Chapter 14 : Problem

305 21 38
                                    

SOPHIA belum bisa bernapas lega setelah kejadian pagi tadi. Ia hanya berdiam diri di UKS bersama Sinta yang sejak tadi juga diam. Sophia bernapas tak karuan, antara shock dan rasa kesal yang menggebu didadanya.

"Seandainya tu orang nggak pernah ada didunia," gumam Sophia. Bibirnya begetar hebat, ia seperti menahan tangis.

Sinta mengelus-elus bahu Sophia. "Phi, udah ...."

"Udah apa sih, Sin? Coba lo diposisi gue! Apa lo bisa tenang dan menganggap semuanya nggak pernah terjadi?"

"Terus gue sebagai sahabat lo harus gimana?" tanya Sinta dengan napas yang ikut tidak beraturan. "Ngompor-ngomporin lo kalo perbuatan Kak Titan tadi keterlaluan banget? Terus ngebuat lo makin benci sama Kak Titan? Lo maunya kayak gitu?"

"Udah cukup dia buat gue malu, Sin ...," lirih Sophia. Air matanya menetes. "Gue capek. Gue capek nahan marah, kesel, dan rasa benci gue. Gue nggak mau makin benci sama dia. Tapi kelakuan dia malah makin buat gue benci sama dia. Gue capek ...."

Sinta menggigit bibir bawahnya. Ia nelangsa sendiri melihat Sophia seperti ini. Sophia yang biasanya ceria, akhir-akhir ini jadi murung.

"Phi, denger, ya ... Kak Titan itu tipe orang yang nggak bakal nyerah biar lo secuek apapun sama dia. Mungkin menurut gue, elo harus bener-bener menjauh dari dia. Beberapa minggu ini aja deh, elo nggak usah ke kantin dulu. Nggak usah ke tempat-tempat yang biasanya Kak Titan samperin."

Sophia mengangguk. "Sin, gue mohon. Jangan sebut nama dia lagi. Gue nggak mau denger nama dia dan gue udah nggak peduli lagi sama dia."

"Tenang, Phi. Masih ada Kak Haikal," ucapan Sinta membuat Sophia yang sedari tadi mengeluarkan airmata kini tertawa.

"Oh, iya. Gue sampe lupa," Sophia menghapus airmatanya. "Kak Haikal ilfeel nggak ya sama gue?"

"Ya nggak lah. Semua orang juga tau kalo elo korbannya. Tenang aja, Kak Haikal nggak bakal ilfeel sama lo."

"Tapi-"

"Udah, yakin aja sama gue. Keyakinan gue itu biasanya membentuk kenyataan."

"Biasanya?"

"Iya, biasanya doang."

Mereka berdua tertawa.

***

"Bagus lo berdua, hm ... adem-adem di UKS, sedangkan gue berdiri panas-panasan. Mana lo berdua? Katanya setia kawan. Setia kawan apaan?" protes Mitha sambil melepaskan topi yang ia pakai untuk upacara tadi. Sophia cs sekarang berkumpul di X ruang 2, kelasnya.


"Elo juga nggak setia kawan. Kita ke UKS, elo malah berdiri panas-panasan," jawab Sinta sekenanya. Membuat Sophia tertawa pendek disusul Mitha yang memanyunkan bibirnya.

"Phi, elo udah baikkan?" tanya Mitha dengan nada khawatir.

Sophia menggeleng pelan. "Nggak papa ...," lirihnya.

Beberapa warga X ruang 2 memasuki ruang kelas mereka. Terlihat sosok Viri, Driana dan Lexa, cewek sok seleb dikelas ini.

"Sophia!" Viri menghampiri Sophia yang berada didekat Sinta. "Gimana sih caranya buat Titan bilang gitu? Mau juga dong gue."

Lexa mendekati Sophia. "Apalagi Kak Titan yang bilang gitu. Beruntung banget lo, Phi."

Sophia menatap sinis kedua orang yang ada didepannya ini.

Mitha langsung saja berdiri didepan Sophia. "Eh, bentar dulu, girls. Maksud kalian ngomong gitu apa?"

"Lo kan pinter, udah tau dong maksud kita," Driana ikut menimpali. "Bagi tips dong, Phi. Gue beneran mau banget kayak lo tadi. Malu sih didepan barisan, tapi keren banget Kak Titan tadi."

MLS (1) - Phytagoras LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang