BAB 1

9.8K 272 10
                                    

Pic : Valerinsya Fradella Bracley

Author's POV

Ting..ting..ting..
Seperti biasa, hanya terdengar suara dentingan sendok garpu dengan piringnya. Tak ada pembicaraan apapun, tak ada pancaran kebahagian, yang ada hanya mereka, Luxiana Putri Yuwono -mamanya Rara-, Ardiano Clement Bracley -kakak laki-laki Rara-, dan Rara sendiri.

Jika kalian bertanya dimana ayahnya? Arthur Selyf Bracley -papa Rara- tentu saja melakukan tugasnya sebagai seorang ayah, ya bekerja. Walaupun, Arthur harus bekerja di luar kota atau sampai luar negeri untuk mengurus perusahaan-perusahaan besarnya. Bisa kalian pikirkan betapa kayanya mereka?

Oke, kembali ke ruang makan.

Meskipun mereka memakan sarapannya dengan damai, tapi siapakah yang tau jika tidak ada kedamaian yang terselip di antara mereka?

Seperti yang dirasakan Rara, yang ia pikirkan sekarang adalah segera memakan sarapannya dan segera keluar dari neraka ini (Rara menganggap rumahnya neraka).

Memang tak ada kemanisan dalam rumahnya. Rara tak pernah lagi merasakan kasih sayang dari mamanya, ia hanya bisa bermanja-manja kepada papanya yang biasa pulang setiap 3 bulan sekali.

"Rara selesai", katanya setelah meminum setengah gelas susu coklat kesukaannya.

"Ma, Rara berangkat. Ayo bang", lanjutnya, ia segera berdiri dan memakai tasnya tanpa mencium tangan mamanya, percuma pikirnya, karena setiap ia ingin mencium tangan mamanya, yang Rara dapat hanyalah mamanya yang tidak meresponnya dan hanya bergumam "Hmm" atau "Ya".

"Iya, ayo dek. Ma, Abang berangkat ya", kata Clement sambil mencium tangan mamanya.

Ya, Luxiana sekarang hanya menyayangi Clement, hanya memperhatikan Clement, semua kasih sayangnya ada pada Clement.

Rara yang melihat hal itu hanya menatap mereka dengan sorot mata dingin namun ada sorot sendu di dalamnya jika kalian benar-benar mengamatinya. Di lubuk hatinya yang terdalam, ada kenginan untuk merasakan lagi kasih sayang dari mamanya itu, ia ingin seperti kakaknya yang mendapat semua perhatian penuh mamanya. Namun, ia sadar, semenjak kejadian itu semuanya memang wajar untuk berubah, termasuk dirinya.

Rara berjalan ke depan rumah dan menunggu kakaknya, ia melirik jam yang melingkar ditangannya 'Masih jam 06.15' pikirnya.

"Heh dek ayo berangkat, jangan ngelamun mulu" kata Clement menoel pipi Rara setelah itu masuk kedalam mobil.

"Ih, apaan sih Bang. Yuk, nanti gue telat" susul Rara.

"Iya nak iya" jawab Clement

"Lagian gak bakal juga lo telat, orang masih jam segini" lanjutnya sambil melihat jam ditangannya.

"Udahlah, yuk International High School Bang" balas Rara dengan nada menyuruh supir angkot untuk segera menjalankan angkotnya.

"Kurang ajar" gerutu Clement dengan menjalankan mobilnya

"HAHAHAHAHA" siapa lagi jika bukan tawa Rara?

•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•

"Dah, ati-ati ya dek. Gak boleh nyontek, jadi anak yang pinter ya, nurut sama guru, gak boleh nakal sama temen, jangan ganjen sama kakak kelas cogan" nasehat Clement setiap adiknya akan masuk gerbang sekolah.

"Bawel, ya kali setiap gue mau masuk yang lo nasehatin cuma itu doang, kayak radio rusak aja lo bang, ehh" sindir Rara namun ia segera membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangannya.
"Gue masuk Bang, ati-ati yo" lanjutnya dan segera berjalan cepat menuju bangunan dihadapannya, International High School.

"Iya dek, Abang sayang kamu" lirih Clement sambil menatap punggung Rara yang menjauh.

Ia menghela nafas lalu segera menjalankan mobil menuju ke Universitasnya.

Rara POV

Aku berjalan menyusuri koridor sekolah. Seperti biasa, banyak siswa siswi yang bertepatan ketemu, menyapaku dengan tampang fakenya mungkin? Yang hanya kubalas anggukan dan senyuman tipis, emm lebih tepatnya sangat tipis.

Sampainya dikelas, aku langsung duduk di bangku nomer 3 dari depan tepat sebelah jendela dan menyumpalkan earphone putih pada telingaku

Oh ya, sekarang aku kelas XI IPA 2, sebenernya aku pernah ditawari buat masuk kelas IPA 1, tapi aku gak mau, yah karena aku bukan pelajar yang suka belajar sampe khusyuk gitu.

"Woi Va, lo tumben aja udah dateng?"teriak Dion yang tiba-tiba ngagetin.

Dion, Dion Alexi Kusuma. Dia adalah sahabatku dari masih SD sampe SMA sekarang, yah semoga kita tetep bisa jadi sahabat sampe tua nanti, Amin. Dion yang selalu ada disaat aku lagi terpuruk terpuruknya. Dia juga termasuk most wanted di sekolah ini, jadi aku gak kaget lagi kalau dia suka gonta ganti cewek, dasar playboy. Dan satu lagi, dia manggil aku dengan sebutan Vava, biar beda dari yang lain katanya.

"Eh, ya Tuhan. Lo ngagetin aja sih Yon, hhh" kagetku sambil tarik nafas, hembuskan nafas berulang-ulang, kebiasaan kalau kaget. Dasar Dion.

"Ya maaf neng, abisnya gue heran aja kok lo udah dateng jam segini. Biasanya lo jam 7 baru nongol. Oh, apa lo mau minjem pr fisika heh? Ini gue udah kok" terocos Dion sambil ngeluarin buku tulis fisikanya.

"Bisa gak sih lo sampe duduk dulu kek, belum apa-apa juga udah ngoceh kayak burung onta. Dan gue gak mau minjem buku fisika lo kampret" sok tau banget nih anak

"Hehehehehe, ya gapapa dong, sapa tau" balas Dion.

"Va nanti jalan yuk" ajaknya tiba-tiba, setelah 10 menitan kita terdiam.

"Hm, boleh. Kemana?" Sahutku

"Ke mall kek, apa nongkrong di tempat biasa. Gampang deh, nanti gue jemput. Yayaya?" Jawabnya sambil menaik turunkan alis tebalnya.

Gak biasanya Dion ajak-ajak indovision eh, ngajak keluar gini. Paling mau ngenalin cewek barunya ish. Dasar tai ayam.

"Hm, oke" iyain aja si Dion

"Judes amat lo Va" sungut Dion

"Ya suka-suka gue dong, emang-" ucapku terputus karena bel masuk berbunyi.

"Yayaya, nanti aja ya marah-marahnya" ejek Dion.

Tet..tet..tet..

"Ayo ngantin Va!" Ajak Dion lagi.

"Gak ah, males" sahutku datar.

"Yaudah, gue sendiri ya, sendiri nih. Sudah terlalu lama sendiri, sudah terlalu lama aku asik sendiri" ujarnya berlalu sambil menyanyi. Dasar telur cicak.

Yah, inilah hidupku, tidak ada yang menyenangkan, flat banget, tidak seperti dulu. Terkadang aku ingin seperti teman-teman yang lain, yang punya banyak teman, bergurau dikantin, jalan bareng ramai-ramai, bahkan kadang aku iri dengan Dion, karena dia bisa bergaul dengan banyak orang. Tapi, aku tidak bisa. Ada sesuatu dalam hatiku yang memaksa untuk tidak melakukan itu semua. Ya, karena suatu kejadian di masa laluku.

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Haii, maafkan ya di part ini sangat amat biasa. Ini masih pengenalan beberapa tokoh ya. Aku juga belum ngeluarin si Tristan dan beberapa tokoh pendukung lain. Hope you like it guys😄

Regards,

Bernicke

19-02-2016

Why Me? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang