SOPHIA berjalan, berjalan dan berjalan. Sambil membawa beberapa buku untuk di antar ke kantor, lebih tepatnya ke meja Pak Atmo.
Harusnya kan Indra yang nganter, kenapa gue yang disuruh? batin Sophia. Apalagi ini masih belum jam istirahat. Yah, tapi nggak papa lah, gue bisa terhindar beberapa menit dari Kimia.
"Hei, Sop Ayam!"
Sapaan itu membuat Sophia terkejut setengah mati. Ia menoleh dengan keringat dingin hampir manetes. Detik berikutnya, ia mengembuskan napas pelan.
"Kak Yudis, ya?"
Yudistira tersenyum. "Kecewa, ya?"
"Kecewa apanya?"
"Ah, jangan pura-pura nggak tau, deh," Yudistira tertawa kecil.
Sophia melihat Yudistira sedang memakai baju olahraga dan membawa bola sepak. "Olahraga, Kak?"
Yudistira mengangguk. "Mau ikutan? Ada dia lho."
"Dia siapa, sih, Kak?" Sophia hampir tak bisa menahan senyumnya.
"Jangan pura-pura nggak tau deh, Sop Ayam," Yudistira tertawa kecil lagi. Tapi tawa itu dihadiahi pukulan di kepalanya.
Sophia dan Yudistira menoleh pada orang yang baru datang itu. Sophia terkejut, orang yang memukul Yudistira itu adalah Titan.
"Ditungguin anak-anak tuh bolanya," ucap Titan. Ia melihat Sophia sejenak lalu merangkul Yudistira dan menyeretnya. Tapi Yudistira tetap bertahan ditempatnya.
"Tan, ada Sop Ayam tuh," Yudistira menunjuk Sophia dengan dagunya.
Titan bergumam tidak jelas. Ia melihat Sophia sebentar, lalu mengalihkan pandangannya pada Yudistira. Ia kemudian mengambil bola yang dipegang Yudistira.
"Gue bawa aja bolanya. Kalo lo masih mau disini ...," Titan menggantung ucapannya agak lama. "Terserah."
"Ya udah, gue disini aja," jawab Yudistira enteng. Tapi itu membuat Titan melototi Yudistira sampai matanya hampir keluar.
"Iya deh, Tan. Gue ikut elo," Yudistira memasang muka masam. Ia kemudian tersenyum pada Sophia. "Biasa, orang cemburu," dan saat Yudistira mengatakan itu, ia langsung berlari secepat-cepatnya guna menghindari 'eksekusi' dari seorang Titan.
Titan mendecak pelan. Ia melihat Sophia lagi, dan Sophia pun melihatnya. Tapi, Titan langsung mengejar Yudistira dan lagi-lagi melepaskan kontak mata terlebih dahulu.
Sophia hanya bisa terdiam dan kembali berjalan ke kantor guru.
Walaupun untuk kesekian kalinya ....
Sophia belum terbiasa.
***
"Udah gue bilang jangan panggil dia sop ayam!" Titan menatap Yudistira sinis.
Yudistira hanya mengangkat kedua bahunya acuh. "Kalo sikap lo kayak gini terus, gue ambil sop ayam lo jangan marah, ya."
Titan mendecakkan lidahnya. "Ambil aja. Tapi jangan nyesel kalo dia nggak mau sama lo, dia kan maunya sama gue," Titan tertawa pendek.
"Lupa kalo dia benci sama lo?"
Titan memainkan bola sepak tadi, ia memutar bola itu layaknya bola basket. "Perasaan orang itu bakal berubah tergantung waktu."
"Kalo perubahannya dia malah makin benci sama lo?"
Titan berhenti berjalan dan berhenti memaikan bola. "Entahlah. Gue belum mikirin itu."
"Dan parahnya, seiring berjalannya waktu, dia lupa sama lo. Lupa kalo dia pernah kenal sama lo. Menurut lo gimana?"
"Gue kok jadi lemah gini, ya? Cuma gara-gara cewek," Titan tertawa hambar. "Menurut gue, masih banyak cewek di luar sana."
![](https://img.wattpad.com/cover/55893977-288-k411608.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MLS (1) - Phytagoras Love
JugendliteraturMath Love Series (MLS) 1 - Sophia Afareen (kelas X), bukan cewek populer apalagi The Most Wanted-nya SMA Airlangga. Dia suka sama cowok bernama Haikal Ardhani (Kelas XI), prestasi Haikal membuat Sophia jatuh cinta. Juara 1 olimpiade Kimia tingkat na...