Chapter 24 : Kidding

245 15 10
                                    

LAGI-LAGI, Sophia kembali membuka sebuah kotak kecil yang ia simpan di lemari kamarnya. Ia mengeluarkan isi di dalamnya. Sebuah kalung berwarna putih bersih pemberian Haikal.

"Gue labil ya, Kal?" ucap Sophia. "Pas Kak Haikal deket, gue suka sama Titan. Pas Titan deket, gue suka sama Kak Haikal."

Sophia mengusap-usap kalung itu. "Kal, jawab gue dong! Kalung! Gue bingung banget ini."

Sophia menundukkan kepalanya di atas lututnya yang terangkat. Ia tiba-tiba ingat dengan kejadian siang kemarin. Tampaknya, Titan sengaja memanas-manasi Sophia. Memang benar, mantan Titan cantik-cantik. Pake banget!

Sophia tersentak saat mendengar suara dari gadget-nya. Ia mengambil gadget-nya dan melihat siapa yang menelepon.

"Iya, Mit?"

"Lo kenapa kemaren susah dicari, sih? Ada apa?"

"Masalah yang itu-itu aja. Gue yakin, elo pasti bosen dengernya."

"Oya btw, gue ada info baru buat lo."

"Tentang?"

"Kayaknya Haikal udah legowo tentang keputusan lo nolak dia."

"Masa, sih? Dia udah move on ke yang lain, ya?" Sophia tersenyum tipis dan terkesan dipaksakan.

"Gue rasa bukan itu."

"Maksud lo?"

"Haikal bicara sama Sinta. Gue nggak tau mereka ngomong apa, tapi yang gue tau dari Sinta ... kayaknya Haikal ngerti kenapa lo nolak dia. Dan gue yakin, hubungan kalian bakalan baik-baik aja."

"Kok bisa? Emang Kak Haikal ngomong apa ke Sinta?"

"Haikal ngiranya, elo nolak dia karena Sinta. Intinya, elo nggak mau berantem sama sahabat lo cuma gara-gara cowok. Dan gue yakin, Haikal nggak mau jadi perusak persahabatan kalian."

"Iya sih, Mit. Gue lupa," Sophia menarik napas dalam-dalam. "Terus sekarang ... gue harus ngapain?"

"Semuanya udah ada di otak lo, Phi. Lo udah tau apa yang harus lo lakuin. Cumanya, lo terlalu males ngelakuinnya."

"Menurut lo ... lebih baik Kak Haikal atau Titan?"

"Lebih baik Shawn Mendes," Mitha memberi jeda. "Nggak ada yang lebih baik, Phi. Lebih baik elo jujur sama hati lo. Lo udah tau kok jawabannya."

"Udahlah, gue males mikirinnya!" Sophia mengembuskan napas berat.

"Ya udah, gue tutup, oke?"

"Iya."

"Eh, bentar. Btw, lo kapan ke rumah gue lagi? Dulu-dulu, lo rajin banget ke rumah gue."

"Entar ya, kalo gue udah baikkan."

"Baikkan?" Mitha diam sejenak. "Iya, deh. See you."

Sambungan telepon pun terputus.

Sophia melihat ke pintu kamarnya yang tertutup. Ia segera bangkit karena merasa haus. Segera saja ia masukkan lagi kalung tadi ke kotaknya. Dengan malas-malasan, Sophia pergi dari kamarnya dan menuju dapur.

Sophia segera mengambil sebotol air dalam kulkas lalu menuangkannya di gelas berwarna bening. Ia lalu duduk di atas pantry. Beberapa saat setelah meneguk air minumnya, Ridho tiba- tiba datang dan ikut duduk di atas pantry.

Sophia melirik Ridho sekilas. "Ngapain lo kesini?" ia meletakan gelasnya di sampingnya.

"Gue ngerasa lo akhir-akhir ini beda, Kak."

MLS (1) - Phytagoras LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang