Chapter 27 : I

256 13 1
                                    

HAIKAL melihat arlojinya berkali-kali. Sebenarnya bukan bosan menunggu, tapi berusaha mengalihkan perhatiannya agar tidak terlalu gugup.

"Kak, sori lama nunggu."

Haikal menoleh dan mendapati Sophia sudah berdiri di depannya. Penampilannya sederhana, malahan Sophia semakin terkesan imut dan manis. Dengan baju lengan panjang warna hitam dan rok pendek lima sentimeter di atas lutut berwarna putih.

Haikal terpana.

"Kenapa, Kak?" tanya Sophia sambil melambaikan tangan di depan Haikal.

Haikal menggeleng. "Elo cantik banget."

Sophia tertawa. "Jangan kayak Titan deh, Kak."

Perlahan, senyum Haikal memudar. "Langsung aja gimana?"

Sophia mengangguk. "Bisa."

"Bokap sama nyokap lo mana?"

"Ada di dalem. Mau pamit?"

***

"Kita mau kemana, Kak?"

Haikal yang sedang fokus menyetir mobilnya hanya melirik Sophia sekilas. "Lo maunya kemana?"

"Terserah yang nyetir aja."

"Lo mau makan atau minum sesuatu?"

Sophia yang sedari tadi menyenderkan punggungnya, kini menegakkan tubuhnya. "Es serut?"

Haikal melirik Sophia lalu tertawa kecil. "Oke, deh."

Sophia tersenyum. Ia lalu memandang ke luar jendela. "Kakak sering bawa mobil?"

"Jarang."

Sophia manggut-manggut.

Setelah itu, keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Elo sering ke rumah Mitha, ya?" Haikal membuka pembicaraan.

Sophia yang sedari tadi fokus pada gadget-nya kini melirik Haikal sekilas lalu mengangguk. "Ya gitu, deh," Sophia kembali fokus pada gadget-nya.

"Apa waktu itu ... elo masih suka sama gue?"

Sophia terdiam di tempat. Bukan-bukan, tapi ia membeku. Apa kata Haikal?

Haikal berdehem pelan. "Sori, kalo tiba-tiba gue nanya gitu. Gue nggak bermaksud apa-apa, kok."

Sophia tersenyum tipis. "Iya, Kak."

Haikal mengerem mobilnya pas di saat lampu berubah warna menjadi merah. Ia menatap Sophia dengan mata sedikit terbelalak.

"Makanya aku sering ke rumah Mitha. Alasannya adalah karena aku suka sama Kakak," Sophia menatap ke depan dengan pandangan kosong.

"Jadi karena sekarang ... elo udah nggak suka sama gue, makanya lo jarang ke rumah Mitha?"

Sophia menggeleng, ia memutar-mutar gadget-nya dengan pandangan masih lurus ke depan. "Sebenernya ... aku menghindari Kakak."

"Kenapa?"

Sophia tersenyum, ia lalu menoleh dan menatap Haikal. Tapi kemudian, Sophia melihat ke bawah. Ia jadi gugup kalau harus menatap Haikal. "Aku kira waktu itu, kita masih bisa temenan. Tapi waktu di parkiran, waktu aku nyapa Kakak ... Kakak berubah dingin ke aku. Waktu di toilet juga gitu, Kakak nggak senyum atau negur aku. Jadi, aku kira ... Kakak benci sama aku. Karena itu aku menghindar," Sophia menelan air liurnya.

Haikal mengangguk. Ia mulai fokus pada jalan saat lampu berubah hijau. "Waktu di parkiran ...," Haikal menarik napas lalu mengembuskannya. "... gue cemburu, Sophia."

MLS (1) - Phytagoras LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang