Kevin POV
Gue kemabli mengendarai motor gue, tapi gue bukan mengarah ke rumah tapi gue mengarah ke rumah Bagas. Tidak butuh waktu lama gue memasuki halaman rumah besar yang tidak asing lagi bagi gue.
Gue memarkir motor gue dan mengetuk pintu utama rumah tersebut, dari luar gue bisa dengar bahwa ada orang yang lagi buru-buru ingin membuka pintu, ketika pintu terbuka terlihat seorang perempuan paru baya yang memakai daster dan celemek yang ia kenakan
“Ehh den Kevin” kata perempuan itu yang tidak lain dan tidak bukan pembantu rumah tangga di rumah Bagas, namanya Bi Ima.
Dia memang sudah mengenal gue karena gue sering ke rumah Bagas kalau lagi stress seperti saat ini
“Iya Bi, Bagas nya ada?” tanyaku
“Ada di kamarnya den, den langsung naik saja” katanya mempersilahkan gue naik dan gue tersenyum manis sebelum gue berjalan menuju kamar Bagas yang terletak di lantai dua.
“Bagas” ketika gue membuka pintu dan melihat si pemilik kamar lagi asiknya tidur dengan nyenyak
“Ya elah ini anak” kata gue yang langsung mengganggu tidur siangnya
“Astaga Kevin lo kebiasaan banget” katanya yang langsung menutup mukanya dengan bantal
“Ehh lo bangun dulu, bantu gue” kata gue langsung mengambil bantal yang menutupi mukanya dan memukulnya menggunakan bantal itu
“Lo mau bantu apa lagi sih” katanya yang langsung terduduk meski matanya masih tertutup
“Itu mata di buka dulu kale” kata gue menampar kecil pipinya
“Iya iya” dia berusaha membuka matanya, “Lo ada apa sih?” lanjutnya
“Bantu gue nelfon Amanda” kata gue dengan santai
“Maksud lo” katanya yang kaget
“Gue minta tolong lo telfon dia sekarang, gue lagi pengen dengar suaranya” kata gue memohon
“Nah kenapa bukan lo aja yang nelfon” katanya dengan santai
“Lo gila selama ini gue cuek ke dia dan sekarang gue harus nelfon dia” kata gue dengan gengsi
“Ya elah gengsi masih di tinggikan”
“Gue mohon bantu gue kek” kata gue memohon
Bagas mulai mengambil iphone miliknya dan mulai memainkan jarinya, tidak lama ia menempelkan iphone tersebut ke telinganya
“Loadspeaker gas” kata gue memperintah Bagas dan dengan malas ia menekan pilihan yang tertera pada Iphone nya, tidak lama suara seorang gadis mulai terdengar meski suaranya sedikit parau
“Hallo”
“Manda, lo napa?” tanya Bagas ketika mendengar suara Amanda yang cukup parau
”Gue gak papa, lo ada apa? Tumben nelfon” kata Amanda yang terdengar berusaha menormalkan suaranya, sepertinya gadis ini tadi sedang nangis.
“Hmm gak papa sih, cuman kangen dengar suara lo” kata Bagas asal dan mampu membuat gue melotot
“Hallo manda, lo masih di situ kan” tanya Bagas ketika tidak mendengar respon dari Amanda
“Ehh iya gue masih di sini, lo cuman mau dengar suara gue kan, ya sudah sekarang mau apa lagi” katanya
“Lo lagi kenapa? Abis nangis suara lo kayak parau gitu” kata Bagas yang mengikuti instruksi gue yang menyuruhnya menanyakan keadaan Amanda
“Gue gak abis nangis, ini lagi pilek” katanya yang nampaknya berbohong
“Tapi..”
“Udah ya Gas gue lagi capek mau istirahat, bye” katanya yang mematikan telfon secara sepihak.
Bagas menaruh iphone miliknya di meja kecil dan berbalik menghadap ke gue, seperti memberi isyarat untuk bercerita
“Gak tau tiba-tiba aja gue lagi pengen tau keadaannya” kata gue asal
“Lo gak usah bohong, lo kira gue gak bisa baca kapan lo bohong dan kapan lo jujur” katanya yang mengetahui kebohongan yang ku timbulkan
Gue menghela nafas ketika melihat bagas yang nampaknya sangat penasaran atas apa yang gue lakukan tadi, sampai akhirnya gue jelasin semua kejadian yang terjadi waktu pulang sekolah tadi
“Lo gila vin” katanya kaget setelah dia mendengar cerita gue
“Maksud lo?” gue bertanya yang bingung atas perkataannya
“Katanya lo sayang sama dia tapi lo perlakukan dia seperti itu, gue tau lo kecewa atas kejadian 2 tahun yang lalu tapi apa salahnya lo dengar penjelasan dia beri dia kesempatan vin” katanya panjang lebar
“Tapi gue udah terlanjur sakit, gue udah terlanjur kecewa” gue mulai emosi
“Lo gak boleh tinggikan ego lo, tidak jarang loh ketika ego di tinggikan penyesalan bakalan datang” katanya mulai menesahati gue
“Tau ah gue pusing, gue balik dulu ya” kata gue beranjak meninggalkan kamar Bagas
“Ingat ya vin, lebih baik lo pikir baik-baik dulu sebelum lo nyesel” katanya yang berteriak
Gue berjalan keluar rumah dan menaiki motor yang tadi gue parkir di halaman rumah Bagas, sebelum gue meninggalkan rumah ini perkataan bagas masih terputar di pikiran gue‘lebih baik lo pikir baik-baik dulu sebelum lo nyesel’
gue terdiam cukup lama sampai akhirnya motor gue meluncur meninggalkan rumah Bagas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Need You
Novela JuvenilMengapa? Mengapa ketika semua laki-laki berusaha mendekatiku sedangkan dirimu berusaha menjauhiku? Aku tidak butuh mereka Aku hanya butuh kamu Aku tidak menginginkan mereka Aku hanya menginginkan dirimu Mengapa hanya kamu? Karena hanya kamu yang ber...