B A B 0

14.5K 881 13
                                    

|| 0 ||
P r o l o g

------

Speaking up requires a lot of strength to fight against your inner side.

------

Gadis itu terpaku pada tempatnya. Dia kembali mengingat semuanya. Awal mula situasi berantakan ini. Kesalahannya.

Memang, dia tak pernah bisa menjadi sesempurna yang dia inginkan, malah dia takut untuk menjadi sempurna.

Dan dia takut terhadap hal itu, perasaan itu.

"Lo tau atelophobia?"

Dahi lelaki di hadapannya mengernyit. Dia tak pernah mendengar kata itu sebelumnya. Lelaki itu lalu menggeleng.

Si gadis hanya tersenyum. "Mungkin sebaiknya lo nggak usah tau."

Angin bertiup sepoi-sepoi, membuat rambut gadis itu beterbangan lembut. Daun-daun yang masih melekat pada pohon mulai bergoyang, menghasilkan suara menggesek yang agak tertutupi oleh suara angin.

Lelaki itu menatap gadis di hadapannya yang masih saja tersenyum, namun entah kenapa dia merasa bahwa gadis itu tak tersenyum dengan sepenuh hati.

"Maksud lo?"

Dia malah menggeleng, lalu berdiri dari ayunan yang didudukinya sejak tadi, dan terdengar bunyi logam menggesek plastik. "Gue duluan ya," pamitnya tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan padanya.

Lelaki itu mencekal tangannya, memaksanya untuk berhenti. "Gue nanya, apa maksud lo?"

Sebuah senyuman terbit.

"Lo pasti tau suatu hari. Jangan desak gue."

Tangannya yang tadinya dicekal itu pun dilepasnya dengan kasar. "Gue duluan."

Cepat-cepat, gadis itu berjalan menuju jalan raya, dan menghilang di dalam mobilnya yang berwarna hitam metalik. Tak lama kemudian, mobil yang tadi dinaikinya pun bergerak, meninggalkan lelaki itu dalam kesendirian.

"Mana gue tau kalo lo nggak bilang sama gue, Bel."

Dalam kesendiriannya, lelaki itu menunduk, dan mendengarkan deru angin yang menghantamnya.

//\\

a/n

semoga kalian suka sama ceritaku yang baru ini.

lots of love.
posthardcxre.

AtelophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang