Chapter 12 : Triangle

289 20 33
                                    

DERU motor Titan terdengar sampai depan gerbang SMA Airlangga. Titan menghentikan laju motornya dan berhenti didepan pagar. Ia membalikkan tubuhnya menghadap Sophia.

"Masuk, gih," ucap Titan pada Sophia. Sophia terlihat bingung.

"Lo nggak masuk?"

"Gue sih belum jamnya. Kemaren gue telat jam tujuh lewat sepuluh, berarti sekarang harus telat jam tujuh lewat dua puluh menit," Titan melihat arloginya yang baru menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit.

"Kok gitu? Elo kan udah dateng, ngapain mesti sok-sokan terlambat?" Sophia memperhatikan Titan yang sedang turun dari motor dan naik ke atas pagar beton.

Titan mengulurkan tangannya pada Sophia. "Mau naik?"

Sophia menggeleng. "Takut dimarahin."

"Nggak. Tenang aja, gue yang bakal dimarahin, bukan elo."

Sophia tampak berpikir. Ia menggigit bibir bawahnya ragu. Titan mengoyang-goyangkan tangannya yang terulur. "Nggak mau? Kalo lo nggak naik, bakal nyesel lo."

Sophia dengan ragu-ragu perpegangan tangan dengan tangan Titan yang terulur tadi. Ia naik keatas pagar dan duduk disamping Titan. Titan tersenyum melihat Sophia seperti tidak terbiasa manjat pagar.

"Gue sama lo ketemu disini, kan?" tanya Titan tanpa memandang Sophia. Ia melihat kearah koperasi yang berada disampingnya.

"Hm," jawab Sophia. Ia melihat sekeliling SMA Airlangga. Tempat ini adalah parkiran. Bahkan Sophia bisa melihat motor Haikal terparkir disana. Ia tersenyum hangat.

"Gue tau kenapa lo benci sama gue," ucapan Titan membuat Sophia menoleh. Titan dari samping malah terlihat lebih ganteng.

"Hah?" jawab Sophia setengah sadar.

"Pasti gara-gara gue ngebuat lo nggak fokus ngeliat gebetan lo. Ya, kan?"

Sophia mengangguk tanpa sadar. Titan menoleh dan mata mereka bertemu. "Gue bakalan terus buat lo fokus ke gue dan ngelupain Haikal."

Mata Sophia menyipit kesal. Ia memanyukan bibirnya lalu menatap kedepan. Menyesal ia sudah memuji Titan.

"Nggak bakalan. Yakin gue," jawab Sophia sambil mengangkat dagunya.

Tangan Titan menyentuh kepala Sophia lalu menyuruhnya menunduk. "Stroke baru tau rasa lo," lalu Titan mengacak-acak rambut Sophia.

"Ntit Sogan, lo kenapa pura-pura dateng telat, sih? Padahal lo dateng pagi," Sophia merapikan rambutnya. Sambil sesekali melirik Titan.

Titan menggaruk rambutnya asal-asalan, membuat rambutnya berantakan. Ia malah terlihat lebih keren lagi dengan rambut berantakan seperti ini.

"Banyak yang nanya gitu. Tapi, gue nggak pernah jawab yang sebenernya."

"Eh?"

"Lo percaya kalo gue jawab... cuma iseng?"

Sophia tertegun. "Percaya nggak percaya. Tapi mau gimana lagi, itu yang keluar dari mulut lo."

"Kebanyakan orang percaya sama apa yang dikeluarkan mulut, dan lebih banyak orang lagi yang nggak peka sama apa yang dikeluarkan hati. Gue sakit, bisa aja gue bilang baik. Apa hati gue juga bilang gue baik?"

"Gue bingung... arah pembicaraan kita ini kemana?" jawab Sophia polos. Membuat Titan tersenyum geli.

"Maksud gue, "cuma iseng" itu alasan doang. Sebenernya gue cuma mau mereka semua selalu inget sama gue."

"Mereka semua?"

"Semua orang di SMA Airlangga."

"Tapi, lo udah cukup terkenal lho."

MLS (1) - Phytagoras LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang