PART 29

11 1 1
                                    

PART 29

Perang antar penyihir berkelanjutan. Istana sudah menjadimedannya. Banyak penyihir yang menguasai istana dan banyak prajurit terpukulmundur.

Namun, di saat bersamaan, sekelompok pria dan wanitaberbalik menyerang para penyihir dengan sihir lainnya. Beberapa penyihir tampakterkena serangan tersebut karena tidak menduga jika lawan memiliki penyihiruntuk melawan mereka.

Beberapa penyihir mundur menjaga jarak aman dari pihakkerajaan.Seketika tidak ada lagi saling adu, semuanya bergeming.

"Wah, wah... ada apa ini?" ucap seseorang yang melihatsekelompok penyihir lainnya yang menyerang balik mereka. Dia turun daritempatnya menonton dan bergabung dengan anggotanya. Belum juga dia mendapatjawaban, suara ledakan dari arah luar istana membuat perhatian merekateralihkan.

Seorang berjubah hitam muncul tiba-tiba di belakangnya.

"Ada sekelompok penyihir tidak dikenal menyerang pasukan,Tuan Dorqi," lapornya pada pria yang tampaknya menjadi ketua pasukan mereka.

Wajah pria bernama Dorqi itu mengerut. Dia memerintahbeberapa orang untuk mengikuti penyihir pria tadi, lalu dia kembali memfokuskanpada kelompok penyihir di depannya.

"Aku tida tahu kalau ada penyihir lain yang akanmenggangu kami," ucapnya.

"Kami tidak mengganggumu, tapi menghentikan kalian,"jawab seorang wanita berparas cantik dengan kulit eksotisnya serta rambuthitamnya yang terikat tinggi.

Dorqi menyeringai, "Sepertinya ini akan menarik."

Dalam sekejab, Dorqi bersamaan penyihir lainnya bergerakmenuju kelompok penyihir baru itu. Para prajurit istana tidak dapat berkutikbegitupula dengan para pria yang berpangkat.

Pertarungan itu, tidak dapat diikuti oleh mereka yangmanusia. Bayangkan saja mereka yang saling bertarung dengan mengeluarkanberbagai jenis dan bentuk sihir. Bagaimana para manusia itu dapat menyaingimereka ? Jika saja lawan mereka hanya manusia biasa tanpa adanya kekuatan alamitu, sudah pasti mereka tidak akan berpikir untuk maju kehadapan lawan.

Pertarungan itu sama seperti cerita dongeng di buku. Parapenyihir yang saling menyerang satu persatu, menggunakan kekuatan mereka tanparagu, menghindar dan melindungi diri mereka sendiri disaat mereka juga harusmenyerang. Dari sekian itu semua, ada satu penyihir yang mendekati paraprajurit yang terluka dan memberikan rasa nyaman yang hangat hingga paraprajurit tersebut tidak sadar jika mereka sedang disembuhkan. Beberapa memangtakut didekati, tapi melihat teman seperjuangannya tidak dilukai apalagidiserang, sebaliknya luka mereka sembuh, para prajurit itu diam saat penyihirwanita muda itu mendekati mereka.

Suara debuman, ledakan, serta getaran efek daripertarungan itu begitu terasa bagi mereka yang diam menonton.

Seorang pria dewasa berpangkat jendral mendekati penyihirwanita itu.

"Wiran," panggilnya dengan suara bariton. Wanita muda itumendongak saat namanya dipanggil. Matanya bertatapan langsung dengan mata tajammilik pria itu, mata yang sering dia dapatkan dari dirinya-si pria.

Wanita muda itu berdiri, lalu membungkuk ala wanitabangsawan.

"Maaf, jika saya telah tidak memberitahukan hal inipadamu, Ayahanda," ucapnya lalu kembali menegakkan tubuhnya.

"Kau... bagaimana bisa...." Suara pria itu tertelan takpercaya jika putrinya seorang penyihir.

"Sekarang, saya tidak bisa memberikan penjelasan akuratnyapada ayahanda. Namun, ada satu hal yang bisa saya katakan tentang diri sayaini," jedanya, "Sarifia adalah seorang penyihir dari salah satu penyihirkerajaan, hingga akhirnya dia menikah dan melahirkan saya yang merupakansetengah penyihir ini. Namun, tampaknya darah penyihir milik Sarifia lebihdominan dan saya menjadi penyihir dengan didikan dari beberapa penyihirlainnya," jelas Wiran. Pria itu cukup terkejut mengetahui jika mendiangistrinya adalah seorang penyihir.

she is backTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang