19

355 13 0
                                    

Varo POV

“Varo pulang” ini kebiasaan gue kalau udah buka pintu rumah

“Ehh sayang” kata Mama yang mencium pipi kiri gue

“Varo capek ma mau ke kamar dulu” kata gue yang langsung meninggalkan nyokap gue dan menutup pintu kamar gue.

Gue berbaring di ranjang dengan seragam sekolah yang masih melekat, kata-kata Kak Raga tadi masih terngiang-ngiang di telinga gue. Apa betul gue sayang sama Manda?

Pertanyaan itu terus berputar di benak gue sampai akhirnya dering telfon menyadarkan lamunan gue.

“Ehh inikan iphone Manda” gue melihat layar iphone itu yang menerakan notif pesan dari Kevin

Kevin?

Ada apa cowo itu mengirin pesan ke Manda, karena kebetulan iphone milik Amanda tidak di beri sandi dengan mudah Varo membukanya dan membaca pesan dari Kevin.

Kevin : Lo lagi di mana?

“Untuk apa dia menanyakan keberadaan Manda?” gue bertanya kepada diri gue sendiri meski gue tau gak bakalan di jawab oleh siapapun, gue menaruh iphone itu di nakas samping ranjang gue dan beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan badan.

Setelah membersihkan badan gue keluar dari kamar mandi dan mendengar iphone Manda berbunyi membuat gue mendekatinya dan melihat nama kontak yang di tampilkan layar iphone tersebut

‘Kevin Call’

“Ngapain coba dia nelfon Manda” gue mengangkat telfon tersebut dan menunggu seseorang berbicara di sebrang sana

Cukup lama gue menunggu tapi tidak ada suara sama sekali sampai akhirnya gue yang memulai duluan

“Halo”

“Lo siapa?” gue dengar suara itu, itu suara Kevin

“Lo gak usah tau gue siapa yang terpenting lo bisa gak jauhin Manda karena sama saja lo nyakitin dia” dengan lancang gue mengucapkan kalimat itu

“Gue perlu tau lo siapa dan kenapa bisa hp Amanda ada di lo?” gue dengar dia berbicara dengan nada marah

“Gue pacar Amanda, tadi iphone Amanda ketinggalan di saku jaket gue, lo puas kan udah dengar penjelasan gue” gue ikut emosi karena dia

Setelah itu gue tidak mendengar suara apa-apa sampai akhirnya gue yang duluan memutuskan sambungan telfon secara sepihak.

Gue kembali menaruh iphone itu di nakas dan berbaring memikirkan keadaan Amanda yang entah sudah membaik atau memburuk.

Gue berencana sepulang sekolah akan menjenguknya, rencananya mau jagain dia tapi gue masih berstatus siwa baru di sekolah itu jadi gak mungkin gue bolos.

Gue memilih memejamkan mata dan membiarkan gue masuk ke alam bawah sadar gue.

***

Author POV

Hari ini Kak Raga memilih bolos untuk menjaga Amanda yang sejak kemarin sore belum juga sadarkan diri, sedangkan keadaannya belum juga memungkinkan kata dokter.

Kak Raga memandang adek bungsunya itu yang sedang berbaring di ranjang rumah sakit dengan infus yang melekat di tangan kanannya.

Lamunan Kak Raga buyar ketika mendengar iphone miliknya yang berbunyi dan dia berjalan menuju meja yang berada di samping ranjang Amanda, lelaki ini melihat layar iphone yang menampilkan nama kakak pertamanya

“Halo” kata Kak Raga ketika iphone itu telah menempel pada telinga kanannya

“Amanda lagi sakit ya?” katanya yang to the point, Kak Raga tau bahwa kakaknya yang satu ini memang punya ikatan batin dengan adik-adiknya

“Iya, dia lagi di rawat di rumah sakit” kata Kak Raga sambil memandang adeknya belum juga sadarkan diri

“Kok bisa dia sakit? Apa penyakitnya kambuh lagi?” tanyanya dengan khawatir, Kak Raga bisa tebak kalau kakaknya itu sedang khawatir di sana meski ia tidak melihat raut wajahnya tapi ia bisa tau dari suaranya

“Dia lagi banyak pikiran di tambah akhir-akhir ini sering nangis apalagi main hujan dan kata dokter jika terus terusan gitu bisa memancing penyakitnya untuk kambuh” kata Kak Raga menjelaskan semuanya

“Kok bisa gitu emang bunda dan ayah mana terus lo juga mana?” tanyanya yang mulai introgasi

“Bunda dan ayah sekarang lebih sibuk ke pekerjaan dan gue akhir-akhir ini lagi banyak tugas di tambah banyak kegiatan” kata Kak Raga menjelaskan

“Kalau gitu nanti siang sesuai jam Indonesia gue berangkat dan bakalan sampai sekitar malam” katanya yang menjelaskan kepulangannya

“Emang lo gak kuliah? Lebih baik lo fokus ke kuliah lo aja urusan Amanda gue bisa kok” Kak Raga bermaksud tidak mau mengganggu Kak Rasya yang sedang fokus ke kuliahnya

“Beberapa bulan ini gue libur jadi gue sempatin aja untuk ke Indonesia” katanya “Kalau begitu sudah dulu gue mau prepare dulu dan jagain Amanda ya” lanjutnya dan memutuskan sambungan telfon ketika Kak Raga telah meresponnya dengan berdehem.

Ketukan pintu kamar terdengar membuat Kak Raga mendekati pintu dan membukanya, seorang laki-laki yang ia kenal dari kemarin sedang berdiri sambil membawa sebuket bunga mawar putih.

“Hai kak” kata Varo memulai pembicaraan, Kak Raga hanya berdehem dan membuka pintu kamar lebih lebar mengisyaratkan Varo untuk masuk ke dalam kamar.

Varo melihat seorang gadis yang ia kenali terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan wajah yang pucat dan infus yang melekat di tangan kanannya. Varo merasa sakit melihat keadaan Amanda yang belum juga membaik.

Varo berjalan menuju samping ranjang Amanda dan menaruh buket bunga itu di meja dan ia langsung duduk di kursi yang tersedia di samping ranjang Amanda sedangkan Kak Raga hanya memandanginya dari sofa yang sekali-sekali sambil memainkan iphone miliknya
“Lo belum bangun?” kata Varo mengisi ruangan yang hening itu, Kak Raga meliriknya sekilas dan kembali terfokus ke iphone nya

“Bangun dong, gue kangen sama lo” kata Varo sambil menggenggam tangan kiri Amanda

“Lo gak cantik tau kalau lo tidur mulu” Varo terus berkata meski ucapannya tak sama sekali di respon.

Varo terus menggenggam tangan Amanda dan terus memandangi wajah Amanda yang pucat berharap Amanda sadar.

Tiba-tiba tangan Amanda bergerak dan membalas genggaman Varo membuat Varo terkaget dan sontak berdiri

“Lo udah bangun?” tanyanya sambil mengelus rambut Amanda

“Amanda sudah sadar?” tanya Kak Raga yang sontak berdiri dan mendekat

Perlahan mata Amanda bergerak dan terbuka member tanda bahwa gadis ini telah sadar.

“Kak Raga” kata gadis ini dengan suara yang parau

“Iya sayang ini kakak” kata Kak Raga sambil mencium kening adiknya dan mengelus rambut Amanda

Amanda berusaha tersenyum dan gadis ini melirik ke sebelah kirinya mendapati Varo yang tersenyum manis kepadanya

“Varo” kata Amanda ketika melihat Varo dan Varo hanya mengangguk dan tersenyum

“Lebih baik lo istirahat dulu, gak usah banyak bicara atau bergerak” kata Kak Raga yang kembali mencium kening Amanda dan Amanda hanya mengangguk pelan

“Kalau begitu gue mau pulang bersih-bersih sambil ambil barang yang dibutuhkan” katanya berbicara pada Varo dan Varo hanya tersenyum.

Tubuh Kak Raga menghilang di balik pintu dan setelah ke pergian Kak Raga ruangan ini hanya di isi dengan keheningan, Varo sengaja membiarkan Amanda mengistirahatkan pikirannya karena teringat akan perkataan dokter kemarin sedangkan Amanda sibuk dengan pikirannya akan kejadian kemarin di danau, karena sibuk memikirkan hal kemarin sampai akhirnya Amanda tertidur dan Varo hanya tersenyum melihat Amanda yang tertidur pulas.

Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang