BAB 25

2.3K 85 3
                                    

Author's POV

"Pah, Papa kapan pulang?"

"Iya sayang? Kira-kira masih 5 hari kedepan Dek. Eh itu kok kamu sedot ingus gitu? Kamu nangis Dek?"

"Enggak Pah, Rara lagi pilek parah"

"Bener?"

"Iya kali, gak percayaan banget Papa ini"

"Hahaha iya-iya, jadi kenapa nih?"

"Papa gak bisa lebih cepet pulang gitu? Adek pengen jalan-jalan sama Papa"

"Tumben kamu manja Dek. Hahaha"

"Ish Papa, Rara beneran"

"Iya-iya, Papa usahain deh besok Papa pulang. Lagian udah hampir selesai juga kok kerjaan Papa"

"Ah, beneran Pah?!"

"Iya Dek, apa aja deh yang Adek mau Papa turutin"

"Makasih Pah, Adek sayang Papa"

"Sama-sama sayang, yaudah Papa lanjut kerja nih biar bisa cepet-cepet pulang. Nitip salam ke Mama ya"

"Ay ay captain"

"Okay, see you dear"

"See you"

Tut.. tutt

Rara tersenyum tipis.
Ternyata masih ada baginya seorang ayah yang begitu menyayanginya, yang bisa mengurangi sesak dihatinya, walaupun sedikit.

Entah mengapa ia ingin ayahnya itu segera pulang. Sungguh tak sabar dirinya bertemu dengan Arthur besok, ia ingin bercerita semua masalahnya yang baru ia alami, dan menerima pelukan hangat dari seorang ayah yang pasti sangat menenangkannya.

Hari ini Rara sengaja bolos sekolah. Yang dilakukannya hanya meringkuk dibalik selimut tebalnya, dengan mata super sembab karena tangisannya yang tak kunjung selesai semalam.

Pintu kamarnya pun ia kunci sehingga tak ada seorang pun yang bisa masuk ke kamarnya. Ia hanya butuh sendiri saat ini.

Rara butuh ketenangan, mungkin dengan berdiam sejenak ia bisa tenang.

Tapi, sungguh rasa sakit itu sangat membekas dihatinya, bahkan masih melekat erat. Kembali melintas memori indahnya dengan Tristan.

'Sialan' umpatnya dalam hati.

"Memori kurang ajar, lewat sembarangan. Gak tahu orang lagi sedih apa. Bego" marahnya sendiri seperti orang gila dengan tangis yang mulai turun kembali.

"Kampret ini ngapain sih keinget lagi"

"Eh setan" umpatnya merutuki kenangannya bersama Tristan.

Lelah mengumpat, ia duduk bergelung selimut dalam ranjangnya.

"Sebenernya salah gue apa?" lirihnya.

"Kenapa semua orang jahat ke gue?"

"Kenapa selalu gue? Kenapa bukan orang lain aja?"

"Kenapa gue bisa suka sama Tristan" Rara menangis pilu dalam lipatan tangannya.

Teringat seklebat Rara dengan Dion, diambil iphonenya lalu mengetikkan pesan teruntuk Dion. Namun, ia segera menghapus teks yang dibuatnya dan melempar iphonenya kesal. Bahkan ia lupa kalau dirinya sedang marahan dengan Dion.

Tok tok tok..

"DEK" suara bass Clement terdengar dibalik pintu kamar Rara.

"Keluar yuk, cari pizza. Kamu belum makan dari pulang kemarin" bujuk abangnya yang mendadak pakai kata 'aku kamu'

Why Me? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang