BAB 10

2.8K 101 4
                                    

Author's POV

Seorang pemuda yang masih berseragam dibalut dengan jaket hitam di badannya, berdiri menatap gundukan tanah dengan tatapan sendu dan rindu.

Ia menekuk lututnya dan duduk bersimpuh dan menatap kuburan yang bertuliskan:
Nama: Narinka Veranda Dixon
Lahir: 7 Maret 1987
Wafat: 19 November 2013

3 tahun yang lalu, seorang gadis yang di sayanginya, harus ia relakan untuk meninggalkannya selamanya.

Tanpa adanya ucapan perpisahan.

Pemuda itu mengelus nisan kakaknya seolah ia sedang mengelus puncak kepala kakaknya itu.

Sebutir air menetes dari pelupuk matanya, diteruskan menjadi sungai kecil yang mengalir di pipinya.

"Kak," panggil pemuda itu, suaranya terdengar parau.

"Gue kangen lo kak,"

"Gue sekarang harus gimana?" air matanya semakin deras. Masa bodo dengan dirinya yang merupakan bad boy di sekolahnya, ia hanya ingin meluapkan sesak di hatinya.

"Pembalasan dendam udah di depan mata tapi," ia menggantungkan kalimatnya.

"Tapi gue cinta sama dia," ucapnya seakan dia benar-benar dalam keadaan terhimpit dan putus asa.

"Gue sayang lo kak, tapi gue juga sayang sama cewek itu, gue gak tau, gue bisa tapi gue gak bisa" katanya parau.

"Please, buat dendam gue lebih besar dari rasa cinta ini kak," katanya memohon.

Ia menarik nafas dalam lalu menghembuskan nafasnya perlahan, di usapnya kasar air matanya yang mengalir.

Ditatapnya lagi nisan kakaknya.

Ia meneguhkan hatinya, "Gue jamin, cinta gue gak akan melebihi dendam gue" katanya yakin.

"Demi lo, lagi pula sakit hati gak akan bikin gue mati"

Namun tidak sadarkah dia, mungkin dia akan baik-baik saja, tapi apakah yang di sakitinya akan baik-baik saja?

"Lo terlalu lembut kak"

"Dan gue akan jadi keras buat nutupin kelembutan lo itu"

Ia mengambil bunga yang dibelinya tadi dan menaruhnya diatas gundukan tanah itu. Lalu, ia mendoakan kakaknya supaya tenang di alam sana.

Namun, apakah kalian yakin bahwa kakaknya akan tenang apabila dirinya akan melakukan hal bodoh untuk pembalasan terhadap seseorang yang menyakiti kakaknya dimasa lampau? Apakah kakaknya mengharapkan hal itu? Siapa yang tahu?

"Gue balik," ucapnya berdiri lalu meninggalkan daerah pemakaman.

Dan, kalian tahu bukan siapa pemuda itu?

•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•

Kini Rara dan Dion sedang duduk menunggu makanan di kantin.

"Tristan mana ya? Tumben gak nongol" ujar Dion sambil menengok-nengok mencari batang hidung Tristan, tapi nihil.

'Iya ya, mana Tristan?" tanya Rara dalam hati.

"Mana gue tau, gak usah di pikirin" kata Rara jutek, bertolak belakang dengan hatinya.

"Aelah, sok jual mahal lo" ejek Dion sambil memakan mie ayamnya yang barusan saja datang.

"Hish" desis Rara sambil sekilas menatap sebal Dion.

Rara memakan nasi gorengnya dengan keadaan tidak mood. Padahal tadi pagi setelah ia bangun tidur, ia sangat sangat sangat dalam keadaan mood baik.

Why Me? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang