5

403 20 0
                                    

***

Entah apa yang membawa gue ke tempat ini lagi, tempat di mana penuh dengan kenangan bersamanya, tempat di mana saksi di mulainya hubungan gue bersamanya.

Gue berjalan menuju bangku yang berada tidak jauh dari danau, tempat ini memang damai dan tenang, cocok untuk di jadikan tempat menyendiri dan menenangkan pikiran. Gue duduk di bangku sambil memandangi air danau yang tenang dan damai

'Tapi vin gue masih sayang sama lo'

Kalimat itu, kalimat itu masih terngiang di telinga gue. Kalimat yang Amanda ucapkan tadi, kalimat yang berhasil membuat gue terdiam dan tidak bisa berkutip.

"Sama, gue juga masih sayang sama lo"

"Gue masih sayang sama lo Amanda" gue berteriak dan berharap Amanda mendengarnya

Mengapa? Mengapa ketika gue ingin mengucapkan kalimat itu di depan Amanda gue gak bisa, gue seperti orang bisu.

"Maafin gue, gue gak bermaksud nyakitin lo, gue gak bermaksud cuek dan dingin ke lo"

"Ini juga salah lo, kenapa lo ninggalin gue tanpa kabar gitu aja dan sekarang lo datang dengan mudahnya minta maaf"

"Apa lo kira gue gak sakit, gue berusaha cari lo, gue berusaha ngehubungi lo tapi apa lo gak pernah respon meski itu sekali saja"

"Mudah untuk memaafkan lo tapi hati ini masih sakit, hati ini masih kecewa atas apa yang lo perbuat 2 tahun yang lalu, gue tau itu udah 2 tahun yang lalu tapi sakit dan rasa kecewa gue masih ada"

Gue seperti orang gila yang berbicara entah sama siapa, mungkin sama danau atau sama angin, entah yang intinya gue ingin luapin apa yang gue rasakan. Bukan hanya cewe yang merasakan sakit dan kecewa, laki-laki juga bisa merasakannya ketika di sakiti atau di kecewain sama orang yang ia sayangi secara tulus.

***

Amanda POV

Gue memandang ke luar kaca mobil yang di padati dengan kendaraan yang berlalu lalang.

Kejadian tadi masih terputar sempurna di pikiran gue, dia tega melakukan itu. Sikapnya tadi sangat aneh, yang tadi dia beri gue perhatian kecil dan tiba-tiba dia langsung dingin dan cuek ke gue.

Tes

Tes

Dua tetes berhasil kembali meluncur melewati pipi gue, sampai akhirnya tetesan yang lain ikut turun membuat gue gak bisa menahan isak tangis yang mulai muncul

"Non nangis?" tanya Pak Rusdi, mungkin ia mendengar isak tangis gue

"Gak papa kok pak" gue berusaha tersenyum

Gue kembali memandang luar kaca mobil, gue kembali nangis. Kenapa gue nangis? Apa karena gue masih sayang dia? Tapi jujur ini sakit, sakit banget. Gue gak paham sama Kevin, gue gak paham sama pola pikir dia, apa salahnya dia memberi gue kesempatan menjelaskan semuanya, gue tau gue salah, gue buat dia kecewa tapi gue punya alasan.

"Non sudah sampai" kata Pak Rusdi menyadarkan gue

"Ehh iya pak"gue langsung turun dan berlari menuju kamar, gue dengar Bi Sum yang bertanya gue ada apa tapi gue tidak menghiraukan, yang gue pengen sekarang berada di kamar dan meluapkan semuanya dengan tangisan.

Sesampai gue di kamar gue melempar asal tas sekolah dan langsung menghempaskan tubuh gue di atas tempat tidur.

Gue sekarang menangis sambil menutup muka gue dengan bantal, gue terus berteriak memanggil nama Kevin, tiba-tiba gue dengar nada dering iphone gue berbunyi yang berada di meja kecil samping tempat tidur. Gue ambil iphone itu dan melihat nama yang tertera pada layar iphone tersebut

'Bagas Call'

"Bagas?"

"Ada apa nih anak tumben nelfon"
Gue menghapus air mata gue dan mencoba menormalkan suara gue

"Hallo" kata gue memulai pembicaraan

"Manda, lo napa?" tanyanya ketika mendengar suara gue yang mungkin cukup parau

"Gue gak papa, lo ada apa? Tumben nelfon" kata gue yang masih penasaran

"Hmm gak papa sih, cuman kangen dengar suara lo" katanya

Nih anak gila kali yee, dia nelfon cuman mau dengar suara gue

"Hallo manda, lo masih di situ kan" tanyanya ketika tidak mendengar respon dari gue

"Ehh iya gue masih di sini, lo cuman mau dengar suara gue kan, ya sudah sekarang mau apa lagi" gue sebenarnya malas meladeni si kampret ini

"Lo lagi kenapa? Abis nangis suara lo kayak parau gitu" katanya penasaran

"Gue gak abis nangis, ini nih lagi pilek" gue berbohong padanya

"Tapi.."

"Udah ya Gas gue lagi capek mau istirahat, bye" gue langsung memotong pembicaraannya dan mematikan telfon secara sepihak.

Gue kembali menaruh ipone milik gue ke meja dan kembali berbaring. Bayang-bayangan Kevin kembali berputar di otak gue

Dia?

Dia memang berubah, dia lebih cuek dan dingin. Gue tau ini karena gue tapi gue pengen jelasin itu doang tapi mengapa susah banget. Gue terus berpikir sampai kesadaran gue menghilang.

Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang