"NGGAK, nggak, nggak! Gue nggak mau!" protes Sinta keras.
"Tolonglah, Sin... demi gue," pinta Sophia. Ia mengeluarkan puppy eyes andalannya.
"Kenapa harus gue? Kenapa nggak Mitha aja?" Sinta menunjuk Mitha yang sedang memainkan gadget-nya.
Mitha mendongak lalu menatap kedua sahabatnya. "Gue? Gue sih nggak cocok," jawabnya enteng.
"Kalo semua orang tau gimana? Malu gue. Lagian itu fitnah! Gue nggak pernah suka sama Kak Haikal."
"Lo nggak kita suruh ngomong ke semua orang, kok. Lo cuma akting. Cuma pura-pura suka sama Kak Haikal. Biar nggak.ketauan kalo gue suka sama dia," kata Sophia lembut. Membuat Sinta terdiam, berpikir sejenak.
"Gini aja, deh. Gue bakal bilang sama Kak Haikal kalo cuma kita-kita aja yang tau. Kalo sampe ke sebar, artinya dia yang nyebarin," kata Mitha akhirnya ikut membujuk Sinta.
"Demi Sophia, ya," nada bicara Sinta terdengar berat. "Cuma demi elo."
Sophia tersenyum penuh arti lalu memeluk kedua sahabatnya itu. "Makasih banget, Sin."
Sinta tersenyum tipis sambil membalas pelukan Sophia. Mitha juga tersenyum.
"Gue yang bayarin makanan kalian, deh!" seru Sophia sambil mengepalkan tangannya. "Gue lagi semangat."
"Bulek Ren, baksonya dua lagi!" kata Mitha setengah teriak.
"Bulek, empat deh, empat sama punyanya Mitha," kata Sinta juga setengah teriak. Ia menoleh dan menatap Sophia yang sedang menganga lebar.
"Lo juga mau? Gue pesenin," tawar Sinta.
Sophia menggeleng kikuk. Ia tersenyum takjub. "Makasih. Gue udah kenyang."
Sinta dan Mitha tertawa melihat ekspresi Sophia.
***
Rak buku berjudul 'Matematika' itu kini sedang 'diacak-acak' oleh Sophia. Entah ada angin apa ia kesini. Jarang-jarang ia peduli pada Matematika. Akhirnya, ia menemukan buku Matematika yang ia cari.
Buku yang masih bagus, tidak ada robekan atau lipatan sama sekali. Pintar sekali Sophia memilih buku.
"Ini kalo nggak gara-gara Sogan, gue nggak bakal deh nyari buku matematika disini," Sophia mendengus pelan. Ia membuka buku, tak sengaja buku tersebut terbuka di BAB Trigonometri.
"Mono, di, tri."
Sophia melompat kaget mendengar suara orang itu. Hampir saja buku yang ia pegang terjatuh. Ia menoleh dan melihat Haikal.
Sedang tersenyum tipis.
Senyuman ini yang buat gue jatuh cinta, batin Sophia. Mulai berimajinasi dengan kata puitis andalannya.
"Tau mono-di-tri nggak?" Haikal berpindah kesamping Sophia, ia mengambil buku Matematika persis seperti yang Sophia pegang lalu bersandar di rak buku yang isinya buku Matematika semua itu.
"Nggak tau," jawab Sophia, rada malu juga, sih. Didepan orang yang dia suka malah dia nggak tau apa-apa.
"Mono, di, tri itu satu, dua, tiga."
Sophia menaikkan alisnya, bingung. Ia tidak paham. Apa maksudnya ini? Kenapa pembicaraan Haikal jadi begini?
"Kalo CO2 tau, kan?"
"Karbon dioksida, kan?"
"Bingo," Haikal menjentikkan jarinya. "CO2 itu, C-nya apa? O2-nya apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MLS (1) - Phytagoras Love
Ficção AdolescenteMath Love Series (MLS) 1 - Sophia Afareen (kelas X), bukan cewek populer apalagi The Most Wanted-nya SMA Airlangga. Dia suka sama cowok bernama Haikal Ardhani (Kelas XI), prestasi Haikal membuat Sophia jatuh cinta. Juara 1 olimpiade Kimia tingkat na...