Author's POV
"IF WE'RE FALLING APART I WILL FIGHT FOR YOUR HEART I CAN BE YOUR SHILED I'LL FIGHT ON THE FIELD BA-"
"WOII" teriak Rara tepat di telinga Dion.
Pasalnya kini mereka sedang belajar bersama di rumah Dion untuk menghadapi Ujian Kenaikkan Kelas besok. Ya, walaupun ini rumah Dion, tetap saja suaranya yang seperti Chipmunk sangat mengganggu apalagi ia menyanyikannya seperti menggunakan toa.
"I'LL BE YOUR SOLDIER" nyanyi Dion di bagian akhir lagu sambil membalas perbuatan Rara tadi.
"Ish," Rara menjauhkan wajah Dion lalu mengusap telinganya yang dianggap mik oleh Dion, ia juga sempat merasakan sesuatu yang menciprat di daun telinganya.
"Mucrat bego. Gue pulang kalo lo gak serius," ancam Rara. Sebenarnya Dion lah yang memohon, lebih tepatnya memaksa Rara untuk datang kerumahnya, ia tidak akan menyia-nyiakan otak encer Rara dalam situasi seperti ini. Sekalian janjian contekan -pikirnya-. Namun sayangnya Rara adalah tipikal orang pelit dalam ujian-ujian. Ia tidak akan mencontek maupun menconteki temannya, termasuk Dion. Poor Dion.
"Yah yah jangan yaaaa" melas Dion sambil mencekal lengan Rara.
"Harusnya gue itu ngajarin Tristan, bukan lo" ucap Rara
"Cieee, mikirin Tristan" goda Dion.
"Apaan sih, cuma kewajiban. Gue gak ada apa-apa sama dia"
"Sebenernya gue gak tanya lo ada apa-apa sama dia atau nggak," Dion menaik turunkan alisnya
"AHAA! AKU ADA EDI" lanjut Dion berseru sebelum Rara membals ucapannya.
"IDE Yon" kalem Rara namun dengan penekanan.
"Gue ajak Tristan aja kemari" Dion mengambil handphonenya sambil berpura-pura mengetik sesuatu.
"Ngapain lo ngajak Tristan? Jangan deh" protes Rara, ia berusaha merebut handphone Dion.
"Kenapa sih? Katanya gak ada apa-apa" selidik Dion dengan tampang menggoda.
"Emang gak ada apa-apa, nanti kalian bukannya belajar malah ngobrol" Rara menghentikan aksinya tadi dan kembali duduk.
"Alah alesan, gue ajak dia pokoknya"
"Yaudah gue pulang," Rara pura-pura sewot. Ia mengambil tasnya, Dion tahu jika Rara hanya berpura-pura akan pulang terbukti dari bukunya yang masih berserakkan diatas meja.
Baru saja Rara akan membuka pintu, namun pintu telah terbuka sendiri dari luar, tanda ada orang masuk.
Reflek Rara memundurkan dirinya, jika tidak mungkin kepalanya telah menjadi korban.
Tampaklah seorang pemuda dengan postur tubuh tegap tinggi menjulang mengenakan kemeja biru dengan bagian lengan yang digelung se-siku berdiri tepat di depan Rara.
Rara yang merasa tidak asing dengan postur tubuh orang di depannya ini, perlahan mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat siapa orang ini yang memang jauh lebih tinggi darinya.
Mata hijaunya membelalak lebar karena mengetahui pemuda yang dilihatnya dengan mata kepalanya sendiri.
Begitu pula dengan pemuda tampan tersebut, ekspresi kaget juga menghinggapi wajahnya.
"Rara?" tanya pemuda itu ragu, pasalnya sudah 3 tahun mereka tidak bertemu. Tentu banyak perubahan dari Rara begitu pula dari pemuda itu.
Rara masih tenganga tak percaya, "K-Kak Ra-Rama".
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me?
Teen FictionKenapa selalu aku yang tersakiti? Kenapa selalu aku yang menderita? Kenapa aku yang harus tersisihkan? Dan kenapa aku bisa mencintaimu? Valerinsya Fradella Bracley - "Seharusnya aku tak pernah mengenalmu". Tristan Alaric Dixon - "Maafkan aku, tapi a...