"SOPHIA!" teriak seseorang.
Perempuan yang dipanggil tadi menoleh ke sumber suara. "Mitha? Tumben dateng pagi," ucapnya.
Mitha menarik napas dan mengembuskannya perlahan. "Capek gue ngejar elo, tau."
"Lah elo ngapain ngejar gue?"
"Haikal!"
"Kak Haikal kenapa?" tanya Sophia tanpa bisa mencegah senyumnya.
"Dia udah balik dari New York."
"Lo tau darimana?"
"Elah, dia kan tetangga gue."
"Iri gue sama lo, Mit... jadi pengin tetanggaan juga sama Kak Haikal."
"Hai, guys. Ngomongin siapa?" tanya seseorang lagi.
"Sinta? Lo dari mana aja?" tanya Sophia.
"Gue tadi lagi memenuhi panggilan alam."
"Bilang kek, biar gue nggak kayak korban pesawat jatoh yang nyasar ke hutan. Jalan sendirian biar bisa menemukan jalan pulang."
"Nggak usah bikin puisi disini juga kali, Phi."
Mereka bertiga tertawa.
"Ya deh, maap," Sinta mengalihkan pandangannya pada Mitha. "Lho, Mit? Tumben dateng pagi."
"Gue udah nyoba dateng pagi malah di 'tumben'in, didukung kek."
"Ya deh, semangat!"
"Nah, kan, sampe lupa sama topik tadi," Mitha menepuk jidatnya. "Haikal come back."
"Cie Sophi... Ehem," ucap Sinta dengan senyum yang lebar.
"Apaan, sih?" Sophia tak bisa menahan senyumnya.
"Tuh, dia tuh," Mitha menunjuk gerbang depan dan terlihatlah sosok yang selama ini Sophia sukai secara diam-diam.
Haikal Ardhani.
Haikal lewat didepan Sophia tanpa mengalihkan pandangan pada jalanan. Cuek...
Terlihat, Haikal membaca sebuah catatan kecil setelah memarkirkan motornya diparkiran. Kali ini, ia lewat didepan Sophia cs, tapi dia tidak peduli. Seakan-akan, buku kecil yang sedang dibacanya mulai memudarkan dunia sekitarnya. Dan kutu buku...
"Mit, Sin! Dia lewat depan gue," Sophia membalalakan matanya senang. Senyumnya merekah dipagi hari.
"Tapi, dia nggak negur," ucap Sophia cemberut. Tiba-tiba, dia langsung down.
"Gue yang tetangganya aja nggak ditegur, Phi," ucap Mitha sambil menepuk pelan punggung Sophia.
"Udah, jangan dipikirin. Yang penting, dia udah lewat depan lo. Dua kali lagi! Cowok mah emang gitu, sok cuek."
"Yuk, kelas. Ngapain kita berdiri didepan parkiran gini?"
Sophia tersenyum singkat lalu memimpin jalan.
"Kita cus ke kantin!"
"Gue kan tadi bilangnya kelas."
"Laper coy..."
***
Padahal bel sudah berbunyi, tapi Sophia masih berada di koperasi sekolah. Saat sudah selesai membeli pulpen, terdengar bunyi-bunyi yang asing. Sophia mendekati bunyi itu. Matanya menyipit mendekati pagar sekolah. Tiba-tiba seseorang melompat dari luar pagar dan mendarat dengan mulus tepat didepan Sophia.
Sophia membelalakan matanya. Keren banget aksinya ni cowok, batin Sophia.
Laki-laki itu melirik Sophia melalui ekor matanya. Baru saja Sophia ingin melangkah meninggalkan laki-laki itu, tapi langkahnya terhenti saat ada seseorang memanggil nama orang yang selama ini ia sukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
MLS (1) - Phytagoras Love
Teen FictionMath Love Series (MLS) 1 - Sophia Afareen (kelas X), bukan cewek populer apalagi The Most Wanted-nya SMA Airlangga. Dia suka sama cowok bernama Haikal Ardhani (Kelas XI), prestasi Haikal membuat Sophia jatuh cinta. Juara 1 olimpiade Kimia tingkat na...