Amanda POV
Gue membuka mata gue secara perlahan dan gue bisa lihat sekarang gue berada di kamar gue.
Tunggu dulu, tadi terakhir kali gue pingsan di toilet sekolah dan kenapa sekarang gue bisa di kamar gue sendiri. Dengan susah payah gue bangun dari posisi tidur gue dan bersandar.
"Apa bunda gak sayang lagi sama kita-kita?"
"Apa ayah dan bunda udah lupa kalau punya 3 anak"
Suara teriakan itu gue bisa dengar, itu berasal dari lantai bawah mungkin dari ruang keluarga. Dengan pelan-pelan gue keluar dari kamar dan berdiri dari atas, gue bisa lihat dari sini di bawah ada ayah, bunda, Kak Raga dan Kak Rasya. Dari teriakan Kak Rasya gue bisa tahu mereka sedang bertengkar
"Apa bunda lupa sama kami" Kak Rasya berbicara kepada ayah dan bunda sedangkan Kak Raga hanya duduk terdiam di belakang Kak Rasya
"Sayang bukan begitu kami ingat sama kalian hanya saja kalian harus ngerti, bunda dan ayah harus kembali menyusun semuanya setelah apa yang telah terjadi"
"Tapi setidaknya ayah dan bunda bisa luangkan waktu untuk Raga dan Amanda"
Semuanya terdiam, gue bisa lihat dari sini Kak Rasya sedang di puncak amarahnya"Waktu Amanda sakit bunda dan ayah gak pernah jengukin Amanda, kenapa? Apa alasannya sibuk" Kak Rasya terus menghakimi ayah dan bunda
"Sayang tolong ngertiin ayah dan bunda" ayah mulai angkat bicara
Tiba-tiba gue merasa sakit kepala gue kembali menyerang, penglihatan gue berputar
"Sakitt" jerit gue sambil memengani kepala gue
"Astaga Amanda" itu teriakan dari Kak Rasya
"Sakit bunda ayah" teriak gue masih menjerit sampai akhirnya semuanya kembali gelap dan dengan samar-samar gue bisa dengar semua memanggil nama gue.
***
Author POV
Sekarang mereka semua sedang menunggu di ruang tunggu rumah sakit. Amanda langsung di larikan ke rumah sakit ketika ia kembali menjerit kesakitan terlebih ia kembali mimisan.
Semuanya berkumpul menunggu dokter yang menangani Amanda termasuk Varo, tadi Kak Raga menyempatkan untuk mengabari Varo dan tidak lama Varo sudah berada di antara mereka semua.
Pintu ruangan Amanda terbuka memunculkan seorang dokter yang menangani Amanda, semua langsung mengerumi dokter tersebut berharap keadaan Amanda baik-baik saja
"Bagaimana keadaan Amanda dok?" tanya bunda Amanda kepada dokter tersebut
"Keadaan Amanda sangat kritis, kanker yang ada dalam tubuhnya sudah menyebar dengan cepat"
"Tunggu dulu, maksud dokter kami tidak mengerti" kata Kak Rasya yang terlihat bingung
"Begini, kanker yang sempat nonaktif dalam tubuh Amanda kembali aktif dan saya menyarankan kepada Amanda untuk kemo terapi tapi ia menolaknya dan sekarang akibatnya kanker tersebut sudah menyebar menguasai tubuh Amanda" jelas dokter tersebut
"Lakukan apapun dokter agar Amanda dapat sembuh" kata ayah Amanda
"Kami sudah kewalahan dan entah harus berbuat apa, lebih baik kita menyerahkan semuanya kepada Yang Kuasa" kata dokter
"Kalau begitu saya pamit dulu" pamit dokter tersebut
Setelah dokter pergi, mereka semua langsung memasuki ruang rawat Amanda
Mereka semua bisa lihat, seorang gadis terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan infus yang melekat pada tangannya dan alat bantu oksigen yang membantunya"Sayang ini bunda" kata bunda Amanda menggenggam tangan putrinya
"Bunda" dengan samar-samar suara Amanda memanggil bundanya
"Bunda, Amanda sayang sama bunda" kata Amanda
"Bunda sayang juga sama kamu" kata bunda mengecup kening putrinya
"Ayah, Amanda sayang sama ayah" kata Amanda dengan pelan
"Ayah juga sayang sama kamu nak" kata ayah mengecup kening putrinya
"Kak Raga, Kak Rasya Amanda sayang sama kalian" kata Amanda terbata-bata
"Iya sayang, kami sayang sama kamu, makanya kamu sembuh ya" kata Kak Rasya kepada adiknya itu
"Amanda sudah tidak bisa sembuh lagi jadi Amanda mohon Kak Rasya jangan marahi ayah dan bunda lagi, dan untuk ayah dan bunda tolong jaga Kak Rasya dan Kak Raga ya jangan sibuk dengan pekerjaan kalian lagi"
"Amanda gak boleh ngomong gitu sayang, pasti Amanda sembuh kok" kata bunda mulai menitihkan air mata
"Varo, makasih ya lo udah mau jadi sahabat gue, makasih atas kebahagian yang lo kasih ke gue dan gue sayang sama lo meski hanya sebagai sahabat" kata Amanda melirik ke Varo
"Iya Manda, sama-sama, gue juga sayang sama lo sebagai sahabat" kata Varo tersenyum
"Kak Raga, Amanda minta tolong kasih surat yang ada di meja belajar Amanda ke Kevin besok" kata Amanda mulai sangat pelan
"Iya dek, tenang kakak bakalan kasih surat itu ke Kevin besok" kata Kak Raga tersenyum
Seketika Amanda menghembuskan nafasnya pelan dan menutup matanya
"Amanda" panggil bunda ketika melihat Amanda menutup matanya, dengan cepat ia memperiksa denyut nadi Amanda dan ternyata Amanda telah pergi
"Amanda" teriak bunda yang langsung memeluk Amanda
Semua yang berada di ruangan itu tidak menyangka akan hal ini, secepat itu Amanda meninggalkan mereka, Amanda telah pergi meninggalkan mereka semua.

KAMU SEDANG MEMBACA
Need You
Teen FictionMengapa? Mengapa ketika semua laki-laki berusaha mendekatiku sedangkan dirimu berusaha menjauhiku? Aku tidak butuh mereka Aku hanya butuh kamu Aku tidak menginginkan mereka Aku hanya menginginkan dirimu Mengapa hanya kamu? Karena hanya kamu yang ber...