di apartemen ini. Namun tak senyaman berada di kamar rumah Kevin. Rumah itu menyisakan banyak kenangan yang sangat berarti untukku. Rumah yang ditinggali oleh pemilik hatiku. Suasananya yang selalu damai dan tentram.
Aku segera mengunci kamarku. Kakiku berjalan menuju lift. Tanganku menekan tombol satu ketika masuk ke dalam lift.
Ting
Bunyi lift menandakan bahwa aku telah sampai di lantai 1. Aku tersenyum kepada petugas resepsionis yang mengenaliku.
Aku berjalan menuju sungai themes. Sungai itu memang tak berada jauh dari apartemenku. Hanya membutuhkan waktu lima belas menit bagiku untuk sampai ke sungai itu.
Mataku menatap sekelilingku. Banyak orang disana. Ada yang menikmati kebersamaan dengan orang yang mereka sayangi, ada yang berolahraga, dan ada juga yang duduk di tepi sungai themes sambil menikmati indahnya sungai itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
keni(A)vara
Teen FictionSeorang gadis mungil, penyuka senyuman, dan orang terapuh yang pernah ditemui Kevin di sebuah kafe. Dia Kenia Avara. Perempuan yang terlalu berani untuk mengambil sebuah keputusan, dan tak pernah memikirkan segala resiko yang dihadapinya.