KA (7)

116 9 2
                                    

Haiii!!!! Gue kembali nih dengan update terbaru. Gue mau tanya sebenernya seru gak sih ni cerita? Lanjut atau engga? Voments gue tunggu yaaa. Don't be a siders!!!! Thank you
***

Aku menunggu kehadiran Radit. Sudah hampir sepuluh menit aku menunggu kehadirannya yang tak kunjung datang. Aku sudah siap dengan seragamku.

Aku menunggu ditemani oleh pemuda itu. Kevin. Ia sedang menikmati kopi buatanku. Kami menunggu di teras rumahnya. Aku melirik jam tanganku. Untungnya masuk sekolah masih setengah jam lagi.

Entah ada hal apa terjadi pada pemuda yang disebelahku ini. Ia bangun pagi-pagi dan menemaniku menunggu Radit. Padahal mata kuliahnya dimulai jam 3 sore nanti.

Aku mengecek handphoneku. Mana tahu ada sms yang masuk. Namun hasilnya nihil. Aku memasukkan kembali handphoneku ke dalam tas.

"Mana tuh si Radit?" Tanya Kevin yang tampaknya sudah tak sabar menunggu kehadiran Radit

"Mana gue tahu. Macet kali."

"Kalau kayak gini, lo juga bisa telat."

"Bodo. Yang penting telatnya bareng Radit."

Kevin mendengus. Aku tersenyum senang melihat perubahan raut wajahnya. Menjijikkan sih memang kata-kataku. Ah. Kan cuman bercanda.

Tak lama kemudian, aku mendengar suara mesin motor yang mendekat ke arah rumah Kevin. Huh. Untung saja Radit benar-benar datang.

Kalau tidak aku bisa diantar oleh Kevin. Aku malas dengan pemuda itu. Tak ada serunya sama sekali. Aku menghampiri Radit. Begitu juga dengan Kevin. Aku segera menaiki motor Radit.

"Sorry gue telat. Macet banget."

"Gak papa kok. Belum lama nunggunya." Ucapku berbohong sambil tersenyum malu-malu

Belum lama gimana? Hampir setengah jam aku menunggunya. Tapi tak apalah. Untuk Radit apa sih yang nggak. Waduh. Bahaya nih. Aku mulai berfikiran yang tidak-tidak.

Aku bisa melihat Kevin yang ingin memprotes ucapanku. Lagipula siapa yang menyuruhnya untuk menemaniku untuk menunggu Radit. Toh, dia sendiri yang mau.

"Kita jalan sekarang." Bisikku di telinga Radit

Radit menyalakan mesin motornya yang sempat dimatikannya tadi. Aku mengeratkan peganganku pada Radit. Radit tampak tersenyum pada Kevin. Namun. Pemuda dingin itu tak membalasnya.

"Belum lama apanya. Setengah jam tahu." Teriak Kevin mengiringi kepergianku

Radit memang sudah terlebih dahulu menjalankan motornya. Angin pagi menyambut kami. Untung saja aku menguncir rambutku. Kalau tidak? Aku tak tahu apa yang terjadi. Mungkin bisa berantakan sampai sekolah.

"Peluk aku sekarang. Mau tancap gas. Ngejar waktu nih." Teriak Radit yang bisa didengar olehku

Dengan malu-malu, aku memeluk Radit. Aroma maskulinnya terhirup olehku. Aku meletakkan kepalaku pada punggungnya.

Radit membawa motornya diatas kecepatan rata-rata. Aku mengeratkan pelukanku. Suara mesin motor Radit terdengar jela olehku. Kami akan masuk 5 menit lagi.

Radit cukup lihai membawa motor. Ia bisa membawaku sampai di sekolah hanya dalam waktu 8 menit. Padahal biasanya jika aku menggunakan mobil memakan waktu 20 menit.

Kami pun sampai di sekolah tepat saat bel berbunyi. Radit memarkirkan motornya di parkiran motor. Aku pun turun dari motornya.

Aku melepaskan ikatan rambutku dan merapikan rambutku dengan jari-jariku. Radit melepaskan helm hitam yang dikenakannya sepanjang perjalanannya. Ia meletakkan helm itu di atas motornya. Radit memandangku sambil tertawa.

keni(A)varaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang