5. Mistery

406 38 11
                                    



Entah mengapa aku tidak bisa membiarkanmu.

Rasa ini membuatku ingin tahu

Apa yang kau sembunyikan?

Apa yang kau pendam?

Sorot matamu seakan menarik ku masuk ke dalam kehidupanmu.

Dan aku ingin tahu semua tentang mu.

Semua mistery tentang mu penting bagiku.

Dan aku sadar tentang itu.


                                                                    ~ Apa Salah Cinta ? ~


Alfaero melajukan motornya dengan kencang.

Setelah perdebatan panjang dengan kedua sahabatnya di sebuah café pasca mereka pentas untuk mengisi acara disana, Al meninggalkan mereka dengan emosi. Ia menolak mentah-mentah semua argumen dari kedua sahabatnya itu. Ia yakin yang dirasakannya bukan lah sebuah perasaan suka kepada seorang wanita. Ia berdalih perasaannya ini hanya sekedar rasa simpati. Al bersikeras akan hal itu.

Seperti yang sedang Ia lakukan sekarang ini. Dengan alasan simpati, Ia melajukan motornya kembali ke arah kampusnya.

Hal itu telah menjadi rutinitas baginya. Ia akan selalu menunggu gadis itu pulang hanya untuk menyerahkan bungkusan yang selalu Ia berikan ke Cinta dan dengan alasan yang selalu sama, untuk anak-anak panti. Walau Ia ada kegiatan di luar kampus, Ia akan kembali lagi sorenya hanya untuk menyerahkan bungkusan tersebut. Dan tentu saja Ia menyembunyikan semua ini dari para sahabatnya.

Ia sendiri menyadari dirinya telah membohongi hati nuraninya. Hal ini bukan hanya untuk anak-anak panti, tapi juga untuk dirinya sendiri. Melihat Cinta adalah kesenangan baru baginya. Walau hanya sebentar, namun hatinya cukup puas untuk itu.

Apakah kesenangan untuk berjumpa dengan seseorang bisa dikategorikan hanya sebuah perasaan simpati? Tentu tidak. Dan Alfaero tahu betul akan hal itu. Itu juga yang membuat dirinya begitu frustasi.

Ia yang selalu membentengi dirinya akan perasaan khusus terhadap seorang wanita. Ia yang tak percaya akan Cinta disebabkan kehidupan orangtuanya, membuat dirinya membangun tembok besar akan hal itu. Namun untuk ini seorang Alfaero tak kuasa menghindarinya. Ia tak mampu mengontrol dirinya untuk tidak menemui Cinta. Seperti saat ini, Ia biarkan hatinya turut bekerja. Ia menyerah.

Tepat di depan pos satpam, Alfaero memberhentikan motornya.

Ia membuka kaca helmnya, "Cinta belum pulang kan pak?"

"Belum Al. Kenapa ya, saya kok ngerasa mencium bau-bau sesuatu?", ucap Pak Joko dengan logat jawanya.

"Bau? Maksudnya badan saya bau ya Pak?"

Al mendengus ke kedua lengannya. Namun Ia merasa dirinya wangi. Tidak bau seperti yang Pak Joko utarakan.

"Maksud saya tuh bukan bau badan kamu, tapi bau-bau percintaan gitu. Saya kok ngerasa gitu ya?", goda Pak Joko membuat Al salah tingkah.

"Ah bapak bisa aja. Kan bapak tau apa maksud saya disini. Ya sudah deh pak, saya ke dalam aja. Kayanya mau ujan nih. Jadi nyusul kesana aja biar cepet pulang"

"Sip! Salam buat Cintamu ya Al", Pak Joko mengerling yang dibalas gelengan oleh Alfaero.

Alfaero menyalakan motornya kembali. Sebenarnya Ia tak mau berlama-lama disana. Pak Joko pasti akan terus menggodanya.

Apa Salah Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang