B A B 1 4

2.1K 208 4
                                    

||14||
K e b a h a g i a a n  Y a n g
T e r s e m b u n y i

------

Your smile is my happiness.

------

Benda beroda empat yang dikemudikan oleh Sean itu begitu hening.

Merasa tak nyaman, Sean pun menggerakkan tangannya dan menghidupkan radio. Lagu yang dilantunkan oleh salah satu penyanyi yang sedang naik daun di Indonesia—Tulus—yang berjudul Pamit, pun memenuhi mobil.

Sudah coba berbagai cara
Agar kita tetap bersama
Yang tersisa dari kisah ini
Hanya kau takut kuhilang

Perdebatan apapun menuju kata pisah
Jangan paksakan genggamanmu

"Izinkan aku pergi dulu, yang berubah hanya, tak lagi kumilikmu, kau masih bisa melihatku, kau harus percaya, kutetap teman baikmu..." Lelaki itu terkejut ketika mendengar gadis di sampingnya ikut menyanyikan lagu itu. Dengan suara yang bergetar pula.

"Lo suka lagu ini?" tanya Sean sambil meliriknya, dan mendapati hidung gadis itu yg memerah. Gadis itu memalingkan kepalanya ke arah jendela. Tindakan paling aman saat ini adalah berpura-pura tidak tahu bahwa Bella hampir menangis.

Bella mengangguk pelan. "Lumayan, liriknya bagus," jawabnya setengah hati dengan kesan terburu-buru.

"Masih lama nyampenya?" tanya Bella, tetapi suaranya terdengar agak parau.

Sean meliriknya. "Entar lagi kok."

"Oh." gumam Bella rendah.

Sean tiba-tiba diterpa rasa sedih, ketika dia memikirkan keadaan gadis di sampingnya. Entah apa masalah yang sedang dilalui Bella sekarang, tetapi dia tetap tak suka. Tak suka jika harus melihat gadis itu menangis atau bersedih.

"Lo nggak bakal dicari sama Tante lo, nanti?" tanya Sean.

Bella tersenyum samar sambil menyandarkan punggungnya ke jok mobil. "Ntah. Kalo dicari sih paling gue bilang lagi jalan sama lo aja." jawabnya. "By the way, kita mau ke mana, sih?"

Lelaki itu mengerutkan dahinya. "Yakin? Lo nggak bakal dimarahin?"

"Nggak deh, selo aja." jawab Bella mengacungkan jempolnya. "Jawab dulu pertanyaan gue, kita mau ke mana?"

"Cuma makan, kok."

Sebenarnya, Sean akan mengajak Bella ke kedai kopi favoritnya, tetapi lelaki itu mengurungkan niatnya dan memutuskan untuk berpindah tempat. Dia tak ingin Bella melalui saat-saat hening yang bisa membuat gadis itu kembali berpikir tentang masalahnya.

Keheningan yang mencekam membuat Sean semakin cemas. Entah apa yang ada di pikiran gadis di sampingnya, dia tak tahu. Lelaki itu tak ingin meliriknya—yang sudah dia lakukan berkali-kali—lebih dari seharusnya. Lebih baik dia menyimpan semua pertanyaannya dalam hati daripada menambah beban dalam hati Bella.

Secara perlahan dia menaikkan kecepatan dan menyalip beberapa mobil di depannya dengan mulus. Sampai akhirnya mereka mencapai tujuan mereka. "Lo mau kan makan di tempat kaya gini?" tanya Sean ragu, dan menatap penjual sate kaki lima dan Bella secara bergantian.

AtelophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang