Sejak kejadian tadi aku memilih diam di kelas. "Heii... kamu tadi telat?" Tanya seseorang yang tiba tiba datang mengagetkanku, dia vino. Aku hanya mengangguk dan menatap sekilas vino yang berdiri di depanku.
"Oh ya nanti pulang sekolah kamu mau kan jalan sama aku?" Tanya vino yang mengajakku untuk pergi dengannya. Jujur aku sangat jijik jika dia bilang 'aku-kamu'. Aku mendongakkan kepalaku untuk melihat wajah vino. "Mau ya,plis.." mohon vino sambil memegang tanganku. Aku berfikir sejenak, dari pada aku pulang dengan alpha mending aku pulang dengan vino. Aku pun mengangguk menoleh ke arah tanganku yang masih di pegang vino, untung saja kelas sedang sepi jadi tidak ada yang melihat kita.
"sorry" vino meringis melepaskan tanganku. Aku hanya tersenyum dan pergi meninggalkan vino sendiri di kelas. Aku berjalan menuju kantin, tetapi saat di lorong menuju kantin
"put.." teriak seseorang yang membuat langkahu terhenti. Aku menoleh ke arah suara tersebut, dan benar saja itu kak alpha. Ia berjalan ke arahku.
"sorry tadi." Wajah kak alpha terlihat sangat datar.
"Lo pulang nanti gak usah nungguin gua. Gua pulang bareng Vino." ucapku ketus dan berjalan lagi menuju kantin, namun tanganku di pegang oleh alpha.
"Apa?" Aku menoleh malas ke alpha.
"Lo harus pulang sama gua." ucapnya tegas.
"terserah gua dong mau pulang bareng sapa! Lepasin sakit tau." Ucapku dengan nada marah dan berlalu pergi.-----------
Akhirnya bell pulang pun berbunyi aku dan vino berjalan menuju parkiran, aku melihat sekilas sosok alpha yang sedang bersandar di mobilnya, ia seperti mengamatiku dan vino.
"Ayok masuk." Ucap vino sambil tersenyum manis, aku pun masuk ke dalam mobil vino. Kami pun mulai pergi meninggalkan sekolah.
"Kita mau kemana?" tanyaku menatap vino yang sedang menyetir.
"Ke sebuah taman, kamu pasti suka kok." Wajahnya tampak gembira. Aku masih memikirkan taman apa yang akan ku kunjungi.*ALPHA POV*
Bell pulang berbunyi, aku segera menuju parkiran untuk membuktikan kalau putri itu hanya bercanda tadi. Aku bersandar di mobilku, tak lama putri dan vino sudah ada di depan mobil vino. Aku mengamati mereka dari kejauhan, ku lihat putri juga melihatku setelah itu dia masuk ke dalam mobil vino. Ingin sekali aku marah pada vino karna dia telah lancang mengajak istriku pergi. Tak lama mobil mereka pun sudah mulai menjauh. Aku bergegas mengikuti mereka hingga akhirnya mereka berhenti di sebuah taman yang memang indah. Aku mengamati mereka dari dalam mobil. Ekspresi wajah putri terlihat sangat bahagia jika bersama vino, mereka tertawa gembira sambil makan es krim. Melihat itu tanganku sudah mengepal ingin sekali aku memukuli lelaki yang sedang bersama istriku, tetapi aku mengurungkan niatku karna tidak ingin merusak kebahagian putri, ya walau itu sakit bagiku. Aku pun memutuskan untuk pulang.
Sesampainya di rumah putri.
"Loh putri mana al?" Tanya mama putri. Aku mencari cari alasan untuk menjawab pertanyaan mama nya putri itu. "Umm.. anu ma tadi katanya masih ada acara, dia nyuruk alpha pulang duluan tadi." Ucapku gelagapan, semoga aja mamanya tidak curiga.
"Kamu bereskan baju kamu ya, kamu dan putri sudah di belikan arpatemen yang akan jadi tempat tinggal kalian." kata mamanya lembut. Aku hanya mengangguk dan pergi ke kamar. Rasa sakit tadi melihat putri dan vino itu masih terasa, sangat terasa bahkan. Tak ingin terpuruk akan rasa sakit itu aku memutuskab mencari kesibukan. Aku pun segera membereskan barang barang dan bajuku. Setelah beres aku merebahkan tubuhku di atas kasur yang berukuran kingsize milik putri ini. Aku sebenarnya menunggu putri datang. Tak lama suara pintu kamar terbuka, membuatku menoleh ke arah pintu. Ku temukan sosok perempuan yang sangat cantik dengan wajah yang sangat gembira.
"Kok ada koper?Lo mau pergi? Bagus dong." dia terkaget saat melihat 2 koper besar berisi baju bajuku.
"gak usah seneng dulu deh, gua pergi juga bareng lo." aku membuang muka menatap layar hp ku kembali.
"What? sapa yang mau pergi bareng lo? Ogah gua. NAJIS" Iya melempar tas nya di sofa kamarnya.
"Kita bakal pindah." jawabku cuek.
"Gua gak mau. Lo aja sana pjnda sendiri!" teriaknya.
"Kalau gak mau bilang aja sana sama nyokap lo, kalo gua mah syukur bgt lo gak mau." Perkataan ku membuat putri mendengus kesal, iya segera mengambil baju baju nya untuk di masukkan ke dalam kopernya itu."Gua mau bikin syarat di antara pernikahan kita." Ucap putri yang tiba tiba saja sudah duduk di sebelahku.
"Hm?" Aku melirik nya.
"Lo juga boleh kok buat persyaratan. Setuju?" Tanyanya yang sepertinya sangat bersemangat.
"Oke, gua setuju." Jujur saja aku sangat kawatir dengan syarat syarat putri.
"Ntar malem harus bacain syarat syarat nya ya." aku pun hanya mengangguk malas.Karna merasa semua sudah siap, aku, putri dan bonyoknya pergi menuju apartemen yang sudah di belikan oleh ayahnya putri. Ku lihat wajah putri sangat murung, karna sejak tadi sore dia susah memaksa mama nya untuk membatalkan pindah rumah ini, tapi tetap saja mama nya tidak mau.
Sesampainya di apartemen, aku mengeluarkan koperku dari mobil ayah putri, begitu pula putri. Aku putri dan kedua orang tua putri masuk ke dalam apartemen mencari cari dimana apartemen milik putri dan aku. Akhirnya kami sampai di kamar no 168, mamanya putri memencet password, akhirnya pintu pun terbuka. Kami pun segera masuk ke dalam apartemen tsb. apartemen ini terlihat sangat luas, sangat cukup lah buat di tempatin aku dan putri.
"Ini password nya, nanti mobil alpha biar pak roy saja yang mengantar kesini ya." Ucap mama sambil memberikan kertas yang berisi angka angka.
"Gak usah ma, biar alpha yang ngambil besok pulang sekolah, bsk berangkatnya pakai angkutan umum saja." ujarku dengan lembut.
"Biar, pokoknya nanti pak roy akan datang mengantarkan mobilmu al, boleh papa pinjam kunci mobilmu?" ujar papa putri.
"Baiklah pa." Aku memberikan kunci mobilku pada papa.
"Kalau begitu mama sama papa pulang dulu ya, jagain putri ya nak alpha." Mama dan papa beranjak pergi meninggalkan kamar alpartemen. Ku lihat putri yang sedang berdiri di balkon kamar. Aku pun berjalan ke arahnya."Gimana?" Tanyaku.
"Apanya yang gimana?" Tanyanya balik dengan wajah kebingungan.
"Syarat." Aku memasang muka datarku.
"Oh iya, kamu dulu aja deh."
Aku pun mulai menyebutkan syarat syarat yang telah ku buat.
"Jadi aku punya 3 syarat, yang pertama kamu kalau pergi sama siapapun harus izin ke aku, kedua gak boleh pulang malam selain sama aku dan keluargamu, dan yang terakhir kamu harus jadi seperti ibu rumah tangga yang baik. Gampang kan?" tanyaku balik.
"ibu rumah tangga?" terpampang wajah polos seorang putri sekarang.
"Iya ibu rumah tangga. Jadi kamu cuma harus beres beres rumah dan masak." Aku terkekeh geli melihat ekspesi putri yang sangat polos itu.
"hm.. oke sekarang giliran gua, gua punya 1 syarat sih, yaitu lo jangan suka ganggu hubungan gua sama vino, itu aja dulu ya." Ucapnya yang cukup membuat hatiku tergores, entah sejak kapan aku mulai memiliki rasa ke putri.
"Gimana setuju gak?" Tanyanya yang membuyarkan lamunanku. Aku mengangguk terpaksa.Ting...
Ting...Tiba tiba saja suara bell dari luar kamar apartemen berbunyi. Aku pun melihat dari lubang yang memang sudah ada. Ternyata itu pak roy. Aku pun membuka pintu.
"Malem den... ini saya mau ngasih kunci mobil, mobilnya sudah ada di parkiran ya den, saya pulang dulu kalo gitu den." Katanya sambil memberikan kunci mobilku.
"gak mau mapir dulu pak?" Tanyaku dengan sopan.
"Tidak usah den sudah malam saya pulang ya den." Ucapnya dengan menunduk.
"bapak naik apa? Mau saya antar?" Tawarku padanya.
"Tidak usah den, saya naik ojek saja den, ya sudah ya den," ucapnya yang kulihat punggungnya mulai menjauh. Aku pun menutup pintu kembali.
"Siapa?" Tanya putri yang sukses membuatku jantungan.
"Pak roy nganterin kunci. Udah malem tidur geh." aku tersenyum.
"Nah lo sendiri aja gak tidur, tapi nyuruh orang tidur." ketus putri.
"ini gua juga mau tidur." Aku pun berjalan menuju kamar, putri pun mengikutiku di belakangku. Aku tertidur di kasur kingsize ini tentunya bersama putri.***
Wah wah gj ya?:v
Maaf byk typo :'
Koment & vote dong:'
Makasihhh
KAMU SEDANG MEMBACA
ME AND YOU
Teen Fiction*** Aku putri, sekarang aku kelas XI. Hidupku berjalan dengan baik sebelum adanya kesepakatan di antara orang tuaku dan orang tuanya. Orang tua Alpha, kakak kelas yang most wanted di sekolah baruku. Ya orang tuaku menjodohkanku dengannya, dengan al...