B A B 5

3.4K 359 9
                                    

||5||
K e t a k u t a n Y a n g T i d a k
M a n u s i a w i

------

Everybody has fears, nobody can escape it. The only difference is how we handle them.

------

Jantung milik Nino memompa darahnya sekitar seratus persen lebih cepat daripada biasanya. Dia tak menyangka adiknya sudah tergeletak dengan keringat yang bercucuran di atas lantai ketika dia sedang membelikan bubur untuknya.

Padahal dia sudah menyuruh gadis itu agar tetap tinggal di atas ranjang, namun sama sekali tak diindahkan olehnya.

Kedua belah tangannya saling meremas, dirinya sangat mencemaskan keadaan Bella yang menurutnya sangat genting. Dia sama sekali tak tahu dan tak mengerti mengenai apa yang telah terjadi kepada adiknya.

Gadis itu sudah ditangani oleh tenaga medis yang ada di rumah sakit, dan mereka sudah memulai prosedurnya sejak 2 jam yang lalu. Namun tak ada tanda-tanda suster yang tadi membawa Nirvella menuju ruang gawat darurat.

Lorong rumah sakit sepi, tentu saja, kini sudah hampir pukul 12 malam. Tentunya tak ada lagi yang berjalan-jalan di lorong pada jam itu.

Tangannya bergetar, namun untungnya dia sudah memantapkan dirinya saat menelpon Om dan Tantenya tadi. Mereka sedang di jalan menuju rumah sakit sekarang.

Nino menjambak rambutnya sendiri, merasa kesal, karena dia tak bisa menjaga adiknya dengan baik.

Ada apa sebenarnya dengan Bella?

"Keluarga dari Nirvella?" panggil seorang suster dari ambang pintu.

Lelaki itu dengan cepat menengadah dan berdiri dari tempat duduknya, lalu menghampiri suster yang tadi memanggil. "Ya, sus?"

Suster itu lalu menunjuk ke dalam ruangan. "Dokter ingin berbicara kepada Anda, silahkan masuk."

Dengan waswas dan cemas, Nino segera menghampiri dokter paruh baya yang mengenakan jas putih itu. Dokter itu tersenyum formal padanya, yang dibalas dengan anggukan kecil dan senyuman kikuk.

"Boleh saya tahu, Anda siapanya Nirvella, ya?" Akhirnya dokter itu membuka suaranya setelah keheningan yang merajalela di antara mereka.

Dia menelan ludahnya sendiri. "Nirvella adik saya, dok."

Lelaki paruh baya itu mengangguk. Dilipatnya tangannya di atas meja, bibir terkatup. Tetapi kemudian dia menghela nafas, dan menyodorkan beberapa lembar kertas di hadapan Nino, yang isinya tak bisa dimengerti oleh kakak lelaki Bella itu.

"Apa ini?" tanyanya sambil memperhatikan sederet huruf dan angka yang tertera di atas kertas itu. Terdapat juga grafik dengan garis-garis yang bergerak naik dan turun.

Telunjuk dokter itu mengarah ke grafik itu terlebih dahulu. "Ini adalah grafik detak jantung Nirvella yang kami rekam. Garis yang naik turun tak karuan ini adalah rekaman yang diambil saat adik Bapak sedang mengalami gejala. Dan juga ini," jedanya, kali ini tangannya bergerak menunjuk sederet angka yang terletak di samping grafik tadi. "Ini adalah hasil tes yang kami lakukan setelah mengambil sampel darah Nirvella. Kami menemukan bahwa ada terlalu banyak hormon adrenal dan sebagai akibatnya, hormon cortisol yang memicu stres pun juga disekresikan oleh otak. Dan, ada hormon oksitosin yang terlibat."

AtelophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang