B A B 3

4.7K 435 16
                                    

||3||
B r o k e n  S o u l

------

You don't choose to be broken, the pain comes, and just left you devastated.

------

Gadis itu menghela nafasnya lamat-lamat, lalu menatap ke arah langit malam yang bertabur bintang dari balkon kamarnya. Dia tersenyum, sampai badannya tiba-tiba berjengit kaget ketika merasakan sebuah tangan melingkari bahunya, dan merangkul tubuhnya.

"Kakak," panggilnya kesal, tapi tetap dengan nada manja.

Kakak lelakinya, Nino Deovan Vionez, sedang berdiri sambil menatap langit yang tadi ditatap adiknya. "Apa adikku sayang? Masa kakak nggak boleh peluk kamu, kan kakak rindu," balasnya.

Bella tertawa lepas, lalu menepuk bahu kakaknya dan bergerak mendekat untuk memeluknya. "Boleh boleh kak, kan Dea sayang banget sama kakak." jawabnya dengan riang.

Dea adalah nama panggilan yang dipakainya saat dia bersama dengan orang yang sangat dekat dengannya. Bahkan sahabatnya Aurelia sekalipun tak pernah memanggilnya menggunakan nama itu. Hanya satu orang selain keluarganya yang pernah memanggilnya seperti itu.

Dia memperbolehkan orang itu memanggilnya dengan nama itu dan lihatlah apa yang terjadi padanya.

Menyedihkan.

"Kakak tumben pulang. Kerjaan kantor udah kelar?"

Nino tersenyum masam. "Kalo namanya kerjaan di kantor pasti selalu ada sih, De. Tapi kakak sempetin pulang."

Gadis itu mengangguk antusias dan senang. "Kakak udah makan malam belum?" tanyanya.

Spontan, kakaknya menggeleng, membuat Bella cemberut. "Kok belum makan sih, udah malem tau ini, jam 9." gerutunya, lalu dia menarik kakaknya turun dari kamarnya menuju ke ruang makan. "Ayo deh sini kak, biar Dea masakin sesuatu. Tadi kayanya masih ada ayam beku deh, di kulkas. Nunggu bentar nggak apa-apa kan kak?"

"Tenang aja, kakak tunggu kok."

Dengan riang, gadis itu mengangguk lalu bergerak menuju kulkas untuk mengeluarkan ayam yang dibicarakannya tadi. Seraya menunggu ayamnya mencair sedikit, berbagai macam pikiran mulai merasuki kepalanya. Terutama masalah Sean tadi.

Dia masih penasaran akan apa yang sebenarnya terjadi kepada Sean, meskipun dia tahu sebenarnya tidak baik mencampuri urusan orang, apalagi urusan lelaki dingin dan kaku seperti Sean. Yang ada mungkin dia akan dilabel sebagai perempuan kepo.

Namun dia tak bisa berhenti memikirkan lelaki itu. Maksudnya bukan memikirkannya secara harafiah, hanya melayangkan berbagai macam tebakan akan apa yang sebenarnya pernah terjadi padanya.

Bella memakai celemek yang tergantung di dekat kulkas, dan mulai mengambil beberapa potong ayam dari dalam kotak penyimpanannya. Secara perlahan dan hati-hati, dia memasukkan ayam itu ke dalam panci, agar tak terkena minyak.

Tapi apa daya, meskipun sudah berhati-hati, tanpa sengaja minyak itu terpecik ke kulit telapak tangannya, dan membuatnya tanpa sadar terpekik. "Aw!"

Terdengar langkah kaki cepat mendekati dapur, dan sejurus kemudian, Nino sudah mengamati telapak tangan adiknya yang terkena minyak panas. "Sini, kakak taroin pasta gigi, ya?"

AtelophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang