Author's POV
Waktu tidak dapat dipungkiri, begitu cepat berlaju tanpa dapat seorang pun di dunia menghentikannya. Pagi berganti siang, siang berganti malam, malam kembali berganti pagi, dan begitu seterusnya.
5 hari sudah Rara di diamkan oleh sahabatnya, Dion. Dion bahkan bertingkah seperti tak pernah mengenal Rara. Ini adalah pertengkaran mereka yang paling lama dari sebelum-sebelumnya.
5 hari sudah ayah Rara pergi ke Amerika untuk mengurus perusahaannya. Kabar baiknya, Arthur sampai disana dengan selamat tanpa kehilangan sesuatu.
Dan, 5 hari juga Tristan seperti mengacuhkannya. Sejak 5 hari yang lalu Tristan tak pernah sekalipun menghubunginya. Boro-boro menghubungi, saat bertemu di sekolah saja Tristan selalu menghindari Rara. Senyum hangat beserta genggamannya, sangat dirindukan Rara. Tak ada yang tahu kenapa, hanya Tuhan dan Tristan sendiri yang tahu.
Ting.. Ting..
Dentingan sendok pengaduk Rara terdengar menggema di ruang makannya saat menubruk dinding cangkir berisi kopi hangat yang dibuatnya sendiri.
Ia merasa sedikit kesepian, tak ada Tristan, tak ada Dion, tak ada ayahnya, Clement pun sedang disibukkan dengan skripsinya. Ibunya pun tak sepenuhnya berbuat baik pada Rara, seperti setengah hati saat berbuat baik padanya.
Yang menjadi pertanyaan dan masih belum terjawab adalah, ada apa dengan Tristan? Kenapa ia seakan-akan menganggap Rara hanyalah bayangan yang menantinya?
Rara tahu Tristan tak jauh darinya, ia sering bertemu Tristan. Tapi Rara tahu hati Tristan menjauh darinya. Entah bagaimana Rara tahu, hanya saja ia merasa janggal dengan sikap Tristan.
Flashback on
3 hari yang lalu di koridor sekolah..
"TRIS" panggil Rara saat matanya menangkap Tristan baru saja datang sekolah memakai hoodie abu-abu. Ia berjalan mendekati Tristan dengan senyum sumringah terpampang dari wajah cantiknya.
"Ra" balas Tristan.
"Kamu kenapa semalem? Kok-"
"Eh Ra, aku mau ngerjain PR. Maaf ya aku buru-buru" putus Tristan lalu segera pergi dari hadapan Rara tanpa menunggu persetujuan dari sang kekasih.
"I-iya" lirih Rara menatap sendu Tristan yang sudah berlari jauh dari tempat Rara berdiri.
Flashback off
Kembali Rara mengecek iphonenya. Beratus-ratus notifikasi dari handphonenya, tapi apadaya layar handphonenya enggan menampilkan nama 'Tristan' untuknya.
Helaan berat kembali terhembus dari kedua lubang hidung mancungnya.
Tidak. Ia bukan tipe perempuan yang memohon-mohon untuk dihubungi, diperhatikan, dan dicintai.
Jika seseorang itu benar-benar mencintainya, ia tidak perlu memohon untuk mendapatkan itu semua dari orang yang ia cintai. Dan Tristan? Ia tak tahu lagi. Menunggu adalah pilihan yang ia pilih.
Iphonenya bergetar halus diatas meja makan, dengan malas ia memusatkan arah matanya pada objek bergetar di dekatnya itu.
"Tristan is calling.."
Sungguh, itu adalah panggilan dari kekasihnya.
'Ah akhirnya' leganya dalam hati.
Dengan serega ia menekan tombol hijau pada layarnya.
"Halo?"
"Halo Ra"
"Iya Tris kenapa?"
![](https://img.wattpad.com/cover/63322250-288-k694992.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me?
Teen FictionKenapa selalu aku yang tersakiti? Kenapa selalu aku yang menderita? Kenapa aku yang harus tersisihkan? Dan kenapa aku bisa mencintaimu? Valerinsya Fradella Bracley - "Seharusnya aku tak pernah mengenalmu". Tristan Alaric Dixon - "Maafkan aku, tapi a...