Author's POV
"Yaudah kalau kamu belum siap cerita ke aku gak apa-apa. Tapi aku selalu ada dan siap kalau kamu butuh aku," ujar Tristan yakin.
"Makasih Tris,"
"Udah gih sana tidur"
"Oke, aku tidur ya," jawab Rara.
"Hm, good night see you,"
"Night".
Tut.tutt.tuut (sambungan terputus)
Tristan meletakkan handphonenya diatas nakas samping tempat tidurnya.
Direbahkan lagi tubuhnya dan tangannya digunakan sebagai bantalnya. Ia memandang langit-langit kamarnya.
'Rara kenapa sih?' tanyanya pada dirinya sendiri.
'Gue harus cari tahu' batinnya lagi.
Tristan memejamkan matanya dan segera berkelana di alam fantasinya.
~Dirumah Rara~
Jam kini telah menunjukkan pukul 00.30 WIB.
Ceklek. Seseorang masih berpakaian kantor dan menenteng tas kerja membuka pintu kamar dan mendekati Rara.Dielusnya dahi anak perempuannya. Ia tersenyum simpul memandang putrinya yang damai dalam lelapnya.
"Adek makin gede ya" ucapnya lirih.
"Papa kangen kamu"
Setelah 3 bulan tidak pulang karena mengurus perusahaannya di Australia, Papa Rara akhirnya pulang *welcome om*. Dapat kalian lihat, sesampainnya dirumah Papa Rara langsung menuju kamar anak perempuan kesayangannya. Karena ia tahu Rara memerlukan kasih sayangnya, ia sangat tahu itu. Sebagai kepala keluarga ia tahu bagaimana harus menyikapi masalah di keluarganya yang tak kunjung mereda ini. Dan memberi perhatian lebih bagi Rara adalah keputusan terbaik, pikirnya.
Diciumnya dahi Rara, "Ada papa disini dek," katanya menenangkan. Rara menggeliat nyaman dalam tidurnya seolah tahu ia aman bersama ayahnya.
Papa Rara mengendap-endap berjalan keluar dari kamar Rara. Dan berjalan menuju kamar miliknya dan istrinya. Setelah membersihkan dirinya, Papa Rara segera merebahkan tubuh lelahnya disamping istrinya.
•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.
Pagi ini Rara sudah tergesa-gesa menuruni anak tangga dirumahnya. Ia mengambil 2 lembar roti tawar kupas dan langsung melahapnya tanpa mengolesi terlebih dahulu dengan selai strawberry kesukaannya, ia mengambil segelas susu putih dihadapannya dan meneguknya cepat.
Saat ia mendongakkan kepalanya menatap ke depan, tanpa sengaja Rara menatap Papanya.
Tubuhnya mendadak kaku, matanya melotot. 'Papa disini?' batinnya bertanya.
Dengan lirih Rara mengeluarkan suaranya, "Papa udah pulang?" Saking kangennya, ia sampai tak percaya melihat ayahnya yang sudah dihadapannya.
"Wah Adek gak percaya, sini peluk Papa"
Merasa kalimat tersebut itu untuknya, Rara langsung berlari ke seberang meja dan memeluk erat ayahnya. Ia merasa lega saat melihat ayahnya ini kembali pulang.
"Uwaa, Adek kangen Papa" kata Rara disela pelukannya dengan sang ayah.
"Iya, Papa juga kangen Adek"
"Papa kapan sampai?" tanya Rara sambil melepaskan pelukannya.
"Kemarin malem, jam 12 an"
"Oh gitu, Papa gak pergi-pergi lagi kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me?
Novela JuvenilKenapa selalu aku yang tersakiti? Kenapa selalu aku yang menderita? Kenapa aku yang harus tersisihkan? Dan kenapa aku bisa mencintaimu? Valerinsya Fradella Bracley - "Seharusnya aku tak pernah mengenalmu". Tristan Alaric Dixon - "Maafkan aku, tapi a...