B A B 1 2

2.2K 225 2
                                        

||12||
M e n y a y a n g i m u
S e p e n u h  H a t i

------

"You know, even if you call me up at 3 in the morning, I'll definitely answer your call."

------

Bel istirahat berbunyi nyaring, dan refleks semua orang yang ada di kelas Sean—XI-IPA-2, merenggangkan tubuh mereka yang pegal karena pelajaran Fisika yang diajarkan sang guru killer, Pak Dramaga. Sungguh, rasanya punggung Sean seakan sudah ingin patah.

Dan secara refleks pula, Sean melirik gadis yang tadi pagi sempat beradu mulut dengannya. Bella yang sedang ditarik oleh sahabatnya, Aurelia, keluar dari kelas. Entah ke mana.

Murid-murid lain melakukan berbagai macam kegiatan, beberapa dari mereka memilih untuk menikmati bekal yang mereka bawa dari rumah, dan ada juga yang memanfaatkan istirahat yang sebentar ini untuk tidur dengan kepala ditumpukan di atas meja.

Andra yang duduk di sebelahnya segera menepuk pundaknya, mengisyaratkan agar lelaki itu mengikutinya yang juga keluar dari kelas.

"Sean, cerita lo."

Mereka duduk di bawah pohon mangga—yang ditanam oleh siswa angkatan sebelumnya sebagai sebuah pengingat entah apa—yang besar dan rindang. Pohon itu cukup teduh dan berhasil menghalau sebagian besar panas yang terpancar dari matahari yang bersinar cerah.

Lelaki itu mendesah pelan. "Emangnya apa yang mau diceritakan? Nggak ada kok," kelitnya sambil menyandarkan punggung ke batang pohon.

"Banyak boongnya lo. Ya udah gue to the point aja, lo sama Bella kenapa?" Andra memutar matanya sebal.

Sean memutar pensil di genggamannya, sambil melamun. Matanya memang menatap satu titik dengan fokus, tetapi pikirannya berkelana entah ke mana. "Gue nggak tau mau mulai darimana, sumpah. Ceritanya panjang, istirahat kita yang cuma 15 menit nggak bakal cukup."

"Tinggal bolos, kok susah, sih." celetuk Andra asal. Matanya memperhatikan guru piket yang mengawasi para murid dari meja yang terletak tak jauh dari tangga, mencari celah untuk kabur. Cukup banyak murid yang berlalu-lalang berhubung sedang jam istirahat, dan Andra dapat menyusun rencana bolosnya secepat angin tornado.

Kesal, Sean menolehkan kepalanya. "Nggak segampang itu, Ndra. Gue punya tanggung jawab sekarang,"

Andra mendengus sebal. "Sekarang lo sok punya tanggung jawab. Perasaan gue dari awal tahun ajaran lo itu ketua kelas, tapi lo fine-fine aja bolos. Kenapa sekarang?"

Seraya menggelengkan kepalanya, Sean berdiri. Dia tak ingin berantam dengan satu-satunya sahabat yang dia miliki, dan dia memilih pergi. "Nanti pulang gue jelasin." jawabnya final.

"Anjir, Sean! Sean Klaverian Robb! Setan, kok ditinggalin gue?!"

//\\

Matanya memandang papan tulis lekat-lekat, membiarkan imajinasinya berputar-putar dengan liar. Kelas begitu hening, dan detik demi detik berlalu tanpa disadari oleh siapapun.

Andra memilih untuk pergi ke kelas pacarnya yang baru—Michelle, kalau kalian lupa. Katanya ingin mendatangi gadis itu sebagai pacar yang baik dan berbakti.

Berbakti dari mana? Huh, batin Sean sambil menggeleng.

Sean tak bisa melupakan ekspresi di wajah Bella saat gadis itu menyatakan bahwa dia tak menyukai keputusan Tantenya. Bahwa dia baik-baik saja dan tak ada yang perlu dikhawatirkan.

AtelophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang