Author's POV
Jam dinding telah menunjukkan pukul 23.45
Namun, Rara masih terjaga. Ia takut mimpinya tadi terulang.
Tadi, setelah sampai rumah, ia segera membersikan diri dan mengerjakan PR nya. Setelah itu dia tidur, lagi pula tidak ada orang dirumah. Oh, ada Bi Tari.
Siapa sangka mimpi itu kembali datang, mimpi yang biasanya sudah tidak muncul, tiba-tiba muncul lagi, mimpi yang membawanya pada masa lalu buruknya, dan mimpi yang membuatnya merasa bersalah walaupun sebenarnya dia tidak bersalah.
Rara terduduk dan melangkahkan kakinya ke dapur. Ia membutuhkan air untuk melegakan tenggorokannya yang kering.
Ia menyalakan lampu dan mengisi gelas yang telah dipegangnya dengan air putih.
'Mama sama abang udah pulang belum ya?' Batinnya sambil meneguk air putihnya.
Ceklek.
Pintu kamar terbuka dan menampilkan seorang wanita paruh baya yang telah menggunakan piyama tidurnya.
Rara menoleh sambil menghabiskan air putihnya. Lalu ia segera meletakkan gelasnya dan kembali ke kamarnya.
Ada rasa canggung saat Rara di dekat ibunya. Mungkin karena sangking lama ibunya mendiaminya.
Rara merebahkan diri pada kasurnya, ia berdoa supaya mimpi tadi tidak terulang. Ia berusaha memejamkan matanya dan mengambil posisi tidur yang enak baginya.
Tak lama kemudian, ia tertidur.
•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•
"YA AMPUN! BELUM BANGUN?!" teriak Clement toa.
Ia menghampiri Rara yang masih larut dalam mimpi indahnya.
"Woy dek, bangun lo. Udah siang gini masih aja tidur, kebo banget dah" ujar Clement sambil mengguncangkan badan Rara.
Namun Rara masih nyaman dalam tidurnya, bahkan ia tanpa sadar menepis tangan Clement dan melanjutkan tidurnya.
Clement yang melihat kejadian ini hanya geleng-geleng kepala 'Tumben banget Rara kesiangan gini' batinnya.
Clement duduk di tepi ranjang Rara.
"Gue tahu lo gak suka cara ini, tapi ini adalah satu-satunya cara yang ampuh"
Clement menggosok-gosokkan kedua tangannya sambil menampilkan wajah evilnya.
Tangannya mendekati wajah Rara.
Lebih tepatnya, hidung Rara. Tangan jail Clement menjepit hidung Rara yang tengah terlelap, sehingga Rara membuka mulutnya dan terbangun dari mimpinya.
Clement terkikik melihat ekspresi Rara yang sangat konyol menurutnya.
Rara menguap dan mengucek matanya. Setelah kesadarannya penuh, ia heran melihat kakaknya yang sudah terduduk si tepi ranjangnya.
"Ngapain lo di sini bang?" tanya Rara dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Bangunin lo" jawab Clement sok polos.
"Ngapain juga, gue kan bisa bangun sendiri"
"Iya lo bisa, tapi kalo gak gue bangunin, sampe besok lo gak bakal bangun. Lo tahu ini jam berapa heh?" sewot Clement.
"Jam berapa emang?" wajah Rara terlihat kusut.
"Lihat aja sendiri, gue pergi ya mau nongkrong sama temen-temen SMA" ujar Clement berlalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me?
Fiksi RemajaKenapa selalu aku yang tersakiti? Kenapa selalu aku yang menderita? Kenapa aku yang harus tersisihkan? Dan kenapa aku bisa mencintaimu? Valerinsya Fradella Bracley - "Seharusnya aku tak pernah mengenalmu". Tristan Alaric Dixon - "Maafkan aku, tapi a...