"Panti asuhan?"
Berulang kali ia menelisik setap huruf dan angka yang tertera di note kecilnya dan setiap kali itu juga jawabannya selalu sama—tidak ada yang salah. Alamat itu benar mengarahkan ke panti asuhan tersebut. Bahkan ketika ia menanyakan keakuratannya pada warga sekitar—tetap tidak ada yang berubah. Jadi sekarang apa yang menjadi masalahnya?
"Jadi gadis itu tinggal di panti?", ada rasa lega yang meyeruak di sana. Namun ada rasa aneh yang sedikit mengusiknya—seolah ia tidak puas akan jawaban yang tertera di depan matanya itu. Dan ia tidak tahu pasti apa penyebabnya.
Seharusnya ia lega akan semua ini. Gadis itu tinggal di panti asuhan, itu bearti—. Tapi mengapa rasanya masih ada sesuatu yang mengganjal?
Bukankah wajar ada seseorang yang mirip dengan orang lain walaupun tidak ada hubungan darah yang mengikat? Seharusnya ia yakin akan hal itu. Seharusnya ia lega dan senang akan jawaban ini. Bukannya tetap resah dan memikirkan hal-hal yang tidak ia mengerti.
Wira menyerah. Ia akan pulang dan memikirkan hal ini kembali nanti—keputusan yang akan ia ambil untuk langkah berikutnya. Mungkin ini bukan jawaban sepeuhnya. Mungkin ada sesuatu yang lain masih tersembunyi. Rasa penasaran yang masih besar, membuat keingintahuannya belum menyurut dengan jawaban seperti ini. Jadi haruskah ia mencari kepastian lagi?
****
~ Apa Salah cinta ? ~
Kesibukannya dalam menyusun proposal skripsi, kuliah sekaligus masih menjalani profesinya sebagai asisten dosen, ditambah interaksi dengan ibu dan nenek kandungnya yang semakin rutin, membuat Cinta sementara ini kehilangan komunikasi dengan Alfaero. Alfaero pun sepertinya sibuk menjalani harinya sendiri. Sesekali mereka memang berpapasan dikampus—sekedar bertukar senyum. Terkadang Rangga dan Dika pun turut menggoda mereka. Namun hanya sekedar itu, Alfaero dan Cinta tidak terlibat dalam sebuah obrolan.
Seperti saat ini—ketika sepasang manik mereka tidak sengaja beradu, ia dan Alfaero hanya saling bertukar senyum dari jauh. Kemudian melanjutkan langkah mereka kembali ke tempat tujuan masing-masing—hanya sekedar itu.
Terkadang pun Alfaero mampir bersama kedua temannya ke panti. Mereka mampir untuk memberi hadiah pada adik-adiknya. Terkadang boneka, pakaian walau lebih seringnya berupa makanan. Namun saat itu kebetulan Cinta tidak berada di sana. Entah mengapa takdir yang membuat ia dan Alfaero terasa sulit untuk berinteraksi akhir-akhir ini.
Alih-alih ia hanya bertemu dengan Rangga. Pemuda itu akhir-akhir ini sering berkunjung ke sana. Cinta jadi bertanya-tanya, mengapa Rangga rajin sekali mengunjungi panti asuhan? Bahkan di saat tidak bersama dengan Alfaero, Rangga akan datang bersama dengan Diandra—adik perempuannya.
Kembali ke Alfaero, rasa rindu kadang memang menyelusup di kalbunya—ia tidak munafik untuk menampik rasa itu. Namun kesibukan lainnya yang lebih penting dari urusan asmara, dapat sedikit menepis perasaan itu. Membuat perasaannya tumbuh dalam batas normal—tidak mengebu-ngebu.
Alfaero pun merasakan hal serupa. Berkali-kali ia mengetik pesan yang ingin ia kirimkan pada Cinta, berapa kali itu pula ia menghapus pesan-pesan tersebut. Ia Rindu—tentu saja. Tapi Alfaero berusaha tidak egois. Ia ingin memberikan banyak waktu buat Cinta untuk menjalani kehidupannya sendiri—berkonsentrasi pada apa yang sedang dikerjakannya, tanpa berniat mengusik. Dan ia harus terbiasa belajar sendiri, berusaha sendiri sama seperti sebelum ia mengenal gadis itu. Bedanya adalah sekarang yang menjadi tujuan dari apa yang akan ia kerjakan adalah gadis itu—ia berusaha untuk Cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Salah Cinta?
RomantizmD. Boy Series 1 Cinta Anggraini, gadis berusia 20 tahun yang kelahirannya tidak di inginkan. Ibunya depresi sehingga membuat sang nenek menitipkannya ke sebuah panti asuhan. Ia yang mengetahui bagaimana latar belakangnya, membuat dirinya menjalankan...