B A B 3 1

411 35 6
                                    

||31||
S e p a r a t i o n

---

We all take different paths in life, but no matter where we go, we take a little of each other everywhere.

---

Bella menatap murung ke arah koper yang sudah dijejerkan di ruang tamu. Sepertinya Tantenya sudah menyiapkan baju-bajunya secepat mereka memutuskan untuk membawanya pergi. Bahkan Tantenya tak lupa untuk menggunakan koper kesayangannya yang sudah didekorasi dengan bermacam stiker.

"Dea?"

Gadis itu menoleh melihat kakaknya yang berdiri di ujung koridor kamar-kamar mereka. "Kenapa kak?"

"Sini," panggilnya.

Dengan malas, Bella berjalan menuju kakaknya yang sedang berdiri di depan pintu kamar. "Ya?"

Tiba-tiba lelaki itu menunjukkan sebuah liontin di depan matanya. Liontin berbentuk lumba-lumba yang tak begitu spesial. "Kakak baru beli dari Ancol?" tanyanya tak tertarik.

Nino menghela napas sambil menaikkan sebelah alisnya. "Ini liontin punya Mama."

Mata Bella membelalak. "Kok.. bisa sama kakak?"

"Ada deh," ucap Nino dengan wajah yang puas terhadap rasa penasaran yang kini dimiliki oleh Bella.

"Ihh, Kakak!!! Dea mauu tauu!!" rengeknya.

Sebuah senyuman terbentuk di bibir Nino. "Menurut buku harian Mama, tempat di mana kakak mendapatkannya, liontin ini.. diberikan oleh seseorang yang sangat berharga buat Mama.."

"Kira-kira itu siapa?" tanya Bella penasaran.

Nino tersenyum. "Entahlah, tetapi yang kakak tau, pasti Mama pengen liontin ini buat Dea." ucapnya seraya mengalungkan liontin tersebut di leher adiknya.

"Ta-tapi.. Ini kan barang berharga punya Mama.. Kenapa untuk Dea?"

"Entahlah, kakak cuma punya firasat kalo Mama pengen Dea punya liontin ini.. Dan kakak pengen ngasih sebuah cara buat Dea untuk bisa ngingat Mama.." jelasnya sambil mengusap kepala adik kecilnya itu.

Ia pun lalu memeluk Bella, lalu meninggalkan adiknya yang masih terdiam, memegangi liontin yang kini tergantung di lehernya. Mama..

//\\

Mobil Mercedes milik Nino bergerak dengan lancar keluar dari perkarangan rumah mereka. Supir yang mengemudikan mobil tersebut dengan tenang membawa penumpangnya yang saling diam.

Bella sibuk melihat-lihat bermacam gambar yang muncul di linimasa Instagram-nya, lalu bergerak menuju panel Explore. Sedangkan Nino yang duduk di sebelah supir, tampaknya harus memuaskan dirinya dengan hanya melihat-lihat keluar jendela.

Gading dan Naya yang duduk di bangku tengah bersama Bella tampaknya sibuk mendiskusikan sesuatu dengan suara yang sangat rendah, agar kedua keponakannya tidak mendengar. Yah, takkan ada yang mendengar karena tidak ada yang memperhatikan juga.

Saat mereka berhenti karena ada kemacetan di dekat pintu masuk tol menuju bandara Soekarno-Hatta, Nino dengan sengaja menghidupkan radio agar setidaknya keheningan tersebut tidak terlalu menyesakkan.

Setelah bosan melihat-lihat aplikasi Instagram-nya, Bella kemudian menatap keluar jendela, memperhatikan mobil serta sepeda motor yang lewat, satu persatu membayangkan para pengemudi maupun penumpangnya.

Ia juga memperhatikan langit yang perlahan-lahan semakin terang, sampai matanya harus menyipit untuk melihat ke atas.

Ponselnya bergetar untuk kesekian kalinya sejak tadi, dan menunjukkan pesan milik Aurelia yang tidak pernah dibalasnya sejak ia memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Kejam memang, tapi ia tak ingin Aurelia tahu bahwa ia akan pergi.

Setelah beberapa lama mereka di jalan, akhirnya mobil pun sampai di Bandara Soekarno-Hatta, tepatnya Terminal 3, keberangkatan luar negeri. Supir mereka membuka bagasi mobil mereka dan mulai menurunkan berbagai koper dari dalamnya.

"Dea, maafin tante yah, nggak bisa nemenin kamu pergi," ucap Naya seraya memeluk keponakannya itu.

Bella menggeleng. "Nggak apa-apa kok, Tan. Tante juga pasti punya banyak kerjaan di sini."

Setelah semua koper selesai diturunkan, Nino lalu memeluk Om dan Tantenya. "Nino, jaga baik-baik adik kamu ya," ucap Tante Naya seraya menepuk pundaknya. "Om sama Tante bakal usahain nyusul kalian berdua secepatnya."

Setelah saling mengucapkan kata perpisahan, kakak adik tersebut pun memasuki aula besar untuk check-in, seraya menarik koper mereka yang cukup besar. Bella membiarkan kakaknya membereskan urusan koper and segala macamnya tanpa mengganggunya.

Tanpa disadari oleh Bella, ternyata kakaknya sudah selesai mengurus semuanya dan mereka tinggal memasuki ruang tunggu saja. "Dea, jangan jauh-jauh dari Kakak."

Bella memperhatikan Kakaknya lamat-lamat. Tatapan Nino tampaknya melanglangbuana entah kemana, seperti hendak mencari sesuatu, atau seseorang. Ia menggelengkan kepalanya, berusaha berpikiran positif. Mungkin saja Kakak-nya itu sedang mencari toko yang diminatinya. Atau mungkin tidak.

"Sepertinya dia takkan datang.."

Gadis itu menoleh, menatap Nino dengan bingung saat mendengar bisikan rendahnya. Entah apa maksudnya. "Dia siapa, Kak?"

Nino tersenyum. "Teman Kakak. Dia janji datang karena katanya ada yang perlu diberi tahu, tapi entahlah dia tidak datang." Begitu katanya, tapi jawaban tersebut tidak memuaskan rasa penasaran Bella.

Walaupun begitu, ia memutuskan untuk cuek dan tidak menanyakan lebih jauh. Sesampainya mereka di ruang tunggu, Bella menyandarkan punggungnya yang lelah di kursi, dan menutup matanya. Setengah berharap bahwa semua ini adalah mimpi, dan ketika ia terbangun, ia sedang berada di sekolah, dengan Aurelia di sampingnya yang terlihat jengkel karena dirinya yang tertidur di kelas. Jika saja.

Namun, ia tahu ini semua nyata. Penyakitnya, kehidupannya mulai saat ini, ketakutannya, penyesalannya, dan masa depannya. Entah apa yang mungkin menunggunya di sana, hanya Tuhanlah yang tahu.

Tuhan, jika kau mendengar doaku, aku ingin sembuh..

//\\

terimakasih buat semuanya yang masih nunggu, yang masih komen minta lanjutan, seriusan aku minta maaf.
berhubung aku ini baru tamat sma, dan lagi siap-siap buat sbm, jadinya nggak bisa nulis buat sementara waktu.

chapter ini pendek banget, tau, tapi bulan depan aku usahain buat yang panjang-panjang. dan aku udh fix bakal buat chapter ke depan itu nggak ada POV-nya Bella. yang ada bakal POV Sean and POV Aurelia aja. supaya kalian penasaran gitu.

so long,
s.a.

{ 5 Mei 2018, 11.45 p.m. }

AtelophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang