KA (24)

48 2 0
                                    

HALOOO!!!
Sebelumnya aku mau bilang makasii banget untuk kalian semua yang nyempetin waktu buat baca cerita gaje ini, hahaha. Aku mintaa maaf yaa kalau nggak pernah bales  comment kalian atau saran kalian, aku jarang banget buka wattpad. Jadi makanya updatenya jugaa lama bangett. Nah untuk obatnyaa aku bakalan update 2 part sekaligus, yeayy :)) oiyaa Kenia Avara bakalan tamat beberapa part lagii yaa, makasii :))
***
-Kevin's POV-

Aku menatap nanar kepergian Kenia. Baru kali itu aku melihatnya menangis. Isakkannya seakan menyayat hatiku. Seandainya ia bisa memberikan waktunya sedikit saja untuk aku memberi penjelasan. Aku pasti akan menjelaskan semuanya. Tapi semua sudah terlambat.

Kenia wajar marah padaku. Kenia wajar membentakku. Tidak ada yang salah. Kenia memang wajar melakukan semuanya.

Aku bisa melihat di matanya luka yang amat dalam bercampur kesedihan yang selama ini dipendam. Kata-kata Kenia berputar di otakku. Semuanya masih teringat dalam benakku.

Jangan sentuh aku.

Dasar pembohong.

Aku kecewa sama kamu.

Belum cukup kamu membuat aku menderita?

Kamu nerima aku karena kasihan kan.

Udah cukup selama ini kamu nyakitin aku dan buat luka di hati aku.

Aku nyesel Kev telah jatuh cinta sama kamu.

Sangat membencimu.

Aku mengacak rambutku. Bodoh. Kenapa aku nggak pernah peka pada gadis itu? Kenapa aku selalu mengira bahwa dia tidak mencintaiku?

Aku meninju jendela yang ada di sebelahku. Tanganku otomatis mengeluarkan darah segar. Jendela itu sudah tidak terbentuk lagi. Kaca-kacanya sudah berserakan di lantai. Ada beberapa serpihan yang menancap di kulitku. Tapi aku sama sekali tidak merasakan sakit. Hatiku yang merasakan sakit.

Semua kalimat yang dilontarkannya membuat hatiku tersayat. Tersayat sangat dalam. Walaupun tak menimbulkan luka sedalam gadis itu.

Kenia telah menanggung banyak beban tanpa kusadari. Ia selalu menahan tangisnya setiap aku membentaknya.

Andai Kenia tahu mengapa aku memutuskan Dina. Andai dia tahu alasanku dibalik semua itu. Tapi itu hanya SEANDAINYA. Karena apa? Karena semuanya telah terlambat. Telingaku menangkap sebuah suara. Suara yang sangat kukenal.

"Kak Kevin."

Siapa lagi kalau bukan Aca. Gadis itu sepertinya terbangun dari tidurnya. Ia langsung menghampiriku. Tangannya meraih tanganku yang terluka.

"Kakak kenapa? Itu tangan kakak? Aku denger kak semuanya."

"Kenia. Gadis itu..."

Aku tak dapat menahan tangisku. Aca memelukku. Aku tak dapat membalas pelukan gadis itu. Aku terlalu lemah.

Tiba-tiba kami mendengar suara ketukan pintu. Siapa itu? Siapa yang tengah malam begini datang? Kami saling menatap seakan saling bertanya siapa yang datang.

Akhirnya aku memutuskan untuk membuka pintu. Betapa kagetnya aku melihat kedua orang yang berdiri di depanku. Aku tak dapat berkata apapun. Untuk apa mereka datang kesini? Aku dan Aca sudah tidak membutuhkan mereka lagi.

"Halo Kevin sayang. Mama kangen banget sama kamu." Ucap wanita itu diiringi dengan senyumannya

Aku membuang muka. Cih. Basi banget omongannya. Bilang saja ia ingin mengambil hati papa. Dan berpura-pura baik padaku dan Aca. Tapi nyatanya? Hatinya busuk sekali.

keni(A)varaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang