BAB 22

2K 94 4
                                    

Rara's POV

Percuma sudah usahaku. Dion tak kan percaya padaku lagi. Aku menghela nafasku berat, kusempatkan sebentar untuk melakukan doa pagi.

Mungkin ini balasan karena aku yang kurang beribadah kepada Tuhan. Karena kemurahan-Nya aku masih bisa bernafas menghirup oksigen yang Ia sediakan.

Bukankah kita harus senantiasa bersyukur?

10 menit telah berlalu. Aku segera masuk dalam kamar mandi saat mengetahui jam sudah menunjukkan pukul 6.10 am. Dan jam 7 gerbang telah ditutup.

Good Rara, good.

Tak perlu berlama-lama dikamar mandi, aku cepat-cepat mengenakan seragam ku dan bersiap-siap. Kulihat pantulan diriku dalam kaca.

Sembab

Tak ada senyum

Acak-acakan

Terima kasih Dion, dalam sekejap ia mampu membuat ku seperti monster cantik.

Segera kuambil tas punggung ku tak lupa mengambil iphone yang tergeletak di nakas tempat tidurku.

Tak ada waktu untuk sarapan, aku segera berpamitan pada papa dan mama, tentu saja dengan respon yang sama. Bang Clement pun sedang tak dirumah, jadi mau tak mau pagi ini aku harus menyetir sendiri.

Okay, no problem.

Buru-buru ku injak gas mobilku membelah jalanan Jakarta yang semrawut dan ramai luar biasa.

Cepat-cepat aku mengarahkan mobilku memasuki halaman sekolah sebelum pintu gerbang ditutup. Kuparkirkan mobilku tak lupa menguncinya, lalu dengan cepat berjalan menuju kelasku.

Pagi ini kelasku kebagian guru killer.

Aku memasuki kelas, namun ada suatu yang janggal dalam kelasku.

Bukan, lebih tepatnya bangkuku.

"Loh, kok lo yang duduk sini?" tanyaku pada Ella yang menempati tempat duduk Dion.

"Tauk, Dion minta duduk sama Roy masa. Gue suruh tukeran tempat duduk sama dia"

Aku melihat tempat duduk Roy dan yang benar saja, Dion pindah tempat duduk.

Menjauh dariku.

"Lo suruh Dion balik duduk sini deh. Ganggu orang pacaran aja, males banget" sungut Ella padaku.

"Bodo" aku duduk diam di kursiku.

"Kalian dua lagi tengkar apa?" keponya sambil mendekat padaku.

"Tauk"

"Judes banget sih"

Aku diam tak menanggapi ocehannya, percuma saja berbicara pada tukang gosip. Fikiranku menuju pada renggannya tali persahabatanku dengan Dion, bagaimana dengan persahabatan kami selanjutnya? Lagian Dion masa tidak percaya padaku yang sudah jelas sahabatnya dari kecil. Malah langsung percaya dengan Ina yang baru ia kenal tidak lebih dari 2 bulan. TIDAK LEBIH DARI 2 BULAN. Astaga.

TRISTAN!

Tiba-tiba aku teringat padanya. Aku lupa menghubunginya balik semalam, karena terlalu sibuk dengan tangisku. Padahal ia sudah menelfonku berkali-kali.

'Tris, maaf ya aku gak bales telfon kamu tadi malem. Aku udah tidur hehe :)'

Segera kukirimkan padanya.

'Gak apa-apa :)'

'Ntar makan bareng yuk dikantin' ajakku padanya.

'Iya'

Why Me? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang