Chapter 8 : Disaster

307 21 10
                                    

"LO nggak papa, kan?"

Sophia merasa jantungnya berhenti berdetak. Apakah benar ini Haikal?

Haikal menolongnya?

Bisakah ia percaya?

Yudistira sama tercengangnya. Ini sebenarnya apa, sih? Dan kenapa harus Haikal? Kenapa tidak Titan?

Gue juga nggak nyangka kalo ini bakal terjadi, kalo tau gue ajak aja Titan, batin Yudistira. Harusnya Titan yang bersikap keren sekarang! Kenapa harus seperti ini!?

Kembali ke Sophia. Sophia baru sadar 3 detik kemudian. Ia melepaskan cengkramannya pada kemeja Haikal lalu mundur beberapa langkah.

"Maaf, Kak."

"Maaf?" tanya Haikal. Harusnya kan Sophia berterimakasih, ya? Kok maaf?

"Iya, Kak," Sophia mengangguk.

Anak-anak kelas XI IPA 1 yang sedang bermain basket tadi mendatangi Sophia dan Haikal.

"Kal, sori, ya," ucap salah satu diantara mereka.

"Harusnya lo minta maaf sama ni cewek, bukan sama gue," jawab Haikal kalem.

"Kan yang kena bolanya elo."

"Ni cewek yang kena, gue kan cuma nolongin."

Sophia merasa wajahnya memanas. Bagaimana ini? Perkataan Haikal membuat ia blushing.

"Permisi, Dek. Gue kok dianggurin, ya?" Yudistira akhirnya buka suara.

"Eh? Maaf, Kak," ucap Sophia sedikit menyesal.

"YUD!"

Yudistira menoleh kearah seseorang yang memanggilnya disusul Sophia. Haikal? Kelihatan tidak peduli sama sekali.

"Apa, Mo?" tanya Yudistira pada Armo.

"Lo kemana aja?"

"Disini aja."

Armo menunjuk Titan, Willy dan David. "Kelas sebelah nantangin kita maen basket."

Yudistira melirik Sophia. "Lo udah paham kan yang gue omongin?"

Sophia mengangguk.

"Liat sisi baiknya," Yudistira mengedipkan sebelah matanya.

"Sop ayam!" Titan tiba-tiba datang sambil merangkul Yudistira, membuat Yudistira menunduk karena reflek. Titan tersenyum bahagia.

Sophia mendesah pelan. Ia memang perlu waktu untuk menerima sisi baik Titan.

"Lho? Heru, Haris, Hendra?" tatapan Titan beralih pada Haikal.

"Siapa?" tanya Armo dan Yudistira serempak.

"Heru, Haris, Hendra," ulang Titan masih memperhatikan wajah Sophia.

"Nama Kakak ini tuh Kak Haikal, tau. Dasar sok tau lo," Sophia mengerucutkan bibirnya, membuat Titan tertawa kecil.

"Iya, itu lho. Nama itu yang gue lupa."

"Lo ngomong apa sih, Tan?" tanya Yudistira bingung. Tapi, Titan mengabaikan ucapan Yudistira.

"Sop, kita-kita mau maen basket sama anak kelas XI. Tolong catet skornya dong."

Yudistira melirik Armo, matanya menyipit. "Lo bilang tadi kelas sebelah."

Armo menerawang ke atas, mengingat-ingat. "Oh, sori. Typo."

Yudistira kembali fokus pada Titan-Sophia-Haikal. Walaupun tangan Titan masih merangkulnya dengan gaya sok akrab.

Sophia mendengus pelan. Titan buru-buru melanjutkan ucapannya.

MLS (1) - Phytagoras LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang