B A B 1 3

2.5K 226 6
                                    

||13||
B e n a k

------

Don't go away. You're the first person I've opened up to after so long.

------

Kelopak matanya mengerjap perlahan, menyesuaikan diri dengan cahaya lampu di ruangan berwarna putih yang cukup kecil itu. Tirai putih di depannya menggantung diam, dan setelah kesadarannya terkumpul akhirnya dia menyadari bahwa dirinya sedang berada di UKS.

Dengan pelan dia turun dari kasur, berusaha menyeimbangkan badannya terlebih dahulu agar tak terjatuh. Kepalanya masih terasa berat dan berkunang-kunang namun Bella berusaha untuk tidak menghiraukannya.

Ketika dia menyibakkan tirai, didapatinya Sean yang sedang tertidur dengan kepala disandarkan ke dinding. Berapa lama gue pingsan?

Perlahan dia menyentuh pundak temannya itu. "Sean, bangun."

Kelopak mata lelaki itu perlahan bergerak, dan bola matanya yang berwarna coklat gelap pun terkunci dengan bola mata Bella. Untuk beberapa saat mereka terdiam, saling tatap, sampai akhirnya gadis itu mengalihkan tatapannya dengan pikiran yang setengah melayang dan hati yang berdesir.

"Lama juga lo pingsan," ujar Sean membuka pembicaraan sambil melirik jamnya. "Satu setengah jam."

"Oh." Bella mendorong tirai sampai semuanya tertumpuk di sudut, dan duduk manis di ujung ranjang. "Lo... tadi nelpon Tante Naya, nggak?"

"Kalo gue nelpon Tante Naya lo nggak bakal di sini lagi, Bell." jawabnya sambil tersenyum hangat.

Hati Bella berdesir, kupu-kupu mulai beterbangan dengan liar di perutnya. Dia pun balas tersenyum, walau dia merasa darah mulai naik ke wajahnya. Oh, betapa dia berharap Sean tak dapat melihatnya.

"Um... Thank you... And sorry." Getaran di suaranya sungguh tampak.

Kening lelaki itu mengerut. "Sorry kenapa?"

Gadis itu menghela nafas, berusaha menstabilkan suaranya yang bergetar. "Gue tadi pagi. Honestly, I don't wanna shut you out. Tapi pikiran gue semua kacau dan gue nggak bisa berpikir jernih. Gue juga sama sekali nggak terbiasa dengan semua perubahan ini. Terakhirnya jadi ngebentak lo. Sorry."

Sambil tersenyum lembut, Sean menggeleng. Dia lalu berdiri, bergerak ke arah Bella, dan berhenti tepat di depan gadis itu. Tangannya mengacak rambut Bella, lalu dia menyejajarkan matanya sampai tatapan mereka bertemu. "Lo tau Bell? Dihajar sama lo juga gue rela asalkan lo senang." Lelaki itu meletakkan sebelah tangannya di atas bahu Bella. "Jangan terlalu maksain diri lo untuk nerima semuanya sekaligus, pelan-pelan aja. Gue bakal nungguin lo sampai lo rela gue jagain."

"Tapi walaupun gue bilang nggak pun lo juga bakal jagain gue apapun yang terjadi, 'kan?"

Sebuah senyum kecil terbit di bibir Sean. Dia menepuk kepala gadis di hadapannya. "Gadis pintar."

Lelaki itu melirik ke arah jam, dan tersenyum geli. "Eh, gue permisiin lo ya. Males banget pelajarannya Pak Dino sekarang. Ntar gue bilang kalo lo nggak enak badan banget sampe mesti gue anter pulang, nggak apa-apa 'kan?"

"Lo ngajak gue bolos, ceritanya?" tanya Bella jahil sambil memamerkan deretan giginya yang putih.

Sean beranjak ke pintu UKS, lalu membuka pintu kayu itu dengan mudah. "Anggap aja ini sebagai tanda terima kasih lo karna udah gue bantuin," ucapnya sambil tersenyum geli.

AtelophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang