PART 24 KELOMPOK, KEPUTUSAN

27 2 1
                                    

Maaf kelamaan dan pendek ceritanya... m(_ _)m

So, selamat membaca...

<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<

Seperti yang diduga, pintu gerbang istana tidak bisa terbuka. Sebuah pelindung yang terbuat dari sihir menghentikan Giza, sama seperti sebelumnya. Para prajurit yang tersisa, kembali menyerangnya. Tapi, para prajurit itu hanya akan membuat diri mereka seperti bantal yang dapat dilempar dengan mudah.

Di sisi lain, jendral Yadaf dan Ron masih saja saling adu. Jendral Yadaf mengeluarkan keringat di pelipisnya dan napas yang agak memburu. Sedangkan Ron, hanya penampilannya yang agak berantakkan. Beberapa luka bekas sayatan berada dilengan, pipi dan bagian pinggang diterima masing-masing kedua pria itu.

Jendral Yadaf menyerang Ron dengan tebasan vertikal dan dihadang dengan perisai tipis ditangannya.

"Sampai kapan kau melakukan gerakan yang sama terus-menerus." Ucap Ron bosan. Dari tangan kirinya terkumpul seperti asap dingin. Jendral Yadaf yang sebelumnya pernah melihat hal yang sama, mencoba mundur, tapi... sama halnya dengan jendral Yadaf, Ron juga bisa menebak apa yang akan dilakukan oleh lawannya. Ron mengunci kedua kaki jendral Yadaf dengan rantai transparan. Sebelum jendral Yadaf menyadari akan rantainya, Ron sudah melepaskan kepulan asap dingin itu.

"Ledus burvju: Dûmi nâve."

###

Di sebuah kedai-yang sudah tak terbentuk-, Levia duduk di kursi yang tampak selamat dari kekacauan yang terjadi. Dia sedang menunggu seseorang. Di depannya-sebuah meja- terdapat dua tangkai mawar, hitam dan putih. Tangannya bergerak di atas kedua bunga itu. sedikit-demi sedikit, posisi kedua tangkai mawar itu berubah secara pelan.

"Hm, kurasa aku sudah bisa berguna." Gumamnya.

Bunyi kayu yang patah karena terinjak terdengar. Di sana, dua orang sedang berjalan mendekatinya, seorang laki-laki dan seorang wanita muda. Pakaian mereka sedikit berbeda dari kebanyakkan orang umum lainnya. Pakaian yang laki-laki adalah seperti sebuah terusan berwarna biru tua dengan sisi kirinya membelah hingga pinggangnya, di mana sebuah pedang tersemat di sana, dan sebuah celana panjang berwarna hitam, lalu sebuah boot hitam hingga dibawah lutut. Sedangkan yang wanita, dia mengenakan sebuah penutup kepala yang hanya menampilkan bagian wajahnya, lalu pakaiannya hampir mirip dengan yang laki-laki hanya saja belahan panjang itu ada di kedua sisinya. Lalu celana yang dia gunakan hanya sebatas pahanya saja, dan alas kaki seperti sendal yang mana talinya membelilit hingga mencapai bawah lututnya.

Kedua orang itu berdiri di depan meja yang Levia gunakan.

"Maaf." Ucap yang wanita. Levia menggeleng pelan. Kedua tangannya tidak lagi bermain dengan kedua tangkai mawar itu. Kini kedua sikunya bertumpu di meja, menopang wajahnya.

"Bagaimana ?" Tanya Levia, tapi sepertinya yang laki-laki tidak mendengarkannya, sebaliknya dia tampak memperhatikan penampilan Levia seakan dia sedang menilai sebuah pakaian yang sedang dijual. Salah satu tangannya bertopang sambil mengelus dagunya.

"Kau... Aneh. Benarkah itu 'kau' ?" Ucap yang laki-laki. Levia memutar matanya malas, menghela napas.

"Tidak adakah kata yang lebih baik lagi ? Seperti, 'Hai apa kabar ? Lama tidak bertemu' atau 'Kau tampak muda sekarang.'" Ucap Levia, tapi sedikit geli.

"Ya... Kau tampak lebih muda dari terakhir kali kulihat. Tapi, menurutku, kau yang sekarang tampak lebih jelek. Aku lebih suka yang sebelumnya." Balas yang laki-laki tersenyum. Tapi Levia mendengus.

she is backTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang