SOPHIA berdiri didepan rumahnya. Ia bersandar di pagar sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Ia teringat kejadian kemarin. Benar-benar sial. Sudah mau ketimpuk bola basket dua kali, mobil bagian depannya rusak lagi. Udah gitu, disuruh jalan ke sekolah.
Sophia menggigit bibir bawahnya. Kakinya mulai bergerak tak karuan. Ini sudah jam 6 lewat 15. Bentar, kenapa ia malah terlihat gugup?
"Cepetan naik," kata seorang cowok sambil melempar helm ke Sophia.
Sophia menangkap helm itu. "Ridho?" tanya Sophia sambil menyipitkan matanya.
"Buruan," Ridho membelalakan matanya maksimal.
"Santai aja kali," Sophia naik keatas motor Ridho. Motor bergigi seperti yang sering dipakai oleh Mitha.
"Lo utang budi sama gue," Ridho menjalankan motornya lalu pergi ke sekolah.
"Canggung juga diboncengin anak SMP."
Ridho melihat celana birunya lalu mendesah. "Lo emang orang yang nggak tau terimakasih, ya."
Sophia hanya tertawa mendengar komentar Ridho tentangnya. Mereka berdua memang akrab.
Setelah sampai didepan gerbang, tepat jam 6.30, Sophia langsung melompat turun dari motor Ridho.
"Entar pulang sekolah jemput gue, oke?"
"Dasar nggak tau diri. Udah ditolong malah minta lebih," Ridho memanyunkan bibirnya membuat Sophia mendorong kepala Ridho dengan kedua jarinya.
"Apaan, sih?" Ridho menepis tangan Sophia, tapi Sophia malah tertawa sambil mengacak-acak -lebih tepatnya menjambak- rambut Ridho.
Bel berbunyi membuat Sophia tersentak.
"Dho, gue masuk dulu."
"Lo masuk nggak masuk, nggak ada pengaruhnya ke gue," jawab Ridho.
"Awas lo kalo lo nggak jemput gue," kata Sophia setengah teriak.
Ridho hanya menatapnya sejenak lalu menggas motornya, pergi meninggalkan SMA Airlangga.
Saat masuk kedalam sekolah, Sophia baru sadar. Ini kan sudah jam masuk, ya? Sudah jam 6.30, kan? Nah, Si Ridho pasti telat, kan? Kalo telat pasti dihukum, ya? Iya kalo dianya mau hukum, kalo nggak pasti bolos kan tu anak?
"RIDHO!" teriak Sophia. Tapi percuma, Ridho sudah tak kasat mata.
Dasar tu anak, batin Sophia.
"Ternyata-"
"Huah?" Sophia terkejut saat melihat Titan sudah berdiri dibelakangnya. Apalagi Titan memakai topeng.
Topeng? Untuk apa?
"Lo ngapain?" tanya Sophia. Ia membalikkan badan menghadap Titan.
"Kan gue tadi lagi ngomong."
"Maksud gue... lo ngapain pake topeng?"
"Ntar di jalan banyak yang silau sama kegantengan gue, akhirnya malah banyak yang kecelakaan. Makanya gue pake topeng," Titan menunjukkan topengnya pada Sophia.
"Serius dong."
"Ada praktek tari daerah."
Sophia manggut-manggut lalu balik badan dan berjalan meninggalkan Titan. Titan dengan cepat menarik tas Sophia. Alhasil, Sophia mundur beberapa langkah. Titan berjalan kedepan dan menghadap Sophia.
"Ternyata lo tu sama aja sama gue."
"Eh, beda kali. Beda banget. Jangan disama-samain dong. Enak aja!"

KAMU SEDANG MEMBACA
MLS (1) - Phytagoras Love
Fiksi RemajaMath Love Series (MLS) 1 - Sophia Afareen (kelas X), bukan cewek populer apalagi The Most Wanted-nya SMA Airlangga. Dia suka sama cowok bernama Haikal Ardhani (Kelas XI), prestasi Haikal membuat Sophia jatuh cinta. Juara 1 olimpiade Kimia tingkat na...