"INDRA, gue hadir," Mitha langsung saja masuk ke dalam kelas sambil menggendong tas ranselnya.
"Telat lagi, Mit?" tanya Sinta saat Mitha menaruh tasnya di atas meja.
"Nggak telat, tuh. Buktinya gue aman-aman aja," Mitha duduk di kursinya lalu merenggangkan otot-ototnya.
"Kok bisa?" tanya Sophia yang kini menghadap belakang. Ke arah meja kedua temannya.
Mitha menaikkan kedua bahunya acuh. "Ditolongin Kak Titan."
"Terus, terus?" tanya Sinta kepo.
"Kemaren juga gue ditolongin sama dia."
"Lho, kok?"
"Kebetulan gue ketemu sama Kak Titan di depan, Sin. Ngobrol bentar, eh di nunjukin gue cara gimana telat tapi nggak dihukum," Mitha menaik-turunkan kedua alisnya.
"Gimana caranya?"
"Lo nggak pernah telat juga, Sin. Jadi nggak perlu tau," jawab Mitha cengengesan sambil menjulurkan lidahnya ke depan.
"Jahat lo, Mit. Kalo gue telat gimana?"
"Tenang aja. Kak Titan sering nungguin anak-anak telat di atas pagar beton deket koperasi. Gue juga baru tau kalo Kak Titan terlambat selama ini tuh, gara-gara bantuin anak-anak yang telat."
"Kenapa bantuin anak telat, sih? Kan artinya dia ikut telat juga dong."
"Waktu gue tanya, jawaban Kak Titan sih ... karena ada anak yang terlambat tapi nggak disengaja. Kalo dia udah tau terlambat, tapi malah maksa ke sekolah, artinya dia mau nuntut ilmu. Gitu sih kata Kak Titan."
"Bener sih, tapi gue rasa metodenya salah deh," komentar Sinta.
Mitha mengangkat kedua bahu. "Pikiran masing-masing orang kan beda-beda, Sin."
"Apa bagusnya sih, berbuat baik di depan orang dengan mengorbankan dirinya sendiri. Tapi dia cuma mau dipuji sama orang lain?" Sophia akhirnya buka suara.
"Wah, salah kaprah lo, Phi. Gue yang narik kesimpulan kayak gitu. Kak Titan nggak pernah koar-koar bilang tentang kebaikkan dia."
"Iya, Phi. Jangan terlalu sensitif kali sama kebaikkan Kak Titan."
"Hah?" Sophia baru ngeh. "Gue ngomong sendiri, kok."
"Hah?" ucap Mitha dan Sinta berbarengan.
"Hah?" Sophia bingung.
"Hah?" Mitha dan Sinta malah lebih bingung lagi.
"Err ... mungkin gue sependapat sama Sinta. Metode dia salah," jawab Sophia seadanya.
"Iya, sih ...," Mitha menerawang ke atas. "Kalian bilang gitu karena kalian belum pernah telat, kan?"
Sophia dan Sinta melihat Mitha serius.
"Coba aja rasain gimana rasanya telat dateng ke sekolah. Kalian pasti gugup dan panik banget."
"Iya, sih. Gue nggak tau rasanya telat kayak gimana," Sinta tersenyum miring.
Sophia tersenyum tipis. "Masa sih kayak gitu?"
"Coba lo rasain rasanya telat gimana. Atmosfernya beda."
"Gue nggak pernah telat, tuh."
Semua murid langsung duduk di bangkunya masing-masing. Ternyata guru Matematika mereka, Bu Rida datang dan langsung duduk di meja guru.
"Baiklah, selamat pagi. Saya akan mulai mengabsen."
Sophia tersentak.
Apanya yang tidak pernah telat?

KAMU SEDANG MEMBACA
MLS (1) - Phytagoras Love
Teen FictionMath Love Series (MLS) 1 - Sophia Afareen (kelas X), bukan cewek populer apalagi The Most Wanted-nya SMA Airlangga. Dia suka sama cowok bernama Haikal Ardhani (Kelas XI), prestasi Haikal membuat Sophia jatuh cinta. Juara 1 olimpiade Kimia tingkat na...