B A B 1 8

1.8K 167 5
                                    

||18||
K e h i l a n g a n

------

For you, it's just like losing a friend. But for me, it's like losing half of my soul.

------

Andra melengos masuk kelasnya dengan langkah malas, menaruh tasnya yang sangat ringan (Masih ingat dengan fakta bahwa dia sangat jarang membawa bukunya, 'kan?) di atas meja. Kepalanya menatap Sean yang sibuk dengan ponselnya.

"Ngapain lo? Mantengin line sampe segitunya, elah,"

Sean menoleh, menatap sahabatnya dengan tatapan datar sebelum kembali mengalihkan perhatiannya ke ponselnya. "Nggak," jawabnya datar.

"Elah, kok lo jadi dingin sih sama gue? Kalo lo kesel karna Bella nggak datang, jangan lampiasin ke gue, lah!" kesal Andra tetapi dengan suara yang sedikit dikecilkan. Dia menggeser kursinya agar lebih mudah menatap sahabatnya itu.

Laki-laki di hadapan Andra lalu celingak-celinguk, memperhatikan murid sekelas mereka yang lain, sebelum akhirnya menghela nafas. "Gue galau banget, Ndra. Masa tuh ya, si Bella nggak ngebalas line gue dari dua hari yang lalu. Di read doang, anjir,"

"Lo positive thinking aja dulu, Sean. Manatau dia sakit lagi, 'kan, nggak mungkin lo maksa orang sakit megang hape," ucap Andra seraya mengendikkan kedua bahunya. "Lagipula, lo 'kan udah lumayan deket sama Bella, nggak mungkin dia ngacuhin lo gitu aja. Mungkin dia lupa bales, atau hapenya mati pas dia mau bales, eh, tiba-tiba dia sakit pula. Pasti lupa tuh anak,"

Mendengar penjelasan Andra yang sangat tidak masuk akal, Sean menggeplak kepalanya menggunakan buku paket Fisika yang tadinya terletak di dalam lacinya. "Ngaco lo!"

Andra mendengus seraya merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena geplakan sahabatnya. "Ya udah, terserah lo dah. Udah bagus gue kasih saran," Ada jeda sebentar sebelum Andra kembali melanjutkan perkataannya. "Eh, tapi 'kan Sean, gue masih bingung deh. Bella tuh sebenernya sakit apaan? Sampe pingsan gitu tiga hari yang lalu, padahal masih baru masuk lagi juga, 'kan?"

"Gue yang disuruh jagain dia aja nggak tau, Ndra. Jangan tanyain gue dah, gelap, gelap,"

Mata Andra melebar sedikit. "Disuruh jagain? Jadi itu yang lo sembunyiin dari gue, Sean? Sebelum Bella pingsan lo udah janji kalo lo bakal ngejelasin pas pulang. Eh, lo malah bolos, anak sialan,"

Sean menampilkan cengiran miliknya, memamerkan deretan giginya yang putih. "Gue kira itu nggak penting soalnya lo juga cuek bebek. Lagian, lo 'kan sibuk sama cewek lo. Siapa sih namanya? Eh... Michelle kagak ya," sindirnya.

Mendengar perkataan Sean, Andra mendecak. "Lo emang sesuatu banget deh. Tapi sekarang, lo harus jelasin ke gue, sedetail-detailnya."

Lelaki itu menghembuskan nafasnya pasrah, lalu beranjak dari kursinya. Pergerakan itu juga diikuti oleh Andra. Dengan cepat, mereka sudah menempati salah satu meja di kantin yang terletak di ujung, di mana kecil kemungkinan tertangkap oleh guru kesiswaan.

"Jadi, lo mau udah tau sampe bagian mana?" tanya Sean memulai pembicaraan setelah minuman yang mereka pesan sudah terletak dengan rapi di hadapan mereka. Lelaki itu sendiri hanya memesan es teh manis, sedangkan Andra yang duduk di seberangnya memesan segelas jus melon serta semangkuk mie bakso.

Andra memicingkan mata. "Gue udah tau sampe bagian lo disuruh jagain Bella, tapi gue masih bingung kenapa harus lo, dan bukan Aurelia."

AtelophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang