||25||
W h a t A b o u t
M e m o r i e s ?------
People may change,
but memories don't.------
"Halo, akhirnya kita bertemu kembali."
Bella menarik bibirnya menjadi sebuah garis tipis untuk menanggapi sapaan wanita di hadapannya. Milenia.
Wanita itu tersenyum kecil. "Apa kabar, Bella?" tanyanya.
Gadis itu mengendikkan bahu, menatap Milenia dalam-dalam, lalu menjawab, "Seperti yang lalu-lalu."
Dijawab seperti itu, wanita paruh baya tersebut pun menghela nafas pendek. Ia lalu menuliskan tanggal di lembaran kertas yang sedari tadi dipegangnya lalu kembali menatap Bella. "Kamu siap?"
Bibirnya melengkung naik. "Yah, harus siap, 'kan?"
//\\
Bella menatap lelaki kaukasian di hadapannya dengan berbagai hal yang berkecamuk di pikirannya. Sedangkan yang ditatap sepertinya tidak menyadari hal itu dan melahap makanan yang dipesannya dari kantin sekolah dengan lahap.
Dia menatap makanan yang dipesannya, dan seketika seleranya berlalu entah kemana. Semuanya terlalu banyak, perkataan Marc, kelakuan Sita, abangnya yang memaksakan diri, dan kesendiriannya, terlalu banyak untuk dicerna oleh otaknya.
"De? Dea?"
Gadis itu mengerjapkan matanya. "Ah ya? Apa tadi?"
Stefan tersenyum. "Aku nanya, kan aku mau beli sepatu Jordan yang baru tuh, kamu nemenin aku nanti boleh, ya?"
"Emang sepatu basket kamu yang biasa udah rusak, ya?"
Lelaki bermata coklat itu meneguk jus jeruk kesukaannya terlebih dahulu sebelum menjawab. "Sebenernya belum rusak banget sih, tapi aku sayang sama sepatunya, jadi mending beli yang baru biar bisa selang-seling dipakai,"
Ia menggeleng kepala saat mendengar jawaban Stefan. "Ya udah, nanti setelah bel pulang kamu jemput aku di kelas, kita pergi ke mall. Oke?"
"Yes, honey."
Seketika Bella terkikik geli mendengarnya. "'Kan aku tuh udah bilang jangan panggil aku kaya gitu," Tangannya bergerak untuk mencubit pipi Stefan lembut, "Geli tau dengernya."
Stefan memamerkan cengiran khasnya yang dapat memesona siapapun yang melihatnya. "Namanya aku sayang sama kamu, ya aku jadi pengen manggil kamu kaya gitu," balasnya sambil mencolek hidung Bella.
Tersenyum kecil, gadis itu kemudian berdiri seraya mengajak kekasihnya itu pergi dari situ. Tetapi, tiba-tiba seseorang yang sangat dikenal Bella—gadis bertubuh ramping, kulit putih dan lebih tinggi darinya, Sita, menghentikan mereka saat dia berdiri tepat di depan Stefan.
"Halo, Stefan."
Air muka Bella lantas berubah. Bibirnya menegang, menjadi sebuh garis lurus yang begitu tipis. Gadis itu menatap kekasihnya, yang tampaknya tak terganggu dengan kehadiran Sita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelophobia
Teen FictionMasa lalu Bella terdiri dari luka dan kebohongan. Masa kini Bella terdiri dari penarikan diri dan kebohongan. Ada dua hal yang selalu muncul dalam kehidupannya-kebohongan. Setelah semua itu, siapa yang bisa menjamin kalau masa depan Bella tidak lagi...