KA (14)

70 7 1
                                    

Hai-haiiii!!! Gue kembali lagi nihh... Sekarang gue bakal update langsung 2 part yaaa!!! Sorry kalau kelamaan updatenya. Soalnya ada cerita baru yg lagi gue fokusin kesitu.. Hahahaha!! Oh iya, cover Kenia Avaranya udh ganti tuh. Makin bagus apa makin jelek? Maklumin ye. Gue emang paling ga bisa buat cover-cover begituan!!!

Happy reading guyss!!
***

-Kenia's POV-

Aku menggigil kedinginan. Aku sesegera mungkin mematikan AC kamarku. Aku memeluk tubuhku sendiri. Beginilah hasilnya jika aku tidak memakai selimut.

Aku menoleh. Memperhatikan jam dinding kamarku. Oh My God, ini udah jam tujuh kurang 10. Mati aku. Aku langsung lompat dari tempat tidurku. Sesegera mungkin aku mengambil handuk dan seragam sekolahku. Aku membasuh tubuhku dengan gerakan cepat. Aku langsung menggosok gigiku secepat yang kubisa.

Aku memakai seragamku. Bahkan dasiku hanya kukalungkan di leherku dengan asal. Aku memakai kaus kaki dan sepatu. Kakiku langsung berlari menuruni anak tangga. Aku tak melihat Aca lagi di meja makan. Aku hanya melihat Kevin dan Dina yang sedang sarapan di meja makan. Mereka berdua menatapku dengan heran.

"Aca udah berangkat ya?"

Kevin menganggukkan kepalanya, "Gue kira lo nggak sekolah."

"Radit mana?"

"Tuh di depan. Daritadi nungguin lo."

Aku langsung berlari ke depan. Tanpa pamitan. Mataku menangkap Radit yang menunggu dengan motornya. Tanpa menyapa atau mengobrol, aku langsung naik ke motornya.

Radit sepertinya mengerti. Radit pun melajukan motornya. Ia terlihat membawa motor dengan santai. Aku mendekatkan wajahku ke telinga Radit.

"Kenapa pelan bawanya? Kan udah mau masuk."

"Kan hari ini pensi."

Apa? Pensi? Pentas Seni? Kok aku tidak diberi tahu. Aku berdecak. Tapi tak apalah. Kan lumayan tidak belajar.

Sesaat kemudian, kami telah sampai di kawasan sekolah. Aksesoris bertemakan pensi sudah menggantung di setiap sisi sekolah.

Radit menggandeng tanganku. Aku sedikit risih dengan tatapan beberapa siswa yang menatap kami dengan tatapan tidak suka. Aku tahu pasti mereka semua adalah penggemar Radit.

Radit membawaku ke kantin. Aku duduk di salah satu bangku kantin. Radit seperti memesan sesuatu di salah satu counter kantin. Aku tak tahu apa yang dipesannya.

Suasana kantin memang sepi. Para murid lebih banyak jajan di stan-stan yang terdapat di sisi lapangan.

Panggung besar pun ada di tengah lapangan. Lagu-lagu dinyanyikan oleh beberapa siswa. Tak sedikit siswa yang mengambil bagian. Huh. Aku tahu, aku tidak tahu pensi ini karena kemarin aku tidak masuk sekolah.

Tak lama kemudian Radit kembali dengan dua mangkok bubur ayam di tangannya. Ia memberikanku satu mangkok bubur. Aku menatapnya seperti meminta penjelasannya.

"Aku tahu kamu belum makan."

Aku tersenyum. Aku pun melahap makananku. Kami sesekali bercanda. Tersenyum dan tertawa bersama. Radit memang tahu apa yang kuinginkan.

Saat lagi asyik mengunyah makanan, tiba-tiba cowok itu mengelap sudut bibirku dengan tisu. Aku hanya bisa memandanginya dengan tersenyum.

"Kamu kalau makan jangan belepotan."

Aku hanya bisa menunduk malu. Kami menyelesikan sarapan kami. Radit yang membayar semuanya. Kami pun kembali ke lapangan. Banyak anak murid yang memenuhi lapangan itu.

keni(A)varaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang