(12) Douze

6.6K 736 62
                                        

Sudah hampir dua minggu Soojung bolak balik rumah sakit untuk melakukan terapi, hasilnya?

Siapa yang sangka wanita duapuluh tiga tahun itu bisa berjalan dengan lebih baik walau agak kaku dan kadang membutuhkan bantuan orang lain untuk membantunya.

" Dokter lihat!!" Soojung berseru sembari tersenyum sumeringah ketika berjalan kearah dokter Kang tanpa dibantu alat apapun.

Namun keseimbangannya goyah, ketika nyeri kembali menyerang kakinya. Untung dokter Kang dengan sigap menangkap tubuhnya.

" Walaupun kau sudah bisa jalan sendiri tapi perhatikan langkahmu." Nasehat dokter Kang sembari membantu Soojung membetulkan posisi berdirinya.

" Dokter..." panggil Soojung yang tengah dipapah dokter Kang menuju kursi untuk istirahat. Dokter Kang melirik sekilas dan mendapati wajah Soojung yang murung.

" Duduklah dulu, baru bicara." Dokter muda itu membantu Soojung duduk dan tak segan berlutut untuk membetulkan posisi kaki gadis dihadapannya.

" Aku ingin bertanya sesuatu.. eh lebih tepatnya cerita sih, dan memintamu menanggapinya."

" Ya silahkan, tapi tak lewat dari jam sepuluh, kau taukan itu jamku praktek."

" Iya, iya.. duduklah." Soojung menepuk kursi yang masih kosong disampingnya.

" Apa?"

" Em.. ini perandaian saja ya, anggap dokter itu sebagai Jonginku." Soojung memulai ceritanya. Dokter Kang hanya mengangguk pelan.

" Tapi janji, jangan bilang pada siapapun." Soojung mengacungkan kelingkingnya diudara, yang disambut kelingking dokter Kang.

" Aku janji."

" Dua tahun lalu sebelum kecelakaan terjadi, aku hidup bahagia dengan Jongin. Bahkan ia membeli apartemen untuk kami dan tinggal disana. Ia selalu memberikan apapun yang aku mau." Dokter Kang hanya diam, menatap Soojung yang justru menundukan wajahnya, menatap lantai pucat dibawah sana.

" Semuanya kami lakukan bersama, sampai ia yang berprofesi sebagai agen intelegen dari departemen kepolisian berhasil menangkap seorang mafia. Dan saat itu sebenarnya ia sudah melarangku untuk datang ke apartemen, tapi ia tak pernah menjelaskan alasan ia melarangku. Sampai akhirnya aku nekat untuk menemuinya diapartemen kami."

" Lalu? Kau bertemu dengannya?"

" Tidak, apartemen kami kosong. Malah beberapa hari setelahnya ada orang yang menanyakan keberadaannya kepadaku, bodohnya aku keceplosan dan mereka tahu aku mengenal Jongin. Aku dipaksa untuk mengatakan dimana Jongin sembunyi padahal aku sendiri tidak tahu. Untungnya hari itu aku bisa melarikan diri dan pulang dengan selamat..."

" Aku pikir orang orang itu sudah tidak mengincarku, besoknya aku pergi berbelanja kebutuhan dirumah yang kebetulan habis, aku tidak tau semuanya akan berujung dengan menjadi korban tabrak lari yang mengalami kelumpuhan seperti ini." Soojung mulai terisak, dokter Kang mengusap lembut punggung Soojung.

Ia ingat betul betapa shock dan histerisnya Soojung ketika ia tahu bahwa ia mengalami kelumpuhan temporer.

Bahkan dokter Kang sendiri yang mengatakan bahwa Soojung bisa berjalan seperti semula dengan mengikuti terapi berjalan.

Tapi Soojung selalu menghindar dan menganggap dokter Kang hanya berpura pura demi menghibur Soojung yang depresi.

" Kau tahukan kelanjutan ceritaku??!" Dokter Kang mengangguk.

" Kau bilang padaku Jongin menghindarimu karena kau lumpuh."

" Maaf, ibu mengarang cerita itu dokter. Jongin tidak pernah sekalipun meninggalkanku. Justru aku yang minta ayah dan ibu untuk bilang pada Jongin aku meninggal akibat kecelakaan itu dan dimakamkan di Los Angeless. Dan dokter tahu bukan aku sempat berangkat ke Los Angeless. Aku kesana hanya untuk membenarkan cerita bahwa aku meninggal dan demi untuk menghindari Jongin. Aku malu, jujur aku malu bila harus bertemu dengannya dalam keadaan lumpuh." Isak tangis Soojung semakin menjadi.

MaîtresseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang