Author's POV
"Gue ikut ya!" teriak Dion riang yang tiba-tiba menyempil masuk ke dalam mobil Tristan di tempat duduk penumpang bagian depan.
"Loh kok?" kaget Tristan, tangannya menunjuk ke arah Dion.
Rara memasuki mobil Tristan, "Dia pengen ikut, ajak aja gak apa-apa kan"
"Oh, ya udah deh," melas Tristan dan memalingkan wajahnya pelan ke depan. 'Ganggu aja' Ia menancap gasnya keluar melewati gerbang sekolah.
"Kemana nih?" tanya Tristan.
"Nongkrong ke Cafe biasa aja yuk," usul Dion.
"Boleh, gue setuju aja. Lo gimana Ra?" tanggap Tristan, matanya melihat Rara yang sedang menatap keluar jendela melalui kaca spionnya.
"Hmm"
"Yoshh! Tancap mang!" seru Dion, ia mengangkat ke atas telunjuk tangan kanannya keras hingga membentur dinding atas mobil.
"Aw, shitt" keluh Dion kesakitan sambil memegangi telunjuknya yang kesakitan.
"Goblok"
"Goblok"
Ucap Rara dan Tristan bebarengan. Mereka tertawa kecil, entah karena kebodohan Dion atau karena ucapan mereka yang bebarengan.
Kini mereka tengah berjalan beriringan menuju Cafe langganan mereka. Rara membuka pintu kaca Cafe hingga menimbulkan bunyi gemrincing oleh gantungan bunyi yang digantung diatas pintu masuk.
Rara berjalan menuju meja kosong di pojok dan duduk di dekat jendela, di ikuti oleh Tristan dan Dion.
"Lo pesen apa?" tanya Tristan menghadap ke Rara yang ada disampingnya.
Rara yang masih berkutat dengan iphonenya, menoleh kepada Tristan, matanya menatap mata Tristan "Waffle coklat sama lemon splash" ucapnya dengan masih menatap mata Tristan.
Ia memalingkan wajahnya, namun Tristan masih menatapnya lekat dan tersenyum kecil.
Tristan menyebutkan semua pesanan mereka pada pelayan cafe.
Sampai pelayan cafe pergi, masih tak ada yang membuka pembicaraan.
Dan Dion yang memulainya, "Eh wahh wah, cantik gila. Gebetan baru nih" pekiknya heboh tiba-tiba sambil masih menatap layar handphonenya.
Ia menghadapkan layar handphonenya pada Rara dan Tristan, sehingga membuat mereka masing-masing mendekat ke tengah sambil menatap ke depan -handphone Dion- "Cantik kan ya?" semangat Dion.
Dion menatap Rara dan Tristan yang jaraknya sangat dekat itu menahan tawanya. Sungguh, dari awal ia tidak memiliki niatan untuk membuat mereka berdua dalam posisi seperti itu.
"Cantik," Tristan manggut-manggut, namun ia sadar dan menolehkan kepalanya perlahan ke samping kirinya -Rara-.
Rara yang merasa diperhatikan, menoleh ke Tristan. Dahinya menyerngit lalu tangannya tergerak untuk menyentil dahi Tristan keras.
"AWW ANJING," teriak Tristan kesakitan. Ia segera menutup mulutnya lalu menatap nyengir para pengunjung yang memperhatikannya.
Rara dan Dion cekikikan melihat polah Tristan.
"Kurang ajar lo Ra," sungut Tristan sambil mengusap dahinya yang berdenyut ringan.
"Pembalasan lebih kejam," balas Rara santai dengan mata asik membaca novel terbaru yang dipegangnya.
"Pembalasan toh," tangan jailnya bergerak akan mencubit pipi Rara, namun Rara dengan sigap menangkapnya.
"Lo kok gak capek sih," katanya sambil membuang kasar tangan Tristan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me?
Teen FictionKenapa selalu aku yang tersakiti? Kenapa selalu aku yang menderita? Kenapa aku yang harus tersisihkan? Dan kenapa aku bisa mencintaimu? Valerinsya Fradella Bracley - "Seharusnya aku tak pernah mengenalmu". Tristan Alaric Dixon - "Maafkan aku, tapi a...