PART 4 KENAPA

47 4 0
                                    


<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<

Pagi ini mereka sarapan bersama dan Levia sebagai anggota tambahan di meja.

"Apa hari ini kau akan pergi ke kota selanjutnya ?" Tanya Miura yang duduk disamping Levia. Levia hanya mengangguk sebagai balasan karena mulutnya masih penuh.

"Kapan kau akan berangkat ?" Tanya Miura lagi.

"Mungkin nanti siang. Ada hal yang masih ingin kucari sambil melihat-lihat kota ini." Jawab Levia, dia menegak habis minumannya.

"Bagaimana dengan kalian ? Apa kalian berangkat setelah ini ?" Levia balik bertanya pada Miura. Miura tidak menjawab, dia menatap tuan Utada meminta jawaban darinya.

"Tidak sekarang. Aku juga punya beberapa barang yang ingin kubawa ke desa." Jelas tuan Utada. Levia hanya menganggukkan kepalanya.

Setelah sarapan mereka berpisah di depan penginapan. Masing-masing dari mereka memiliki tempat tujuan yang ingin didatangi.

Levia tiba di perpustakaan kota. Dia pergi tanpa membawa Balts. Balts ia titipkan pada Jersey yang tampak senang saat dititipi Balts padanya. Dia mencari beberapa buku dibagian rak paling dalam, di mana buku-buku tersebut sudah terlihat tua dan kusam. Bukunya memang sudah tua tapi masih terawat, bisa dilihat seberapa tebal debu yang menempel disampul buku tersebut, dan dibuku tersebut tidak ada debu tebal yang menempel pada bukunya, hanya sekedarnya.

Levia masih berkeliling di bagian rak tersebut, satu buku sudah berada di tangan kirinya, entah berapa buku yang ingin dicari atau di bacanya.

***

Setelah beberapa jam berkutat dengan buku-buku tua, Levia pergi ke pasar kota untuk mencari beberapa bahan makanan untuk perbekalan selama perjalanan selanjutnya.

Sekantong plastik berukuran sedang sudah berada di genggamannya, yang tersisa hanya perlengkapan, karena dia tidak tahu berapa lama waktu yang diperlukan untuk sampai ke kota tujuannya. Selama berburu barang, dia kadang mendapat masalah, terutama masalah tawar-menawar harga barang. Karena uang yang dia miliki terbatas.

Mata Levia yang jeli, menangkap hal ganjil berupa sekelompok orang yang berkumpul di satu tempat. Awalnya dia mengira ada pedagang yang menjual barang langka atau barang murah dengan kualitas baik, atau ada lomba dadakan yang dibuat oleh seseorang. Mendekat. Levia menyelinap paksa dengan menjejalkan tubuhnya ke depan. Saat di depan, diapun tahu penyebab orang-orang berkumpul.

Sekelompok pria dewasa dengan tampang garang dan tidak tampan sama sekali terlebih kulitnya yang tampak sukses gosong karena radiasi matahari itu, memojokkan seorang anak laki-laki yang duduk bersimpuh di depannya. Anak laki-laki itu sesekali membersihkan debu yang menempel di bajunya. Sesaat, entah apa alasannya- Levia baru menonton- pria dengan posisi sebagai ketua menarik kerah depan baju anak laki-laki itu kasar hingga membuat kedua kaki anak laki-laki itu tidak menyentuh tanah. Pria itu membentak anak laki-laki itu tepat didepan wajahnya. Levia yakin, kalau pria itu menyemburkan gerimis di wajah anak laki-laki itu. Wajah anak laki-laki itu memang terlihat tenang, tapi Levia bisa melihat kilat rasa takut di matanya. Memangnya siapa yang tidak takut melihat wajah jelek yang sedang membentak sambil menyemburkan gerimis tepat di wajahnya ? Orang dewasa juga pasti akan takut dan tidak tahan berlama-lama dalam posisi seperti itu, begitu pula Levia. Dia takut kalau gerimis tersebut berubah menjadi hujan dan menyelimuti keseluruhan wajahnya. Mengerikan bukan ? Untuk membersihkannya dia pasti memerlukan berbagai jenis air sumur bersih dengan khasiat yang berbeda-beda ?

she is backTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang